Turis Jepang Nazomi Sambe Ajak Anak-Anak Pesisir Manado Belajar Origami dan Budaya Jepang

Editor/Pewarta: Martsindy Rasuh

MANADO (Gawai.co) — Nazomi Sambe, seorang turis asal Jepang yang dikenal ramah dan kreatif, mengunjungi wilayah pesisir Bitung Karangria, Kota Manado, dengan misi mulia: berbagi kebudayaan Jepang kepada masyarakat lokal, khususnya anak-anak.

Dalam kunjungannya, Nazomi Sambe mengajak anak-anak pesisir untuk mengenal seni tradisional Jepang, yaitu origami—seni melipat kertas yang mengajarkan kesabaran dan kreativitas. Dengan senyum hangat dan semangat yang tinggi, ia memperkenalkan dirinya kepada anak-anak sebelum memulai sesi pelatihan.

Anak-anak terlihat antusias dan penuh rasa ingin tahu. Mereka belajar membuat berbagai bentuk origami, seperti burung dan kapal kertas, dengan bimbingan langsung dari Nazomi. Suasana pun dipenuhi tawa ceria dan rasa kagum terhadap budaya asing yang baru mereka kenal.

Tak hanya origami, Nazomi juga memperkenalkan unsur budaya Jepang lainnya, seperti kaligrafi Jepang, dalam rangkaian kegiatan Festival Seni dan Bahasa bertema “Lautku, Kehidupanku” yang diselenggarakan oleh Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Manado (Unima).

Menurut Nazomi, kegiatan ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara masyarakat Indonesia dan Jepang melalui pertukaran budaya sejak usia dini. Anak-anak pesisir tampak antusias bertanya tentang kehidupan dan budaya Jepang, menunjukkan ketertarikan mereka yang besar terhadap dunia luar.

Kegiatan ini menjadi bagian dari program “Kampus Berdampak pada Masyarakat” yang didorong oleh Rektor Unima, Dr. Joseph Philip Kambey, MBA, dan diwujudkan oleh Dekan FBS Unima, Dr. Grace Shirley Luntungan, M.Hum, melalui dukungan penuh Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Glenie Latuni.

“Program ini akan terus dilanjutkan untuk memberikan pengalaman lintas budaya kepada masyarakat lokal, sekaligus membawa Unima lebih dekat dengan masyarakat,” ujar Dr. Latuni.

Kunjungan Nazomi Sambe pun ditutup dengan penuh kehangatan, tawa, dan kenangan manis bersama anak-anak pesisir Bitung Karangria—sebuah momen yang tak hanya meninggalkan jejak budaya, tetapi juga jalinan persahabatan lintas negara yang bermakna. (Mrt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *