Pewarta: Rendi Pontoh
BOLTARA (Gawai.co) – Idul Adha selalu menjadi momentum suci bagi umat Islam untuk meneguhkan kembali nilai keikhlasan, pengorbanan, dan solidaritas sosial. Di tengah perayaan besar ini, perhatian seorang pemimpin terhadap rakyatnya menjadi simbol penting dalam membangun kedekatan emosional dan spiritual antara negara dan warganya.
Pemberian sapi kurban jenis limousin berbobot 850 kilogram oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, kepada masyarakat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) patut diapresiasi, bukan semata karena ukuran atau nilainya, melainkan karena makna simboliknya. Penyerahan hewan kurban itu yang dilakukan oleh Bupati Bolaang Mongondow Utara (Boltara), Sirajudin Lasena, dan Wakil Bupati Moh. Aditya Pontoh, bersama jajaran Pimpinan OPD di Masjid Agung Baiturahman Desa Boroko, Kamis malam (5/6/25) menunjukkan sinergi antara pusat dan daerah dalam bingkai kepedulian sosial dan keagamaan.
Dalam kultur politik kita yang kerap diramaikan oleh retorika, kehadiran tindakan nyata seperti ini menjadi napas segar. Presiden Prabowo, melalui kurban tersebut, memberikan pesan bahwa kepemimpinan tidak berhenti di atas podium, tetapi hadir hingga ke halaman masjid di pelosok desa, melalui sentuhan yang membumi.
Tentu, satu ekor sapi tidak akan menyelesaikan persoalan kemiskinan atau ketimpangan sosial. Namun, dalam konteks Idul Adha, pesan moralnya jauh lebih luas. Kurban adalah pernyataan cinta kepada sesama manusia, dan ketika seorang presiden ikut serta dalam semangat ini, ia menguatkan tali persaudaraan kebangsaan.
Kita berharap bahwa apa yang dilakukan Presiden Prabowo menjadi teladan bagi para pemimpin lain, baik di tingkat pusat maupun daerah. Pemimpin yang besar adalah mereka yang tidak hanya memikirkan rakyat dalam pidato, tetapi yang hadir nyata dalam suka dan duka umat.
Idul Adha kali ini hendaknya menjadi refleksi bersama: bahwa kekuasaan adalah amanah, dan kurban adalah simbol keikhlasan dalam menunaikannya. (rp)