Pemerintah Jerman Peduli Masyarakat Pesisir Minahasa Utara

Kedutaan Besar Republik Federal Jerman saat foto bersama seluruh peserta kegiatan. (Foto: Gawai.co)

Editor: Maher Kambey

Penulis: Cicilia Oday

 

MINUT (Gawai.co) – Pemerintah Jerman melalui Inisiatif Iklim Internasional (IKI) menunjukkan kepedulian terhadap keanekaragaman hayati laut dan kesejahteraan masyarakat pesisir di beberapa desa di Minahasa Utara.

Didampingi Sekretaris I Kepala Bagian Kebudayaan dan Pers Kedutaan Besar Republik Federal Jerman, Matthias Müller dan Andre’ Degenklob dari KfW Development Bank dan organisasi-organisasi non pemerintah, Duta Besar Ina Lepel mengunjungi Desa Tarabitan di Likupang Barat, Jumat (28/1/2022).

Rombongan kedubes juga terdiri dari perwakilan Wildlife Conservation Society (WCS) dan Yayasan Pemberdayaan Masyarakat dan Konservasi Alam (YAPEKA) bertolak dari Manado sejak pukul 12.00 Wita dan tiba sekitar pukul 14.30 Wita yang disambut atraksi musik keroncong dari masyarakat setempat.

Kegiatan dilangsungkan di Balai Pertemuan Umum Desa Tarabitan, dibuka dengan kata sambutan dari Sekretaris Daerah Kabupaten Minut, Revino Dondokambey, dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Balai Konservasi Sulut, Aslan Masigi.

“Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam upaya perlindungan kawasan pesisir dan perikanan berkelanjutan di wilayah ini yang merupakan bagian dari kawasan pusat segitiga karang dunia,” kata Duta Besar Republik Federal Jerman, Ina Lepel dalam sambutannya.

Dia melanjutkan kelestarian ekosistem tersebut tak hanya penting bagi masyarakat Minut, namun juga bagi dunia. Oleh sebab itu Pemerintah Republik Federal Jerman memberikan perhatian yang kuat dan mendukung upaya perlindungannya.

“Kunjungan ini merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk dapat bertukar pikiran dan cerita lapangan secara langsung dengan para mitra yang terlibat, termasuk masyarakat yang menjadi garda terdepan baik dalam upaya perlindungan dan pengelolaan untuk kelestarian yang bermanfaat,” ujar Ina.

Hal serupa disampaikan Kepala BKSDA Sulut, Askhari Dg. Masikki, bahwa penguatan kapasitas, pemberdayaan dan keterlibatan masyarakat menjadi kunci upaya konservasi baik di darat maupun pesisir laut serta pulau-pulau kecil.

“Hal tersebut dapat mewujudkan terjaminnya kelestarian keanekaragaman hayati, biota laut yang dilindungi dan sumber daya alam yang ada berikut keberlangsungan manfaatnya,” paparnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah (DKP) Sulut, Tienneke Adam, menambahkan bahwa upaya pengelolaan yang berkelanjutan pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, ketersediaan dan kelengkapan data akan besaran stok ikan juga menjadi hal yang esensial yang dilakukan oleh DKP.

Sementara itu, Naftali Salindeho, perwakilan masyarakat Desa Tarabitan yang juga merupakan Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMAWAS) mengatakan, keterlibatan masyarakat pada upaya perlindungan dan pengelolaan perikanan berkelanjutan di wilayah ini sangatlah kuat.

“Tidak hanya terlibat dalam upaya pemantauan daerah perlindungan laut melalui Pokmawas dan perlindungan ekosistem laut, namun juga inisiatif dalam mengupayakan mata pencaharian yang berkelanjutan baik melalui kegiatan perikanan maupun alternatifnya melalui ekowisata,” ungkap Naftali.

“Kami sangat terbantu dengan pendanaan dari WCS dan YAPEKA yang memberikan lapangan kerja untuk komunitas-komunitas. Dari yang awalnya tidak punya usaha, sekarang jadi punya usaha,” ujar Fitri warga Bulutui yang ikut menyelenggarakan pameran kecil di dalam Balai Pertemuan Umum ketika diwawancarai wartawan Gawai.co.

Diketahui tiga desa sasaran proyek konservasi alam hayati adalah Desa Tarabitan, Desa Bulutui, dan Desa Bahoi.

Provinsi Sulawesi Utara sendiri merupakan penghasil ikan terbesar keempat di Indonesia. Pada 2016, perikanan tangkap dari Sulawesi Utara mencapai nominal sekitar US$315 juta.

Selain itu dengan adanya kegiatan perlindungan dan pelestarian konservasi sumberdaya hayati di pesisir, diharapkan masyarakat dapat secara mandiri dan berkelanjutan menjaga ekosistem pesisir sebagai sumber mata pencaharian untuk kesejahteraan masyarakat desa pesisir Sulut.

Itulah tujuan yang menarik kepedulian serta ketertarikan dari pemerintah Jerman bersama investor asing proyek-proyek tersebut.

Acara ini juga menyajikan karya-karya berupa kerajinan tangan dan pangan dari bahan baku hayati lokal, dua di antaranya adalah bakso ikan dan sate gurita, yang merupakan hasil olahan masyarakat setempat yang difasilitasi oleh YAPEKA.

Turut hadir dalam kegiatan ini, Kapolsek Minahasa Utara, Dandim, Camat Likupang Barat, Kepala Desa Tarabitan, tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat. (CIL)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *