Editor/Pewarta: Maher Kambey
TONDANO (Gawai.co) – Menyeimbangkan hobi dan aktivitas studi adalah keharusan bagi semua orang yang menempuh pendidikan. Baik di jenjang sekolah, maupun perguruan tinggi. Ini diperlukan agar adanya keseimbangan antara kedua hal di atas agar tidak berat sebelah.
“Menyeimbangkan hobi musik dengan studi keduanya adalah kesinambungan, studi sebagai kegiatan formal dan musik sebagai ekspresi dari penat jiwa ketika dipaksa berpikir dan menghadapi situasi,” ungkap Kezia Celinda Yanti Rantung.
Baginya, meluapkan sajak lewat bermusik adalah obat yang secara otomatis keduanya berjalan secara beriringan.
Perempuan kelahiran Ratahan 12 Januari 1998 ini menuturkan, ketika memikirkan suatu kata atau instrumen, dia pun langsung mencatatnya agar tidak lupa atau hilang begitu saja.
“Ketika ada ledakan ide-ide yang bahkan tidak jelaspun saya catat, dan Ketika sedang tidak melakukan aktivitas studi saya mengeksekusi karya saya, dan mengeksplor segala kemungikinan yang terjadi,” ungkap perempuan yang akrab disapa Key ini.
Pemilik akun Instagram @keziarantungg ini mengaku, berkesenian adalah wadah untuk dirinya mealihwahanakan rasa sakit, amarah, rindu, bahagia, akan hidup yang dialami. Secara tidak sadar hal tersebut menjadi tumpukan karya yang harus saya dirilis.
“Saya baru saja merilis lagu dengan judul “Matriarkey”, kehidupan sehari-hari adalah inspirasi. Lagu ini adalah ocehan seorang anak rantau yang tinggal di kota orang yang rindu dengan kampung halamannya Minahasa,” ujarnya.
“Dengan instrumen trap Swedia yang diagarap oleh Bonggi21, dan lirik Minahasa, lagu ini diracik di Yogyakarta, untuk menyampaikan kerinduan anak rantau yang jauh dari kampung halamannya,” tandasnya. (Mhr)