Konser Penutupan GGC di Bintauna Tuai Kecaman, Politisi Hanura: Pertontonkan Aurat di Depan Anak-Anak!

Pewarta: Rendi Pontoh

BINTAUNA (Gawai.co) — Penyelenggaraan konser penutupan Gebyar Gema Ceria (GGC) di Lapangan Inomasa, Kecamatan Bintauna, Sabtu malam (31/5/25), menuai kritik tajam dari politisi Partai Hanura, Sauda Lakoro. Ia menyayangkan acara yang dinilai mencederai nilai-nilai adat dan budaya lokal karena mempertontonkan aksi panggung yang vulgar, di tengah kehadiran anak-anak dan masyarakat umum.

Menurut Sauda, pertunjukan tersebut jauh dari kesan edukatif dan justru mempertontonkan aurat secara terbuka. “Ini sangat tidak pantas, apalagi ditonton oleh anak-anak. Kenapa bisa ada tontonan seperti stripis di lapangan umum? Di daerah kita yang sangat menjunjung tinggi adat dan istiadat?” kecam Sauda saat di hubungi media ini, Minggu (1/6/25).

Tak hanya mempertanyakan substansi acara, Sauda juga menyoroti soal legalitas dan tanggung jawab penyelenggara. Ia mendesak agar panitia GGC yang disebut-sebut dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (BOLTARA) itu, memberikan klarifikasi secara terbuka kepada publik.

“Yang saya kritik adalah panitia penyelenggara yang ada di Bintauna. Camat, lurah, dan pemangku adat seharusnya mengambil sikap dan tidak membiarkan acara seperti ini berlangsung. Ini bukan soal seni, ini soal etika dan nilai budaya yang dirusak. Ini tidak ada sangkut paut dengan Panitia yang Hut Boltara 2025 yang sudah selesai kemarin, “tambahnya.

Sauda pun menegaskan bahwa kritiknya tidak ditujukan kepada panitia HUT kabupaten secara keseluruhan, melainkan kepada pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan di Bintauna. Ia menuntut agar ke depan, hal seperti ini tidak kembali terjadi dan seluruh elemen pemerintahan kecamatan lebih selektif dalam menyaring kegiatan publik.

“Hentikan pembiaran ini. Jangan sampai masyarakat mengira hal seperti ini adalah hal biasa. Kita harus luruskan semua ini, demi menjaga marwah daerah kita,” tambahnya.

Sementara itu, Camat Bintauna, Sarwo Edy Posangi, saat dikonfirmasi mengakui adanya kelalaian di akhir acara. Ia menyebut pihaknya kecolongan atas insiden tersebut.

“Kami kecolongan. Di akhir acara, ada adegan yang jelas tidak sesuai dengan adat istiadat masyarakat Bintauna. Saya minta maaf kepada masyarakat Bintauna, kami (Pemerintah Kecamatan) sangat menyesalkan itu,” ujar Edy singkat.

Insiden ini pun memunculkan pertanyaan besar soal mekanisme pengawasan terhadap kegiatan publik, terutama yang mengatasnamakan peringatan hari besar daerah. Kritikan dari tokoh masyarakat dan politisi seperti Sauda Lakoro mencerminkan kegelisahan yang meluas di tengah masyarakat atas degradasi nilai budaya yang selama ini dijaga dengan ketat. (rp)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *