Pupuk di Minahasa Terjadi Kelangkaan Petani Menjerit!

 

lustrasi pupuk. (ist)

Editor: Tim Gawai

TONDANO (Gawai.co) – Memasuki dua bulan petani di Kabupaten Minahasa mulai menjerit. Pasalnya, ketersediaan pupuk yang sering digunakan pada pertanian dan perkebunan terjadi kelangkaan. Hal ini disampaikan sejumlah petani kepada awak media, Senin (5/10).
Para petani mengeluhkan, untuk tanaman mereka bakal mengalami gagal panen akibat tidak tersediannya sejumlah pupuk diantaranya pupuk urea, ponska dan SP. Pupuk jenis ini merupakan kebutuhan utama tanaman yang diolah para petani.  
“Sudah hampir dua bulan kami kewalahan mencari pupuk, padahal kami sudah terdata sebagai penerima pupuk bersubsidi karena masuk dalam kelompok tani, tapi toh tetap sulit mendapatkannya,” ungkap Ketua KTNA Kakas Barat Berty Kaseger mewakili para petani.
Dijelaskannya, sesuai Rencana Detail Kebutuhan Kelompok (RDKK) setiap anggota kelompok tani bakal mendapat 600 kilogram. “Seharusnya kita tidak akan mengalami kekurangan pupuk karena per anggota kelompok dapat 600 kg, apalagi kalau satu kelompok 15 anggota seharusnya sudah terpenuhi. Kan ini merupakan hak kita sebagai petani,” bebernya.
Senada disampaikan Petani asal Desa Panasen Albert Longkutoy yang mengakui jagung maupun padi yang ditanamnya kini mulai mengalami kerusakan akibat masa pemupukan telah lewat.
“Biasa jagung dan padi yang saya tanam hasilnya sangat baik, bahkan sering dijadikan percontohan, tetapi karena tidak digunakan pupuk kini tanaman tersebut pertumbuhannya tidak baik, bahkan sudah ada yang dijadikan tempat mengikat ternak, baik sapi ataupun kuda,” keluhnya.
Diakuinya, terpaksa membeli pupuk dengan harga mahal, daripada tidak sama sekali. “Biasanya harga pupuk urea hanya Rp90 ribu per sak, karena terpaksa maka kami beli yang harga Rp150 sampai Rp200 ribu per sak. Itupun dengan cara membujuk ke pihak toko/penjual,” terangnya.
Sementara itu, terkait kelangkaan pupuk ini, Olly Dondokambey ketika menghadiri panen padi di Touliang Kakas menjelaskan seharusnya di Kabupaten Minahasa tak semestinya terjadi, mengingat pasokan pupuk terbilang banyak atau terpenuhi. Akan tetapi, dirinya menyatakan akan berkoordinasi dengan pemerintah guna menjawab keluhan warga tersebut.
“Sebelum saya cuti sebagai gubernur, sudah meninjau ke Bitung dan pupuknya cukup. Mungkin masalah distribusinya saja. Kita minta supaya kepala Dinas Pertanian bersama penjabat gubernur agar dapat mengantisipasi hal ini,” terang OD sapaan akrabnya. (Tim Gawai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *