BANDUNG – Election Hackathon 2023 yang diselenggarakan Nakara Foundation bekerjasama dengan UNESCO dan The European Union, berhasil munculkan sejumlah inovasi digital mengagumkan, lewat ide karya para finalis.
Setelah melalui proses seleksi yang ketat, sebanyak 10 finalis dari kategori Media dan Mahasiswa diundang hadir pada Final Election Hackathon 2023 bertempat di Aula Fakultas MIPA, Kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, pada 14-15 Desember 2023.
Sesi final ini diawal dengan beberapa workshop di hari pertama, seperti topik Understanding Freedom Expression Online yang dibawakan oleh oleh Y. Hesthi Murthi serta Fake News & Disinformation oleh Adi Marsiela.
Workshop lainnya tentang Innovation in Countering Disinformation & Hate Speech, dipresentasikan oleh Nurul Amalia; Gotong Royong Melawan Disinformasi dan Ujaran Kebencian di Pemilu dari Heroik M Pratama dan Critical Thinking & Cracking The Code, dari Bengris Pasaribu dan Hanny Zora.
Di hari kedua fokus dengan sesi Hackathon dan Presentasi dari semua finalis. Saat persentasi setiap tim diberikan waktu 10 menit menjelaskan dan mendemo keunggulan dari proyeknya kepada para juri.
Untuk menilai peserta, para juri yang disiapkan memiliki kualitas kompetensi yang mumpuni terdiri dari perwakilan UNESCO, Narasi TV, serta akademisi teknologi. Setelah melewati penilaian dari juri, akhirnya, dua tim terbaik dipilih sebagai jawara.
Pada kategori media, juri sepakat menetapkan inovasi digital Tagih Janji dari Zonauatara.com mengungguli empat pesaingnya lainnya. Sementara untuk kategori mahasiswa, AI Hoax Buster dari Universitas Islam Raden Rahmat Malang menjadi yang terbaik.
Dalam sambutannya Programme Specialist, Communications & Informations UNESCO For Jakarta Office, Ana Lomtadze menyampaikan, bahwa kompetisi ini merupakan bagian dari proyek Social Media 4 Peace UNESCO, yang didanai Uni Eropa.
Proyek ini kata Ana, memiliki tujuan untuk menanggulangi penyebaran konten berbahaya secara online, sekaligus kebebasan berpendapat dan mendorong pembangunan perdamaian di dunia maya.
Menurutnya, disinformasi online dan ujaran kebencian memiliki akar penyebab, skala, dan dampak yang kompleks, namun sangat nyata.
“Meskipun setiap konten mungkin terlihat tidak berpengaruh atau melanggar aturan platform, peredaran besar-besaran ujaran kebencian dan disinformasi telah terbukti memperburuk kekerasan di dunia nyata dan perpecahan dalam masyarakat,” kata Ana.
Dalam survei yang dilakukan UNESCO di 16 negara, termasuk Indonesia, 85% warga negara mengaku khawatir terhadap dampak disinformasi online, dan 87% masyarakat percaya bahwa disinformasi tersebut telah berdampak besar pada kehidupan politik di negara mereka.
“Kami memahami bahwa tidak ada solusi cepat atau solusi yang dapat diterapkan untuk semua hal, dan kami membutuhkan semua pihak untuk bersama-sama mengatasi masalah ini,” ungkap dia.
Ana menambahkan, bahwa dalam kerangka proyek Social Media 4 Peace, UNESCO bekerja sama dengan pemerintah, masyarakat sipil, dan platform media sosial untuk mengatasi kesenjangan dalam peraturan dan mempromosikan praktik moderasi konten yang lebih baik, yang berakar pada konteks dan dialog lokal.
Di sisi lain, lanjut Ana, pihaknya juga mengandalkan mahasiswa dan praktisi jurnalisme dan teknologi. Menjelang Pemilu, peran mahasiswa dan praktisi jurnalisme dan teknologi akan menjadi kunci dalam memfasilitasi pengambilan keputusan yang tepat dan meningkatkan literasi media dan informasi
“Kami mengandalkan kekuatan dan kreativitas mereka untuk menemukan kembali penggunaan teknologi digital dan mengubah budaya menuju ruang cyber yang lebih aman bagi semua orang,” harap Ana.
Lebih lanjut, Executive Director Nakara Foundation, Melanie Agustine menegaskan, bersama UNESCO, Nakara Foundation berkomitmen untuk mendukung para finalis Election Hackathon 2023 mengembangkan lebih lanjut prototipe mereka.
Melanie juga berharap produk yang akan diciptakan atau dibuat saat kegiatan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
“Kami berharap produk ini kemudian akan berdampak kepada masyarakat dan tentunya bisa digunakan untuk membantu semua pihak,” ungkapnya.
Finalis
Untuk diketahui 10 finalis yang lolos ke final hackathon 2023 yakni Zonautara.com dengan proyek websitenya bernama Tagih Janji, selanjutnya Solopos.com dengan aplikasi gimnya The Truth Guardian, sementara Liputan6.com membuat sebuah aplikasi Election Hoax Buster, sedangkan TV 9 dengan mesin pencari fakta Guardian.Ai, serta Tempo Media Labs membawa produknya Tempo News Game.
Sementara dari kategori mahasiwa umumnya membuat aplikasi penyaring fakta dan mencegah hoax, yakni Beritama dari Politeknik Negeri Indramayu, AI Hoax Buster dari Universitas Islam Raden Rahmat Malang, selanjutnya Mr. Defacto – Steins Gate dari tim Universitas Nusaputra, serta Uncovering The Truth – Mengindo Aja dari Universitas Pendidikan Indonesia dan terakhir Hero Peace Tim dari UIN Sunan Ampel.
Etalase produk para finalis dapat dilihat di website Nakara melalui link ini. (https://nakara.odoo.com/hackathon-display)