MANADO (Gawai.co) – Tarian Kabasaran merupakan tarian tradisional yang identik dengan tarian perang khas dari Suku Minahasa.
Di Era modern ini Tarian Kabasaran masih diminati untuk mengisi acara besar adat dan budaya atau menyambut tamu kehormatan.
Cukup banyak komunitas pecinta adat dan budaya, dengan niat melestarikan berbagai jenis tarian tradisional di Provinsi Sulawesi Utara. Salah satunya Tarian Kabasaran, guna melestarikan adat budaya dan tradisi orang suku Minahasa.
Menariknya kostum Tarian Kabasaran yang berwarna kain merah dengan atribut tengkorak dibagian kepala dan kalung penarinya, dan bunyian kemerincing pada pergelangan tangan dan kakinya, sambil membawa pedang, tombak atau barang tajam lainnya, nampak menjadi tampilan yang seram, sesuai fungsinya Kabasaran adalah tarian Perang.
Biasanya Para penari Kabasaran hanya dilakukan oleh mayoritas kaum Pria. Sebab pada saat melakukan tarian ini adalah gambaran prajurit siap maju berperang, dengan membawa barang tajam, teriakan mengajak perang dan gerakan tarian melompat dengan menghentakkan kaki dihadapan banyak orang.
Salah satu Gadis bernama Isabella Sumigar usia 20 tahun, Gadis yang biasa dipanggil Bella ini seorang Mahasiswi di Universitas Manado (UNIMA) Tondano, Jurusan Fakultas Bahasa Dan Seni. Ia Mengaku merasa tertantang belajar tarian Kabasaran saat dirinya masih menimbah ilmu dibangku sekolah.
Dimulai saat itu ia bergabung dalam ekstrakulikuler Tarian Kabasaran di sekolahnya dalam sanggar seni Toar Lumimuut pada tahun 2019 dan akhirnya ia tergabung di dalam komunitas adat dan budaya Waraney Umbanua tahun 2020, kini Ia pun mampu mengukur kekurangan diri sendiri yang awalnya kecendrungan tidak percaya diri, sering gemetar, gugup dan merasa diri tidak mampu dalam melakukan sesuatu yang dianggapnya hal baru.
Sekitar 3 tahun ia belajar mengenal dan menghafal tiap gerakan tarian perang Kabasaran ini, ia menekuni tarian perang ini selama lima hari sebelum tampil, kini dia mampu memimpin tarian Kabasaran bahkan dipilih menjadi Sarian dalam tim nya, ia mulai tampil diberbagai kesempatan pentas seni dari panggung ke Panggung, Bella mulai menguasai diri dan jiwa kepemimpinannya tumbuh dalam proses, selama ia mau mengembangkan diri dalam melestarikan tarian perang ini.
Ketika dijumpai jurnalis Gawai.co pada suatu acara pentas seni ia menegaskan bahwa dalam kehidupan ini wanita yang selalu dianggap lemah harus mampu melawan stigma dan segala keterbatasan, wanita perlu menguji segala sesuatu dengan mencoba hal baru dengan motivasi baik termasuk mengembangkan kemampuan diri sendiri agar kekuatan itu timbul dengan berani sebagai jati diri wanita minahasa atau Wewene.
“Awalnya saya kaku, merasa tidak akan mampu, merasa tidak layak menjadi sarian dalam kelompok tarian Kabasaran, namun terbukti ketika saya mencoba untuk berani dan mempelajari serta memilih melawan keterbatasan diri, semuanya nampak sempurna dan berhasil, kita wanita bisa menjadi Pemimpin,” ungkap (5/4).
Mitos negatif tentang tarian Kabasaran dikuasi kekuatan mistis menurut Bella itu adalah keliru.
“Selama ia mempelajari kebudayaan tarian Kebasaran tidak ada kekuatan mistis, karena banyak sekali mitos yang tidak mengenal kebudayaan membangun opini mistis pada tarian kabasaran,” kata Bella.
Perempuan juga memiliki kekuatan dan daya tarik yang positif untuk menggambarkan dengan tegas sosok Wewene Minahasa, dengan gerakan yang berani, tegas dan membanggakan sebagai Wewene Minahasa.
“Perempuan juga bisa memimpin dalam tarian kabasaran ini tidak selamanya harus laki-laki, Perempuan juga punya kekuatan dan daya tarik saat memimpin tarian Kabasaran,” pungkas Bella.
Diketahui, dipilih menjadi Sarian atau pemimpin dalam tarian Kabasaran bukan asal ditunjuk, karena Sarian utama di dalam komunitas pasti memiliki penilaian dalam tingkatan atau tahapan kriteria, melihat tingkatannya yang paling tinggi di dalam tarian Kabasaran bisa dihitung dari jumlah tengkorak yang menjadi kalung sebagai aksesoris kostum, setidaknya mengalungi 5 tengkorak sekaligus.(Mdj)