Sah Menyandang Gelar Doktor di Usia 28 Tahun, Riedel Jacobis: Semua Kerena Anugerah Tuhan

Dr. Riedel Paulus Jacobis, S,E.,M.M. Pasca Sah Menyandang Gelar Doktor di Universitas Jember. (Foto: Istimewa)

Editor/Pewarta: Indra S. S. Ketangrejo

SULUT (Gawai.co)— Kalau bukan karena Tuhan, tak ada pencapaian ini, kalau bukan karena Tuhan takkan ada momen terpenting dalam perjalanan ini. Semua karena anugerah Tuhan. Begitu, sepenggal kalimat syukur diucapkan Riedel Paulus Jacobis, S,E.,M.M. setelah dirinya resmi menyandang gelar Doktor di Universitas Jember pada 3 Juli 2023.

Di usianya yang terbilang masih sangat muda, yakni 28 tahun, pria kelahiran 14 Januari 1995 di Ponompiaan, Kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara, memperoleh Gelar Doktoral Ilmu Manajemen dengan konsentrasi sumber daya manusia di Universitas Jember pada 3 Juli 2023 dan mendapat predikat cumlaude. Dengan sumbangan teori/variabel baru dalam Ilmu Manajemen “Deformation Workplace”.

Sebelumnya, Riedel menyandang gelar Magister Manajemen (M.M) konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia di Universitas Jember pada tahun 2020 dengan gelar Cumlaude. Dan memperoleh gelar Sarjana Manajemen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Manado tahun 2016 dengan predikat Cumlaude.

Di momen Sidang Terbuka Promosi Doktor, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Albert Purjanto Jacobis dan Mieke Fintje Waworuntu S,Pd ini bercerita tetang dinamika perjalanan studi doktoral. Ia menyampaikan, kalau bukan karena Tuhan, tak ada pencapaian ini, kalau bukan karena Tuhan takkan ada moment terpenting dalam perjalanan ini. Semua karena anugerah Tuhan. Ketika Rancangan Nya mengalahkan Ekspektasi akan hidup ini, mengalah kan ekpektasi banyak orang tentang diri ini. Tapi sepertinya Quotes ‘apa yang tak pernah terpikirkan itulah yang Tuhan sediakan’ itu benar-benar nyata bukan hanya sebuah tulisan semata.

Satu-satunya pria dari tiga kakak beradik masing-masing Indry Elfira Jacobis S.Pd dan Injilia Triana Jacobis S.Pd itu menyampaikan, ketika dirinya berdiri di hadapan Pimpinan Sidang Terbuka Promosi Doktor, Promotor dan Co Promotor beserta Tim Penguji, ia mencoba melihat beberapa tahun ke belakang, sama sekali tidak pernah terpikirkan, terlintas pun tidak untuk menjadi mahasiswa Doktoral. Mahasiswa S3 dengan tingkat tertinggi di bidang akademik.

“Jujur sampai sekarang saya masih belum percaya kalau gelar yang di idam-idamkan banyak orang saat ini telah melekat dengan gagahnya di depan nama seorang anak yang papa nya seorang Staf Tata usaha di SMP dan Mama Seorang guru SD yang purnabakti, tapi saya sangat bangga dan bersyukur memiliki mereka,” katanya.

Secara terang-terangan ia mengaku harus mengatakan bahwa, secara hitungan gaji seorang pegawai tidak akan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan kuliah S3 yang men capai ratusan juta, akhirnya bertani menjadi pilihan yang harus dilakukan untuk membantu memenuhi biaya pendidikannya.

“Ya, kedua orang tua saya adalah petani hebat, banyak hal yang mereka korbankan yang penting anaknya bisa kuliah tinggi. Tapi setelah dipikir-pikir, saya pun masih bingung, bagiamana mungkin seorang petani bisa meluluskan anaknya sampai kejenjang doktoral. Dari mana rumusnya? Doa Seperti apa yang mereka naikan selama ini sehingga bisa menghantarkan saya memperoleh gelar doctor ini? Sampai saat ini saya masih bertanya-tanya. Tapi saya percaya itu adalah bukti ketulusan doa dan usaha dari kedua orang tua,” tambahnya.

Proses Sidang Promosi Doktor, Disaksikan Langsung Secara Daring oleh Keluarga. (Foto: Istimewa)

Di hadapan Pimpinan Sidang Terbuka Promosi Doktor, Promotor dan Co Promotor beserta Tim Penguji, ia mengatakan masih sangat ingat sekali momen dimana sering kali kedua orang tua nya menyampaikan kalau suatu saat nanti ingin melihat ada anaknya yang bisa sekolah jauh lebih tinggi dari pendidikan mereka. “Dan hari ini saya mau ucapkan selamat karena harapan mereka telah terjawab. Saya bayar lunas dengan Gelar Doktor ini. Orang tua adalah alasan saya berjuang, sebagai anak laki-laki satu-satunya di keluarga, saya memiliki keinginan untuk menjadi kebanggaan bagi keluarga,” tuturnya.

Hidup sendiri di daerah orang, keluar jauh-jauh dari zona nyaman, merasakan berbagai macam kesulitan dan tantangan menjadi harga yang harus di bayarkan menurut Riedel. Ia teringat di semester 3 nyaris putus kuliah karena terkendala biaya. Sewaktu kuliah S2 ia mendapat penghargaan sebagai lulusan terbaik, oleh karena itu ia ditawari beasiswa untuk melanjutkan studi S3 di Universitas Jember. Singkat cerita, ia telah melalui proses perkuliahan. Tepat di awal semester 3 semua berubah, akhirnya kabar buruk datang karena pendanaan beasiswa dibatalkan dengan alasan covid-19.

Ia pun memutuskan kalau sampai akhir semester 3 tidak ada pendanaan maka saya harus berhenti kuliah karena biaya yang mahal. Akhirnya, ia berburu beasiswa dari berbagai sumber, 7 kali saya daftar, 7 kali juga saya gagal dan tolak, tiba pada pendaftaran ke 8 di penghujung semester 3, akhirnya kabar baik datang, ia melakukan proses wawancara, di bulan Desember saya lolos dan tandatangan kontrak beasiswa unggulan. Semua biaya yang telah ia keluarkan tergantikan dengan biaya beasiswa unggulan

“Semua karena anugerah Tuhan. Saya di ajarkan untuk berdiri sesering terjatuh, dan bangkit sesering kita gagal. Ketika satu pintu tertutup, ternyata ada pintu lain yang terbuka. Hanya butuh usaha lebih besar dan doa lebih kuat untuk melihat pintu lain yang terbuka,” ucap Riedel.

Untuk itu ucapan terimakasih pada pemerintah RI, melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Menteri Nadim Makarim yang telah membantu dalam memberikan beasiswa unggulan, sehingga saya bisa melanjutkan studi sampai selesai dan mendapatkan gelar Doktor ini.

Ketika proses menyelesaikan studi, ada banyak kemudahan yang bisa ia dapatkan. Ketika banyak mahasiswa program doktoral khawatir karena syarat kelulusan harus publikasi Article ilmiah pada jurnal Scopus Q2 dengan biaya mencapai $3000 USD / Rp. 45.000.000, akhirnya melalui proses yang ketat ia bisa mengirimkan article ilmiah dan diterima untuk dipublikasikan pada Jurnal terindeks Scopus Q2 dengan biaya 0 rupiah/gratis.

“Ya, itu adalah perjalanan saya dalam mencapai mimpi yang saya harapkan, banyak lagi cerita yang lain. Tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin untuk di jalani. Walaupun ketika dipikir-pikir rasanya tidak mungkin saya bisa berada diposisi ini. Saya hanyalah anak muda yang berasal dari pinggiran Indonesia, saya hanya pemuda yang lahir dan besar di desa. Ya, daerah yang sangat berbeda dengan wilayah yang pernah saya temui di Pulau Jawa,”ujarnya.

Sebenarnya kata Riedel, daerahnya bukan berarti terkebelakang, tapi, harus di akui mereka harus banyak mengejar ketertinggalan seperti fasilitas, ekonomi, kemudahan terhadap berbagai akses, dan kondisi SDM. Ia mengaku, berasal dari daerah yang sangat jauh dari hingar-bingar semangat impian akan pendidikan. Untuk kuliah di perguruan tinggi terbaik yang ada di Pulau Jawa adalah satu kemustahilan.

Lanjut dia, harus ia katakan bahwa anak-anak muda di daerahnya tidak kalah pintar dan tidak kalah bersaing dengan anak-anak muda yang ada di jawa, tapi cita-cita kami kebanyakan pupus, akhirnya banyak orang rela menenggelamkan mimpinya dan menyerah karena banyaknya stigma ketidakmungkinan yang terbangun, semisal, bagaimana mungkin anak seorang petani bisa kuliah tinggi, bagaimana mungkin mengambil keputusan kuliah di kampus yang berkualitas sementara kondisi keluarga yang sangat susah, bagaimana mungkin anak yang tinggal desa bisa kuliah tinggi, saya banyak keterbatasan, saya tidak pantas, dan masih banyak kata dan kalimat lainnya yang dijadikan penghalang.

Dr Riedel Paulus Jacobis, S,E.,M.M Foto Bersama Pimpinan Sidang Terbuka Promosi Doktor, Promotor dan Co Promotor beserta Tim Penguji. (Foto: Istimewa)

“Tapi hari ini, tepat 3 Juli 2023, saya telah mematahkan stigma ketidakmungkinan tersebut. Hari ini saya berdiri di podium yang sangat terhormat ini didepan Pimpinan Sidang Terbuka Promosi Doktor, Promotor dan Co Promotor beserta Tim Penguji saya membuktikan bahwa bahwa seorang anak yang jauh dari daerah, bisa meraih Gelar Doktor dengan Predikat Cumlaude,” tegas Riedel.

Sehingga lajut Riedel, di kesempatan yang sangat baik itu, kiranya bisa memberikan semangat kepada teman-teman yang berada di daerah, kalau siapapun bisa menjadi apapun, tanpa peduli keterbatasan dan berbagai penghalang lainnya, yang paling penting adalah kita harus memiliki cukup keberanian untuk menetapkan langkah.

Jangan hanya sebatas bermimpi, tapi bangunlah dari tidur dan kerjakan mimpi itu. Jangan jadi anak muda yang biasa-biasa saja dan berpasrah pada keadaan, jadilah anak muda yang mampu merubah keadaan dan membawa perubahan dengan memiliki visi jauh kedepan, karena apa yang akan kita lakukan 5 atau 10 tahun kedepan, sangat bergantung dengan apa yang kita lakukan hari ini.

Dirinya percaya masa depan datang dari melangkah bukan hanya berpikir dan habis bicara. Semua ini bukan tentang pintar, bukan tentang dari mana kita berasal, bukan tentang susahnya ekonomi kita, semua itu sama sekali bukan penghalang, selama kita memiliki mentality, atittude, dan kerja keras, maka esmua proses akan memberikan hasil. Memang proses masing-masing orang berbeda-berbeda tapi yang membuat kita sama adalah kita semua memiliki kesempatan yang sama untuk merubah masa depan.

“Saya selalu percaya bahwa kita akan menjadi apa yang kita pikirkan, untuk itu jangan pernah mengurangi target, tingkat kan doa dan usahanya, jangan hanya mau jadi penonton masuklah ke arena kompetisi karena keberuntungan hanyalah masalah perjumpaan antara persiapan dengan kesempatan, dan muara akhir dari setiap proses hanyalah tetang gagal atau sukses. Tapi ingat jika kita menemui kegagalan itu bagian dari perjalanan untuk menuju keberhasilan. Bangkitlah sesering kita gagal, dan berdirilah sesering kita terjatuh. Jangan pernah berhenti untuk berjalan dan teruslah belajar,” tutup Riedel.

Sejumlah pengalaman Riedel Paulus Jacobis, S,E.,M.M. semasa menjalankan studi semasa Mahasiswa S1, S2, hingga mendapat gelar Doktor:

Awardee Beasiswa Unggulan Program Doktoral Kemendikbud Ristek tahun 2021. Sejak tahun 2020 bekerja sebagai Dosen di Universitas Dumoga Kotamobagu di Program Studi Manajemen, Sebagai Consultant Publikasi KaryaI lmiah International bereputasi. Pengalaman bekerja sebagai Tenaga Pendidik (Guru) di SMK Negeri 2 Dumoga Tahun 2016-2018, di angkat menjadi Ketua Jurusan Pariwisata di tahun 2017-2018.

Selama mahasiswa aktif dalam berbagai kegiatan Kemahasiswaan; Wakil Ketua Bidang Himpunan Mahasiswa Program Studi (HIMAPRO) 2012-2013, Wakil Ketua Bidang Badan Eksekutif Mahasiswa(BEM) FEB UNIMA 2013-2015, Ketua Bidang Unit Pelayanan Kerohanian Mahasiswa Kristen (UPK-MK) FEB UNIMA, Wakil Ketua Kerukunan Mahasiswa Kristen Totabuan (KMK-Totabuan) 2013-2014, Ketua KMK-Totabuan 2014-2015, Wakil Ketua Bidang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) 2015-2017.

Beberapa karya ilmiahnya antara lain: Employee Competency on Professional Staff Performance in Bolaang Mongondow: The Mediating Role of Job Satisfaction (IOSR Journal of Business and Management/2020); The effect of
e-leadership on employee performance: the mediating role of elasticity workplace (International Journal of Procurement Management/ Scopus Q2 – 2023); Deformation Workplace Sebagai Mediasi Pengaruh E-Leadership Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Pendamping Profesional Desa Provinsi Sulawesi Utara Wilayah Bolaang Mongondow Raya (Kolaborasi riset dengan Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat, Badan Riset dan Inovasi Nasional/ BRIN tahun 2022-2023), menghasilkan buku berjudul“Deformation Workplace” (HKI 2023).

Narasumber Seminar Nasional “Peran Pemuda di era Disruptif” 2020, Nara Sumber Seminar Nasional “Peluang Mendapatkan Beasiswa” 2022, Narasumber dalam berbagai kegiatan Mahasiswa FEB UNEJ, Narasumber berbagai Kegiatan Kepemudaan di daerah Kabupaten Bolaang Mongondow. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *