Pewarta: Rendi Pontoh
Boltara – Di bawah langit mendung Desa Wakat, Bupati Bolaang Mongondow Utara, Sirajudin Lasena, melangkah mantap menuju sebuah rumah sederhana yang kini tampak berbeda. Di belakangnya, Wakil Bupati Moh. Aditya Pontoh menggenggam sertifikat, sementara warga berkerumun menyaksikan momen langka: peresmian tiga unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang telah berubah wajah menjadi Rumah Layak Huni (RLH).
Tiga rumah tersebut berdiri di dua desa—Wakat dan Paku, Kecamatan Bolangitang Barat. Rumah-rumah itu sebelumnya nyaris roboh, berdinding papan rapuh dan beratap bocor. Kini, dengan sentuhan program prioritas pemerintah daerah, bangunan itu menjadi simbol baru: bahwa Pemda bisa hadir, meski di jalan-jalan sempit pedesaan.
Sirajudin Lasena menyerahkan kunci secara simbolis kepada salah satu penerima manfaat, disambut haru dan tepuk tangan warga. Di sebelahnya, Aditya Pontoh menyusul dengan menyerahkan sertifikat rumah—dokumen kecil yang mengukuhkan hak milik dan rasa aman.
Setelah prosesi pengguntingan pita, Bupati menyampaikan pesan singkat tapi sarat makna. “Ini bukan hanya rumah baru, tapi juga hidup yang baru,. “Kami ingin masyarakat merasakan bahwa Pemerintah benar-benar hadir. Rumah yang layak akan membawa kedamaian, kesehatan, dan harapan baru.”Kata Lasena.
Program rehabilitasi rumah tak layak ini merupakan bagian dari 17 program prioritas yang dicanangkan duet Sirajudin–Aditya. Sejak awal kepemimpinan mereka, pembangunan tak hanya dipusatkan pada infrastruktur besar, tapi juga menyasar kebutuhan dasar warga yang selama ini luput dari sorotan.
Peresmian rumah-rumah ini bukan perayaan besar dengan panggung megah. Tapi di balik kesederhanaannya, ada pesan kuat tentang pemerintahan yang menyentuh akar rumput. Rumah-rumah ini mungkin kecil di peta pembangunan, tapi besar di hati penghuninya.
Dan dari Wakat hingga Paku, dari kunci yang diserahkan hingga pita yang digunting, pembangunan di Bolmut hari ini terasa lebih dari sekadar proyek. Ia menjadi narasi tentang kepedulian, tentang harapan yang perlahan dijahit kembali di tengah kampung. (rp)