Pewarta: Rendi Pontoh
Boltara — Pagi itu di Desa Busisingo berbeda dari biasanya. Tanah yang sebelumnya sunyi kini bergemuruh oleh suara cangkul, adukan semen, dan derap kaki para petugas yang bersiap. Di tengah-tengah warga yang berkerumun, tampak Bupati Bolaang Mongondow Utara, Sirajudin Lasena, dan Wakil Bupati Moh. Aditya Pontoh, yang tengah bersiap meletakkan batu pertama sebagai simbol dimulainya pembangunan rumah yang layak bagi warga yang membutuhkan. Sabtu, (14/6/25) kemarin.
Hari itu bukan sekadar peletakan batu, melainkan penanda harapan. Empat unit Rumah Layak Huni (RLH) mulai dibangun di dua kecamatan, Sangkub dan Bintauna. Dua unit berada di Desa Busisingo, satu unit di Desa Sangkub Timur, dan satu unit lainnya di Desa Padang, Kecamatan Bintauna. Semua titik ini menjadi bagian dari rangkaian program pengentasan kemiskinan yang telah dirancang matang oleh Pemerintah Daerah.
“Ini bukan soal membangun rumah, tapi membangun harapan,” ujar Bupati Sirajudin dengan nada tulus. Matanya menyapu seluruh warga yang hadir. “Kita ingin memastikan, bahwa setiap keluarga di Boltara memiliki tempat tinggal yang layak dan aman.”
Tak sekadar janji politik, program RLH ini telah menorehkan jejak nyata. Di 2024 lalu, sebanyak 39 unit rumah telah dibangun, dan 17 di antaranya sudah diresmikan dan diserahkan kepada warga penerima manfaat. Tahun ini, 12 unit kembali ditargetkan untuk dibangun, dan empat di antaranya kini mulai dikerjakan.
Bagi Wakil Bupati Boltara Moh. Aditya Pontoh, pembangunan ini bukan sekadar proyek fisik. “Kami tidak hanya membangun dinding dan atap, tapi juga rasa aman dan kenyamanan bagi masyarakat. Jika di APBD Perubahan nanti ada kebijakan fiskal, tambahan unit bisa kita upayakan melalui atau bisa lewat Dana Insentif Daerah atau sumber lainnya,” jelasnya.
Bagi masyarakat, rumah bukan hanya bangunan, melainkan ruang yang menyimpan harapan dan kehidupan. Warga yang menjadi penerima manfaat RLH menyambut pembangunan ini dengan rasa haru.
Program RLH menjadi salah satu bukti bahwa pemerintahan yang hadir di tengah rakyat mampu mengubah nasib warganya. Tak perlu menunggu proyek besar-besaran — cukup dengan rumah sederhana, tapi dibangun dengan niat tulus bagi warga miskin.
Dan pagi itu, saat batu pertama menyentuh tanah, bukan hanya pondasi rumah yang dimulai, tapi juga pondasi kepercayaan. Kepercayaan bahwa pemerintah tidak tinggal diam, bahwa di pelosok Boltara, sebuah janji tentang kemanusiaan sedang ditepati. (rp)