LPPN Mendesak Pemerintah Tambah Kuota Guru Agama Kristen

Koordinator Komunitas Kristen Indonesia Dr. Semuel Linggi Topayung SPd, SH, MAP. (ist)

Editor: Martsindy Rasuh

JAKARTA (Gawai.co) – Secara keseluruhan di Indonesia sekolah-sekolah negeri mulai dari tingkat SD, SMP, SMU sederajat masih sangat minim jumlah guru Agama Kristen, padahal jumlah siswa kristen di sekolah-sekolah tersebut terbilang banyak.

“Artinya tidak sebanding dengan jumlah siswa Kristen dengan Guru Agama Kristen pada kenyataannya,” ungkap Koordinator Komunitas Kristen Indonesia Dr. Semuel Linggi Topayung SPd, SH, MAP kepada media ini, Kamis (10/6).

Ketua Umum Lembaga Pendamping Pembangunan Nasional (LPPN) ini menyebut, sebagai salah satu bukti di Kabupaten Sintang kebutuhan guru Agama Kristen 525, tapi yang ada hanya 99 guru.

“Kurang 426 guru Agama Kristen, hal itu disampaikan sendiri oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang kepada kami,” tuturnya.

Hal yang sama, lanjut Topayung, terjadi di Provinsi Gorontalo, sekolah-sekolah SMA/SMK sederajat dari 15 sekolah yang memiliki siswa beragama Kristen, hanya tujuh sekolah yang memiliki guru Agama Kristen.

Hal yang miris juga terjadi di Kabupaten Bungo hanya satu orang saja PNS tenaga pengajar pendidikan guru Agama Kristen dilingkup Pemerintah Bungo. “Informasi itu kami dapatkan di bulan September 2020,” tuturnya.

Selain itu, lanjut Topayung, Kota Depok Provinsi Jawa Barat ditemukan juga bahwa dari 582 sekolah di kota itu, hanya tersedia 91 orang guru Agama Kristen.

“Ini adalah beberapa contoh di daerah yang jumlah guru/pengajar Agama Ktisten tidak sebanding dengan jumlah siswanya dan masih banyak lagi daerah-daerah yang mengalami hal serupa,” tegasnya.

“Kesenjangan jumlah guru Agama Kristen ini menjadikan pendidikan Agama Kristen bagi siswa belum optimal. Pengetahuan agama mereka menjadi kurang, padahal mereka kan butuh pengetahuan spiritual. Guru pendidikan Agama Kristen berperan penting dalam pengawasan etika, karakter dan moral dari siswa,” jelasnya.

Lebih lanjut dikatakannya, sebagian besar siswa mengalami masalah krisis karakter, di mana mereka tidak terkontrol oleh pengaruh perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, keadaan lingkungan dapat mempengaruhi etika, karakter, dan moral.

“Keadaan seperti ini sangat mengkhawatirkan kita semua akhir-akhir ini, bukan saja kita sebagai orang tua, juga sebagai gereja dan lembaga pendidikan,” sentilnya.

Karena itu, peran guru sangat diharapkan dalam membentuk karakter dan moral dari siswa. “Untuk itu, kami mendesak pemerintah pusat dalam hal ini Bimas Kristen Kementerian Agama, Kementerian Pemberdayaan Aparatur Sipil Negara berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk secepatnya menyikapi kekurangan guru Agama Kristen,” tandasnya. (Martsindy Rasuh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *