Diego Mamahit, Co Pilot Maskapai Sriwijaya Air Yang Ganti Jadwal Agar Bisa Beribadah

Diego Enrile Mamahit saat menjalankan tugas sebagai Co Pilot. (ist)



Editor: Tim Gawai


MANADO (Gawai.co) – Diego Enrile Mamahit Co Pilot pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan kepulauan seribu seharusnya tidak berada di pesawat naas tersebut. Diego sebenarnya mendapat jadwal penerbangan ke Belitung malam hari.

Dilansir dari okezone.com, Pierre Patrick Pangemanan,  yang merupakan paman Diego, mengatakan karena penerbangan ke Belitung itu malam, jadi dia mengambil jadwal penerbangan pukul 14.00 WIB yang merupakan jadwal penerbangan Sriwijaya Air SJ 182 tersebut.

“Karena dia berniat ingin cepat pulang agar besok bisa masuk gereja pagi. Kalau dia ambil flight malam ke Belitung, otomatis dia sudah tidak bisa pulang karena sudah tidak ada flight,” kata Pierre di Manado, Sabtu (9/1).

Diego merupakan anak dari Evie Tuerah dan Boy Mamahit. Keduanya berasal dari Suwaan, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara yang telah lama menetap di Jakarta.

“Bapak dan ibunya sudah lama tidak pulang ke Suwaan, tapi memang keluarga besar tinggal di Suwaan,” ujar Pierre.

Diego merupakan anak bungsu dari Tiga bersaudara, Kakaknya Bernama Emily dan Chris. Ayah Diego, Boy Mamahit merupakan mantan Pilot Bouraq Indonesia Airlines, maskapai penerbangan swasta Indonesia yang pernah beroperasi pada tahun 1970-2005.

“Bapaknya dulu juga pernah jadi distrik manager di Bouraq Surabaya,” ucap Pierre.

Saat ini keluarga hanya bisa berharap agar ayah satu anak yang masih kecil itu selamat dari peristiwa naas tersebut dan bisa kembali pulang ke rumah berkumpul kembali bersama keluarga.

“Keluarga sih masih berharap Diego selamat dan bisa ditemukan, cuma gak tahu deh perkembangan beritanya seperti apa sekarang,” ungkap Pierre.

Diketahui, Pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak hilang kontak setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten. Pesawat tersebut diperkirakan jatuh di perairan antara Pulau Laki dan Pulau Lancang Kepulauan Seribu.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebelumnya menuturkan pesawat take off pada pukul 14.36 WIB. Satu menit kemudian, pesawat tercatat berada di ketinggian 1.900 kaki.
(Tim Gawai)


Sumber berita: okezone.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *