Limbah CPO Cemari Pesisir Pantai Kota Bitung, Penyebabnya Masih ‘Misterius’

Sejumlah anak-anak yang sedang mengamati pencemaran air laut yang diakibatkan oleh CPO. (doc.foto: Gawai.co)

Editor/Pewarta: Alfondswodi

BITUNG (Gawai.co) – Pencemaran lingkungan di sepanjang pesisir pantai diwilayah Kecamatan Madidir, tepatnya di Kelurahan Madidir Unet hingga ke wilayah Kelurahan Bitung Timur, Kecamatan Maesa – Kota Bitung, kuat dugaan diakibatkan oleh tumpahan minyak Crude Palm Oil (CPO).

Sementara itu diketahui CPO merupakan minyak nabati yang dihasilkan dari tanaman buah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq, Arecaceae) yang diproduksi untuk dijadikan minyak goreng dan sebagainya.

Adapun pencemaran tersebut, awalnya diketahui pada kemarin hari, Rabu 20 April 2022, sekitar pukul 11:30, saat warga yang hendak mengecek perahunya, kaget saat melihat air laut sudah dipenuhi dengan gelembung berbentuk seperti spons berwarna kuning serta agak kecokelatan dan berminyak.

Menurut salah satu warga yang tinggal di pesisir pantai, Eki Salindeho, kepada awak media menyatakan dugaannya pencemaran tersebut berasal dari salah satu perusahaan minyak goreng yang berdekatan dengan pemukiman mereka.

“Pencemaran ini, bukan kali ini saja sudah beberapa kali terjadi, bahkan sebelumnya warna air laut berubah menjadi warna coklat pekat dan sangat berminyak dan berbau,” ucap Eki yang diketahui kesehariannya bekerja sebagai nelayan. Rabu (20/4/2022).

Bahkan menurut salah satu anggota Satgas Kelurahan ini, pada beberapa waktu lalu, sejumlah warga pernah mengalami dampak dari pencemaran yang diakibatkan oleh perusahan.

“Ada warga mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, mengalami penyakit kulit. Dan kejadian ini sudah berulang-ulang kali dilaporkan, bahkan dari Pihak Kementerian Lingkungan Hidup yang didampingi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bitung, sudah datang dan mengambil sampel, namun hingga kini belum ada hasilnya,” tegasnya.

Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak nabati yang dihasilkan dari tanaman buah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq, Arecaceae). yang mencemari pesisir pantai di Kota Bitung.(Foto: Istimewa)

Sementara itu, informasi yang berhasil dirampung oleh awak media, saat melakukan upaya konfirmasi kepada pihak PT Agro Makmur Raya, Suwandi menyatakan kalau pencemaran itu tidak disebabkan oleh pihaknya.

“Kalau melihat dari tekstur limbahnya, itu berasal dari perusahaan yang melakukan proses refinery dan yang menggunakan proses itu hanya perusahaan MNS (PT Multi Nabati Sulawesi) untuk diwilayah ini, sedangkan kami tidak menggunakan proses itu,” kata Suwandi.

Saat disentil area titik pencemaran dugaan limbah PCO, sangat berdekatan, bahkan hanya berjarak kurang dari 10 meter dengan tembok perusahaan, dirinya tetap tidak membenarkan kalau limbah tersebut berasal dari perusahaan.

“Posisi pasang surut memang akan pasti kena dampak disana, ini tekstur stearin dan bukan produk kami, kami tidak memproduksi bahan seperti itu (video yang dikirimkan.red), dan yang menghasilkan produk seperti itu hanya menggunakan mesin refinery,” bebernya.

Hal senada dikalimatkan oleh PT MNS (PT Multi Nabati Sulawesi) melalui Humas PT MNS, Anna saat dikonfirmasi sejumlah awak media via telepon WhatsApp.

“Tim kami sudah menggeseknya dan limbah tersebut bukan dari kami (PT MNS.red) lagian kami belum ada produksi,” singkatnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemerintah Kota (Pemkot) Bitung, Meriyanti Dumbela saat dikonfirmasi awak media Gawai.co melalui pesan singkat WhatsApp, menyampaikan usai mendapatkan informasi, pihaknya langsung turun kelapangan mengecek langsung informasi dugaan pencemaran tersebut.

“Kemarin saya sudah memerintahkan tim untuk mendatangi lokasi kejadian dan tim juga sudah mendatangi sejumlah perusahaan yang berdekatan dengan lokasi terjadinya pencemaran,” kata Meriyanti. Kamis (21/4/2022).

Selain itu, kata Kadis DLH Pemkot Bitung, tim juga sudah memeriksa terkait dengan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) di dua perusahaan yang berdekatan dengan lokasi pencemaran.

“Hasil pemeriksaan, kami tidak menemukan adanya pencemaran yang dilakukan oleh kedua perusahaan itu, namun karena sudah malam hari, tim bersepakat untuk melanjutkan pada besok hari (hari.red),” tandasnya.

Seraya menambahkan, “Tim juga akan melakukan pemeriksaan kapal-kapal pengangkut bahan baku CPO, untuk memastikan sumber pencemaran ini,” pungkas Meriyanti. (ayw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *