Opini  

Persaingan Ekonomi Politik

Adim Rajak. (Foto: ist)

Oleh: Adim Rajak (Dimpo)

TONDANO (Gawai.co) – Berangkat dari pendekatan politik maka tak lepas dari pada awalnya perdebatan tiga pendekatan utama yakni Pendekatan Tradisional, Pendekatan Behavioral & Pendekatan Post-Behavioral.

Pendekatan Tradisional atau Institusional telah selesai pada tahapan negara itu harus berbentuk kerajaan,kesatuan, parlementer dan bagaimana tipe dan fungsi lembaga diikuti oleh tipe kepemimpinan yang menjalankan fungsi kontrol antar sesama lembaga dan peran yang akan mengimplementasikan yang namanya pembangunan dan kesejahteraan masyarakat sesuai cita-cita berdirinya sebuah bangsa dan negara.

Oleh plato mengatakan yang harus menjadi pemimpin haruslah filsuf karena kebijaksanaan yang dimiliki para filsuf cocok untuk menjadi raja atau pemimpin.
Pemikiran Plato itu kemudian diruntuhkan oleh seorang Aristoteles bahwa negara harus miliki konstitusi sehingga rakyat dan pemimpinya tunduk pada konstitusi itu sendiri bukan berarti harus Filsuf yang memimpin.

Rakyat harus terlibat dan mendukung serta diberikan hak prerogatif membuat kontitusi negaranya sehingga dapat melahirkan keputusan yang dapat menjawab keresahan masyarakat.

Pemikiran Aristoteles memacu semangat Jhon Locke, J.J Roseau dan Montesquei untuk meneliti lebih jauh tentang peran dan fungsi dalam struktur lembaga negara sehingga melahirkan pandangan lebih jauh, tentang trias politica. Dengan pendekatan dan konsolidasi, komunikasi politik kedudukan negara untuk saling mengontrol dalam menjalankan tanggungjawab kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif secara konsekuensi.

Pasca perang dunia kedua pendekatan tradisional dianggap menghambat laju perkembangan politik itu sendiri sehingga muncullah pendekatan Behavioral yang di gerakkan Edward Lee Thorndike,William James, BF Skinner, Albert Bandura dan lain-lain.

Karena bukan saja lembaga negara yg harus di jadikan instrumen utama kajian politik tetapi sistem dan problem sosial yang harus jadi objek utama cara pandang politik.
Untuk itu perilaku aktor dalam lembaga yang menjalankan kekuasaan lembaga politik yang harus dilihat sebagai factor utama Perilaku (behavioral) yang disoroti dalam melatari sebuah kebijakan politik itu sendiri.

Hal ini sebagai cara pandang pada psikologi aktor politik dalam memimpin lembaga negara harus di analisis dan diteliti oleh pendekatan behavioral itu sendiri.
Adalah David Easton yang mencoba mendalami kajian sistem politik untuk menghidupi dan memompa semangat pada perilaku aktor elit.

Dengan melihat apa penyebab suatu aktor dapat aktiv di partai tertentu? Mengapa seorang aktor politik dapat mengambil keputusan demikian. Hal ini searah dengan pemikiran Harold D. Laswel dengan gagasan awal politik adalah apa,mengapa dan bagaimana, serta siapa mendapat apa?

Atau dilengkapi oleh gagasan seorang Gabriel Almond tentang sistem sosial dan structural fungsional Analysis dalam sistem birokrasi.

Saduran Max Weber tentang wewenang kekuasaan juga semakin melengkapi pemikiran diatas seperti wewenang tradisional, kharismatik dan legal-rasional. Sampai berkembang pada post behavioralisme saat ini. Cara Pandang Ekonomi, Mengutip Bahasa seorang bekas pemimpin Cina Deng Xiao Ping ”Tak peduli memelihara kucing putih atau kucing hitam yang penting bisa menangkap tikus”.

Bahasa diatas merupakan muatan pendekatan gagasan ekonomi politik cina yang dikonsolidasikan pasca runtuhnya kepemimpinan seorang Mao Tse Tung dengan gagasan “Lompatan Ekonomi jauh kedepan” dianggap gagal total oleh rivalnya dalam buntut persaingan struktur kekuasaan di cina saat itu sehingga pertanggungjawaban mao tse tung ditolak dan dikudeta secara internal partai walau direbut dan berkuasa kembali atas gagasan revolusi budaya yang digaungkan oleh seorang Mao Tse Tung pada saat itu.

Perjalan historis ini merupakan ketrpurukan cina yg hampir tertutup beda dengan kondisi saat ini dalam ekonomi kekuatan cina tak bisa dipungkiri kekuatannya.
Disisi lain Menggunakan cara pandang kekinian Kekuatan lnvestasi antara Jackma dengan Ali Baba.com merupakan raksasa start up yang saat ini menembus pasar dunia.

Kalaupun eropa dengan kekuatan google Watssap, facebok dan lain-lain. Maka Cina juga tampil dengan QQ.com, Huawei bahkan beberapa negara di asia timur seperti Cina, Korut kecil kemungkinan untuk menggunakan produk yang di miliki eropa begitupun sebaliknya.
Tetapi disisi intern Jack Ma juga memiliki pesaing hebat ketika meluasnya produk Tensen oleh Ma Hua Teng yg juga raja start up cina yg tak bisa dianggap remeh oleh rivalnya itu.

Keduanya merambah luas berbagai gurita bisnis start up yang sudah tak diragukan. Belum lagi investasi lain yang dimiliki oleh cina saat ini. Yang pada gilirannya sudah pasti eropa dan Cina serta negara2 lainnya juga butuh bahan mentah seperti nikel dan batu bara maupun lainya. Untuk melancarkan kebutuhan industri pasar dan lain-lain, ini semua butuh bahan mentah agar tetap survive pada peluang dan penguatan bisnis dimasa mendatang.

Bahan mentah seperti yang disebutkan diatas memiliki posisi tawar besar dimata inves dunia. Dengan demikian Sumber Daya Manusia harus disiapkan untuk menafsirkan realitas kekinian dari berbagai formulasi yang dihadirkan dalam rangka melicinkan jalan untuk memuluskan berbagai sektor dimaksud. (rus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *