PUKKAT Bersama Komunitas Penulis Mapatik Gelar Sekolah Menulis Keragaman

Foto bersama peserta dan pemateri usai suksesnya kegiatan sekolah menulis keragaman. (Foto: Rusmin Hasan.)

Editor: Maher Kambey

Pewarta: Rusmin Hasan 

 

TOMOHON (Gawai.co) – Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT) dan Komunitas Penulis Mapatik sukses menggelar sekolah menulis keragaman yang berlansung ramai dan penuh khidmat, dimulai dari hari Jumat dan berakhir pada Sabtu (27/8/2022) bertempat di sekretariat PUKKAT Kota Tomohon.

Ketua PUKKAT, Denni Pinontoan mengatakan bahwa sekolah menulis keragaman yang difasilitasi oleh pihaknya yang bekerja sama dengan Penulis Mapatik bertujungan untuk membekali para jurnalis, aktivis dan penulis.

“Ini untuk memberikan pemahaman tentang apa dan bagaimana keragaman itu, juga tak kalah pentingnya sebagai penegasan peran dan kedudukan media dalam hal peliputan, penulisan tentang keragaman,” kata Denni.

Hal itu disebabkan, masih banyak dijumpai berita dari media online yang masih bias dalam hal menulis keragaman.

“Misalnya saja tentang isu perempuan. Dalam kasus pemerkosaan, perempuan telah jadi korban secara fisik, psikologis dan juga lebih tragisnya ia masih menjadi korban wacana. Seolah-olah media memberitakan bahwa penyebab pemerkosaan itu ialah perempuan itu sendiri,” ujarnya.

Dia pun berharap melalui sekolah menulis keragaman ini para jurnalis dibekali perspektif menulis keragamaan secara baik dan benar.

“Pesan untuk peserta sekolah menulis keragaman jangan hanyalah menjadi peserta yang baik namun harus juga menjadi penulis yang baik. Artinya peserta harus mempunyai kualitas menulis usai mengikuti proses ini,” ucapnya.

“Bersyukur kegiatan ini bisa sukses atas dasar nilai ru’kup. PUKKAT juga menerima karya-karya dari peserta untuk diterbitkan sebagai buku,” ungkap Denni.

Director Komunitas Penulis Mapatik, Rikson Karundeng berharap lewat sekolah keragaman ini, dapat mendorong anak-anak muda untuk terlibat dalam kegiatan literasi.

“Literasi yang dimaksud bukan hanya soal ketrampilan namun wawasan dan pengetahuan sehingga anak-anak muda dibekali pemahan jurnalis dan keberpihakan yang jelas. Mapatik sengaja bermitra dengan PUKKAT Karena banyak guru-guru yang sangat berkompeten dalam dunia jurnalis,” kata Rikson.

“Hari-hari ini ada persoalan serius di internal kalangan jurnalis Sulawesi Utara yakni pespektif tentang keragaman. Baik itu, soal agama, gender dan seksualitas. Pasalnya, isu-isu tersebut kita jumpai di ruang publik dalam pemberitaan kebanyakan yang bias,” tukasnya.

“Bagi kami di komunitas Penulis Mapatik, ini persoalan yang serius dan kami ingin membekali diri bahkan anak-anak muda baik itu, jurnalis, aktivis dan penulis pada umumnya untuk memiliki pespektif keragaman tersebut,” tutupnya.

Turut Hadir dalam kegiatan dan juga sebagai narasumber diantaranya Pdt. Ruth Ketsia, Riana, dan Greenhill Weol. (Rus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *