Editor/Pewarta: Martsindy Rasuh
TONDANO (Gawai.co) – Universitas Negeri Manado (Unima) melalui Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) resmi memperluas jangkauan Program Kampus Berdampak dengan menggandeng Desa Wisata Wiau Lapi, Kecamatan Tareran, Kabupaten Minahasa Selatan, dalam upaya pengembangan destinasi wisata berbasis budaya dan alam. Kolaborasi strategis ini diresmikan bersamaan dengan peluncuran dua destinasi wisata baru: Air Terjun Turunan dan Kulung-Kulung, yang digelar pada Rabu (4/6/2025).
Inisiatif ini digagas oleh Pemerintah Desa Wiau Lapi di bawah kepemimpinan Kristian Kumendong, yang secara langsung mengundang FBS Unima untuk terlibat dalam pengembangan potensi wisata dan budaya lokal. Dalam kegiatan tersebut, hadir langsung Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Dr. Grace Shirley Luntungan, H. Hum., didampingi Dr. Glenie Latuni, M.Sn. selaku Wakil Dekan I sekaligus Peneliti Budaya, serta Fivi Andries, SS., M.Hum., Wakil Dekan III FBS Unima yang juga aktif dalam pemberdayaan masyarakat melalui seni dan budaya.
Tak hanya mendapat dukungan dari pihak akademisi, rencana pengembangan Desa Wisata ini juga mendapat restu penuh dari pemerintah daerah. Wakil Bupati Minahasa Selatan, Brigjen (Purn) Theodorus Kawatu, S.I.P., turut hadir dalam peresmian dan menyampaikan apresiasinya terhadap sinergi antara dunia pendidikan tinggi dan pemerintah desa dalam mendorong pembangunan berbasis potensi lokal.
“Kerja sama ini bukan hanya tentang wisata, tapi tentang masa depan. Kami percaya bahwa FBS Unima mampu menjadi mitra strategis dalam melestarikan budaya, meningkatkan kapasitas masyarakat, dan menciptakan destinasi wisata yang berkelanjutan,” ujar Kristian Kumendong dalam sambutannya.
Sinergi Akademik dan Lokal: Menyulap Wiau Lapi Menjadi Desa Wisata Unggulan
Desa Wiau Lapi yang pada tahun 2023 telah ditetapkan sebagai Desa Wisata oleh pemerintah pusat, kini memanfaatkan peluang tersebut dengan menggandeng institusi pendidikan untuk mendampingi transformasi sosial dan ekonomi berbasis pariwisata. Melalui Program Kampus Berdampak – program unggulan Unima yang fokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan akademik dan aplikatif – FBS siap mengintegrasikan riset, pengabdian masyarakat, serta pengembangan potensi lokal di desa binaan.
Adapun beberapa bentuk kerja sama konkret yang dirancang antara FBS Unima dan Pemerintah Desa Wiau Lapi antara lain:
1. Pengembangan Potensi Wisata Desa
FBS Unima akan mendampingi desa dalam pelatihan pengelolaan wisata, pengembangan atraksi budaya dan ekowisata, serta penyusunan narasi wisata yang otentik dalam berbagai bahasa untuk memperluas daya tarik wisatawan.
2. Pelestarian Budaya Lokal
Melalui penelitian dan dokumentasi budaya, tim akademisi dari FBS akan merekam tradisi lisan, seni pertunjukan, dan praktik budaya khas Wiau Lapi yang berpotensi menjadi aset wisata sekaligus warisan budaya tak benda.
3. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Program pelatihan di bidang seni pertunjukan, keterampilan bahasa untuk pemandu wisata, hingga pengembangan konten kreatif akan menjadi fokus utama dalam peningkatan kapasitas masyarakat desa.
4. Pengembangan Produk Kreatif dan Ekonomi Lokal
Produk wisata seperti kerajinan tangan, kuliner khas, dan suvenir akan dikembangkan bersama pelaku UMKM desa dengan pendampingan dari dosen dan mahasiswa FBS Unima.
5. Strategi Promosi dan Digitalisasi
FBS akan membantu merancang strategi pemasaran berbasis digital, termasuk pengelolaan media sosial, pembuatan situs web wisata desa, hingga konten promosi berbasis visual dan narasi kreatif.
Anggaran Khusus dan Komitmen Jangka Panjang
Menariknya, Pemerintah Desa Wiau Lapi telah menunjukkan komitmen tinggi dengan mengalokasikan anggaran khusus untuk mendukung program ini. “Kami tidak hanya menjalin kerja sama simbolis, tapi juga komitmen nyata dalam bentuk dukungan anggaran desa. Harapannya, desa kami bisa menjadi contoh sinergi sukses antara pendidikan dan pembangunan,” tegas Kumendong.
Dekan FBS Unima, Dr. Grace Shirley Luntungan, menyambut antusias kerja sama ini dan menyatakan bahwa FBS siap mengintegrasikan kegiatan tridarma perguruan tinggi di Wiau Lapi. “Kami akan hadir bukan hanya sebagai pengajar, tetapi sebagai mitra masyarakat. Lewat pendekatan budaya, bahasa, dan seni, kami yakin potensi Wiau Lapi akan bersinar di tingkat nasional bahkan internasional,” ucapnya.
Menatap Masa Depan Desa Wisata Berbasis Akademik dan Budaya
Langkah progresif ini tidak hanya memperkuat posisi Unima sebagai kampus yang berdampak nyata, tetapi juga membuka jalan bagi model pengembangan desa berbasis akademik dan partisipatif. Kolaborasi ini menandai babak baru dalam pembangunan destinasi wisata yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga menyentuh hati dan memperkaya jiwa.
Dengan semangat gotong royong dan kemitraan strategis, Desa Wiau Lapi siap menatap masa depan sebagai salah satu ikon pariwisata budaya dan alam Sulawesi Utara – dan Unima ada di garis depan untuk mewujudkannya. (Mrt)