Editor/Pewarta: Martsindy Rasuh
TONDANO (Gawai.co) — Di tengah derasnya arus transformasi digital global, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah berkembang pesat menjadi kebutuhan utama dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, kesehatan, hingga kebijakan publik. Menyadari pentingnya pemahaman mendalam dan penggunaan yang bijak terhadap teknologi ini, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) Universitas Negeri Manado (UNIMA) bekerja sama dengan The Asia Foundation, serta didukung oleh Google.org, menggelar Diskusi Literasi Digital bertema pemanfaatan AI secara efektif dan bertanggung jawab.
Kegiatan ini dilaksanakan secara daring pada Kamis, 3 Juli 2025, pukul 09.00–11.30 WITA, dan diikuti oleh 30 peserta dari kalangan dosen dan mahasiswa FISH UNIMA.
Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Joyce Ch. Kumaat, S.Pi., M.Sc., yang mewakili Dekan FISH UNIMA. Dalam sambutannya, Dr. Kumaat menekankan pentingnya literasi AI sebagai pondasi masa depan pendidikan yang adaptif dan berdaya saing.
“AI telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Namun, tanpa pemahaman yang mendalam dan sikap yang bijak, teknologi ini justru bisa menciptakan kesenjangan baru. Oleh karena itu, kampus harus menjadi garda terdepan dalam literasi digital yang inklusif dan bertanggung jawab,” tegas mantan Ketua Puskom UNIMA ini.
Diskusi utama dipandu oleh Resky Febriana, instruktur dari Kaizen Kolaborasi, yang memberikan sesi interaktif mengenai coding dasar dan penyusunan prompt efektif dalam penggunaan AI generatif. Dengan metode yang engaging dan aplikatif, peserta diajak mengeksplorasi bagaimana AI dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu edukatif, produktif, dan kreatif.
Tak hanya memberikan pemahaman teknis, Resky juga memperkenalkan program Master Trainer ASEAN Ready AI, sebuah inisiatif dari ASEAN Foundation yang didukung Google.org, yang membuka kesempatan bagi dosen dan mahasiswa FISH UNIMA untuk terlibat langsung dalam edukasi literasi AI di kawasan Asia Tenggara.
FISH UNIMA menunjukkan komitmen kuat untuk berperan aktif dalam misi ini, termasuk merancang program pengenalan coding dan AI interaktif ke tingkat SMA/SMK di Sulawesi Utara.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa FISH UNIMA tidak hanya adaptif terhadap perkembangan zaman, tetapi juga mengambil langkah strategis dalam mendorong transformasi digital yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.
“Kami ingin memastikan bahwa mahasiswa dan dosen UNIMA tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga aktor perubahan di era AI ini,” pungkas Resky dalam sesi penutup.
Dengan kolaborasi semacam ini, UNIMA sekali lagi menegaskan posisinya sebagai institusi yang proaktif dalam membentuk generasi digital yang cerdas, kritis, dan bertanggung jawab. (Mrt)