Bitung  

Narasumber di Pelatihan Pemandu Gunung DISPAR Bitung, Yakub Ambagau Beberkan Regulasi Kawasan Konservasi 

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sulut, Yakub Ambagau saat membawa materi di Pelatiahan Pemandu Wisata Gunung yang diselenggarakan oleh DISPAR Kota Bitung. (foto: istimewa)

Editor/Pewarta: Alfondswodi

BITUNG (Gawai.co) – Mengawali sesi pertama Pelatihan Pemandu Wisata Gunung Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Bitung, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sulut, Yakub Ambagau, membeberkan materi pengenalan Kasawan Konservasi Alam Tangkoko. Rabu (17/4/2024).

Dikesempatan itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sulut, selain membawakan materi pengenalan kawasan konservasi, Ambagau pula membeberkan regulasi dan ketentuan dalam menikmati suatu kawasan konservasi.

“Di Kota Bitung ada empat kawasan gunung yang masuk dalam kawasan konservasi BKSDA Sulut, yaitu; Puncak Besar Gunung (Gn) Duasudara, Puncak Kecil Gn Duasudara dan Gn Tangkoko serta Gn Bota/Batuangus,” kata Ambagau didepan puluhan peserta.

Selain itu, kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sulut menambahkan, “Dari keempat gunung di kawasan ini, hanya satu gunung yang bisa di daki oleh wisatawan adalah Gn Bota/Batuangus, karena Gn ini masuk dalam wilayah Taman Wisata Alam (TWA) sementara tiga Gn lainnya berada di wilayah Cagar Alam, sesuai dengan peruntukannya tidak untuk wisatawan, melainkan untuk kepentingan penelitian dan lainnya,” tambahannya.

Bahkan, beliau juga memaparkan materi terkait dengan persiapan mendaki gunung diantaranya; Persiapan fisik dan mental, persiapan peralatan perlengkapan mendaki serta pengetahuan tentang rute, cuaca, kondisi gunung dan adat istiadat.

“Intinya menjadi seorang Pemandu gunung harus memiliki kesiapan skill serta pengetahuan dan peralatan pendakian. Dan hal terpenting pula setiap seorang Pemandu gunung, mengetahui kondisi dan kebudayaan atau local wisdom di suatu wilayah yang menjadi objek pendakian,” tandasnya.

Dirinya pun menghimbau kepada pada puluhan peserta pelatihan, untuk dapat memahami materi yang telah diberikan, agar supaya ketika melakukan pemanduan nanti, tidak ada masala ataupun musibah yang terjadi.

“Artinya setiap melakukan pemanduan wisata di alam ataupun pendakian gunung di kawasan konservasi TWA, harus melapor di Pos BKSDA serta selalu berkoordinasi,” tandasnya.

Seraya menyampaikan slogan pendaki dunia, “Take nothing but picture, Kill nothing but time, Leave nothing but footprint,” pungkasnya. (ayw)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *