Kurikulum Merdeka Belajar Disambut Baik di Sulut

Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, bersama Rektor Unima, Prof. Dr. Deitje Adolfien Katuuk M.Pd saat diwawancarai. (Foto: Dokumentasi Gawai.co)

Editor/Pewarta: Martsindy Rasuh

TONDANO (Gawai.co) – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, melakukan kunjungan kerja perdana di tahun 2023 dengan mengunjungi Unima pada Jumat (6/1/2023).

Kunjungan ini disambut baik oleh Rektor Unima, Prof. Dr. Deitje Adolfien Katuuk, M.Pd bersama seluruh civitas akademika yang ada di lingkup Unima.

Dalam kesempatan berdialog Nadiem menyebutkan bahwa semangat Merdeka Belajar, proses pembelajaran harus berpusat pada peserta didik dengan menerapkan salah satu metode pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran berbasis projek (project based learning).

Menurutnya, pembelajaran berbasis projek ini sebagian besar membutuhkan kerja sama dan kerja tim antarsiswa.

Kemampuan siswa untuk berkolaborasi dan bekerja sama dalam sebuah tim menjadi kompetensi yang wajib dimiliki sebagai bekal untuk masa depan.

“Di karier apa pun di masa sekarang dan masa depan, semuanya butuh kompetensi kerja kelompok, menggunakan logika dalam permasalahan, kemampuan komunikasi, dan integritas. Itu hal-hal yang tidak bisa dites dengan persoalan multiple choice. Itulah kenapa asesmen nasional kita ubah menjadi hal yang lebih mendasar,” kata Mendikbudristek.

Ia mengatakan, dalam implementasi Kurikulum Merdeka, guru ditantang untuk menciptakan projek-projek bagi peserta didik. Hal tersebut dikarenakan adanya sejumlah sekolah yang menganggap konsep projek tersebut aneh sehingga merasa sulit menerapkannya.

Kurikulum Merdeka, lanjut Mendikbudristek, memberikan kemerdekaan kepada guru dan kepala sekolah untuk menjadi kreator dalam proses pembelajaran.

“Mereka ditantang untuk menciptakan projek-projek berdasarkan tema-tema. Lalu menentukan apa tujuan dan hasil yang diharapkan dari projek, kemudian mengumpulkan peserta didik untuk mencapai tujuan projek. Projek ini paling mengasah kemampuan kolaborasi dan gotong royong,” tuturnya.

Salah satu peserta Dialog Penggerak, Meylan F Kandouw, calon Guru Penggerak dari SD Faith Baptist Kabupaten Minahasa, mengatakan sekolahnya merupakan pelaksana implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri dan sudah melaksanakan projek-projek tiap akhir semester.

“Dalam kegiatan ini kami juga berkolaborasi dengan orang tua. Projek ini tidak hanya melibatkan guru dan siswa, tapi juga orang tua. Projek kami tahun kemarin membuat maket rumah adat. Projek dikerjakan berkelompok oleh siswa dengan dibantu orang tua. Setelah maket selesai, mereka mempresentasikannya di depan kelas dengan mengundang orang tua,” ujarnya.

Meylan yang juga merupakan Fasilitator angkatan 5 dan Duta Teknologi Kemendikbudristek ini berharap agar di tahun 2023 SD Faith Baptist Kabupaten Minahasa bisa menjadi Sekolah Penggerak.

“Sangat berguna Kurikulum Merdeka karena berpusat pada siswa, yang lebih bisa menggali setiap potensi dan minat yang ada dalam diri para peserta didik,” ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Rektor Unima Prof. Dr. Deitje Adolfien Katuuk, M.Pd., saat diwawancarai mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung atas apa yang dilakukan Kemendikbudristek selama ini.

“Kami sangat mendukung terobosan-terobosan yang dilakukan mas menteri dan jajaran. Tentu kita bisa melihat ini membawa dampak positif bukan cuma bagi mahasiswa, tetapi juga universitas yang bersangkutan,” sebut Katuuk.

Dirinya juga menyampaikan terima kasih atas kepercayaan kepada Unima atas kunjungan kerja perdana dan dialog Kemendikbudristek. Ia berharap ke depan Unima bersama Kemendikbudristek dapat tetap bekerja sama dan berkolabkrasi membangun Indonesia maju. (Mrt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *