Rektor Unima Beri Perhatian Khusus Bagi Penyandang Disabilitas

 Rektor Unima Prof. Dr. Deitje A. Katuuk ketika menyampaikan sambutan dalam sosialisasi. (ist)

Editor: Tim Gawai


TONDANO (Gawai.co) – Prof. Dr. Deitje A. Katuuk MPd menegaskan selaku Rektor Unima dirinya akan memberikan perhatian khusus serta mempersiapkan fasilitas memadai untuk menunjang program pendidikan bagi kaum disabilitas. Hal itu disampaikannya dalam sosialisasi penerimaan mahasiswa baru Unima bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) dan siswa disabilitas tahun 2021 secara daring, Rabu (20/1).
“Tentu Unima akan menunjang program ini dan memberi banyak perhatian kepada kaum difabel/disabilitas,” ungkap orang nomor satu di Unima ini.
Dirinya menjelaskan, Unima saat ini memiliki 25 mahasiswa disabilitas, artinya kampus ini sedang fokus melaksanakan permenristekdikti nomor 46 tahun 2017. 
“Pada prinsipnya, dengan adanya mahasiswa disabilitas itu berarti perlu juga ada model pembelajaran yang khusus untuk para mahasiswa ini,” sebutnya.
Lebih lanjut disampaikannya, semua fakultas akan membuka ruang bagi penyandang disabilitas yang ingin mendapatkan pendidikan.
“Semua fakultas akan kami buka penerimaan mahasiswa penyandang disabilitas. Kami berencana mahasiswa disabilitas mendapatkan dukungan penuh beasiswa dari kementerian,” tuturnya.
Dirinya mengajak, seluruh masyarakat menghadirkan pendidikan yang inklusi untuk penyandang disabilitas. “Hari ini saya mengajak masyarakat terus bergotong royong menghadirkan pendidikan yang inklusi,” ujarnya.
Ia mengatakan kondisi fisik bukanlah penghalang untuk meraih prestasi. Karena, seluruh pihak berhak atas pendidikan di Indonesia. “Pentingnya kesetaraan terutama dalam aspek pendidikan. Siapapun di negara ini berhak atas pendidikan yang memerdekakan. Berhak untuk merdeka belajar,” kata Katuuk.
Jika dalam prakteknya, ada yang gangguan pendengaran atau penglihatan tentu kita siapkan fasilitas. Juga ada gangguan berbicara, tidak bisa berjalan harus disiapkan fasilitas yang diperlukan.
“Semua yang mereka butuhkan akan disiapkan,” sebutnya.
Begitu juga bagi yang hilang ingatan kita cari cara tertentu untuk meningkatkan daya ingatannya, bagi disabilitas mental seperti fabio, depresi, serta gangguan kecemasan sehingga perlu ada seorang ahli psikologi dalam rangka memperbaiki tingkat kecemasan.
Disabilitas ini sebenarnya jika dibantu dengan baik dalam proses pendidikan, pasti akan ada perkembangan yang baik. “Jadi sangat perlu diberikan perhatian khusus. Setelah proses pendidikan maupun pembelajaran, selanjutnya mereka dapat melakukan aktivitas tanpa dibantu oleh orang lain ataupun mereka dapat membantu orang lain atau sesama disabilitas,” urainya.
“Program ini perlu kita tunjang bersama, bahwa Unima memiliki program penerimaan mahasiswa disabilitas,” sampainya.
Perlu diketahui, untuk mempertahankan komitmen ini, saat ini lewat panitia penerimaan mahasiswa baru 2021, melalui kebijakan rektor, memberi perhatian khusus untuk calon mahasiswa disabilitas dengan membentuk panitia khusus.
Rektor sangat menyadari keuntungan dan nilai tambah jika melayani mahasiswa disabilitas. Ada nilai rekognisi yang tinggi pada komponen akreditasi institusi jika melayani kaum difabel. Sekaligus mewujudkan visi Unima Mapalus yang sejalan konsep inklusif dalam dunia pendidikan khusus. 
Sementara itu, Ketua BEM Unima Jeremia Rishart Pantow ketika dimintai keterangan sangat mendukung program Unima. “Kami selaku pengurus BEM sangat mendukung program ini. Apalagi memberi kesempatan bagi penyandang disabilitas, hal ini perlu diapresiasi,” terangnya. (Tim Gawai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *