Pa Ade Robo Seorang Muslim di Minsel Hibahkan Lahan Untuk Gereja

Editor: Martsindy Rasuh

MINSEL (Gawai.co) – Lelaki renta ini bernama lengkap Robo Lahma. Di Desa Arakan dan Desa Rap-Rap ia lebih dikenal dengan sebutan Pa Ade Robo. Dari bahasa tubuhnya, terpancar kerendahan hati dan keikhlasan.

Kalimat yang ia sampaikan sangat menyentuh hati kepada seorang pemuka agama, “pendeta, napa kita so tanda tangan surat hibah kita pe tanah for gereja basar” (pendeta, ini sudah saya tanda tangani surat hibah lahan kepemilikan untuk gereja besar. Gereja basar adalah sebutan kaum muslim untuk Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Efrata Rap-Rap.

Sungguh suatu prinsip hidup yang sangat luar biasa disaat orang lain menganut pola pikir “sapa ngana sapa kita” (siapa kamu siapa saya).

Apa yang akan terjadi dengan dunia kita ini jika semua orang menerapkan teori Darwin, bahwa hanya yang kuat dan yang licik bukan yang benar yang dapat bertahan.

Dan betapa luluh-lantak dunia ini sekiranya seperti kata Nietzhe, “Mereka yang kecil dan lemah mesti rela jadi makanan yang besar dan kuat, sebab begitulah ketentuan hukum kehidupan”.

Pa Ade Robo telah mengajarkan kepada kita apa arti dari menjadi “manusia sesungguhnya”. Sifat rendah hatinya membuktikan ia sangat mencintai sesama manusia.

Pa Ade Robo merupakan seorang penganut Islam yang taat, namun dibalik ketaatannya, ia paham benar tentang ajaran Kristus, “Kasihilah sesamamu manusia”, hal ini disebabkan dirinya hidup di lingkungan keluarga nasrani.

Pdt. Welly Pudihang mengatakan, dirinya sangat bersyukur atas berkat Tuhan yang diterimanya.

“Sungguh bersyukur atas proses panjang dalam hal ini, akhirnya tanah di mana berdirinya gedung GMIM Efrata Rap-Rap surat hibah lahannya telah diserahkan oleh Pa Ade Robo kepada saya dihadapan Wakil Bupati Minahasa Selatan Pdt. Petra Rembang, disaat GMIM Wilayah Semenanjung Tatapaan merayakan perayaan menyambut Natal Yesus Kristus di tahun 2021,” ungkapnya.

“Dengan penantian panjang akhirnya sah milik GMIM,” kata mantan Ketua Jemaat GMIM Alfa Omega Rumengkor ini.

Seorang Muslim rela menghibahkan sebidang lahannya untuk GMIM. Bagaimana dengan kita sebagai warga GMIM? “Apa tu di rumah bawa di gereja, bukang apa tu di gereja bawa di rumah” (apa yang ada di rumah bawa ke gereja, bukan apa yang di gereja bawa ke rumah). (Maher Kambey)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *