Alfrits Ken Oroh (ist)
Sebuah Catatan: Alfrits Ken Oroh
Editor: Tim Gawai
MINAHASA (Gawai) – Pandemi COVID-19 menjangkiti seluruh penjuru dunia serta memberikan berbagai dampak sosial dan ekonomi bagi seluruh kalangan masyarakat di Indonesia.
Tak terkecuali kita di Minahasa. Anjuran pemerintah dalam penerapan physical distancing untuk memutus rantai penyebaran virus corona, berdampak pada masyarakat yang pendapatannya bergantung pada penghasilan harian sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, beberapa bahkan kehilangan mata pencahariannya karena banyak usaha gulung tikar serta beberapa dampak kegiatan lainnya tak terkecuali insan seni kreatif.
Masyarakat juga harus mengurangi aktivitas di luar rumah. Hal tersebut memunculkan berbagai inisiatif di tengah masyarakat untuk saling mendukung satu sama lain melewati masa-masa sulit ini.
Sebagai wujud empati dan kepedulian terhadap masyarakat sekitar, AjD Sahabat Budaya melakukan kegiatan berbagi kasih, melalui bantuan sosial berupa Sembako. Kegiatan ini disponsori langsung oleh Founder AJD Sahabat Budaya, melalui DR. Dominica Diniafiat, Sang budayawan dan pencinta budaya Nusantara.
Melaui programnya Frame Penjaga Budaya adalah bagian dari komunitas generasi muda cinta budaya yang tersebar di seluruh Nusantara, membina kegiatan pelestarian budaya, menjalin persahabatan pada sanggar dan seniman tradisi Nusantara.
Dominica menegaskan: “Mengawali tahun 2021 sebagai bagian syukur untuk hidup yang menghidupkan, kita berdoa dan berharap semoga pandemi Covid-19 bisa segera berakhir. Sudah selayaknya kita berbagi sukacita bersama dengan banyak orang, dengan peduli terhadap mereka yang mengalami kesulitan. Tahun 2021 menjadi tahun pergumulan sekaligus berkat, tetapi juga mengajak kita untuk terus berjuang dalam hidup, mengingat tahun 2021, kita masih bersimbah peluh mengalahkan Covid-19, mari kita terus bersemangat, sambil terus mensosialisasikan 3M.”
Rama Wowor, selaku Manager Creative FRAME Penjaga Budaya turut berpartisipasi sebagai penghubung kegiatan sosial ini kepada kami di Frame Penjaga Budaya Minahasa (FPBM) sebagai perpanjangan tangan program FRAME pusat kepada daerah yang menjadi mitra budaya sebagai bagian pengembangan khusus seni dan tradisi budaya Minahasa bagi generasi muda di Sulawesi Utara.
Adapun pembagian Sembako dibagi dalam 2 tahap. Untuk tahap pertama ini, telah dilaksanakan pada tanggal 9-10 Januari 2021. Ada 50 paket Sembako yang diberikan dan dipercayakan langsung untuk membaginya oleh pengurus dan anggota Frame Penjaga Budaya Minahasa (FPBM) dan Sanggar Damai Tonsealama (SDT). Sasaran yang dipilih dikhususkan kepada 2 kelompok.
Pertama, para pegiat/pelaku seni, orang-orang tua di masyarakat Tonsealama, kecamatan Tondano Utara, kabupaten Minahasa, Mereka adalah orang-orang tua yang pernah berjasa dalam pengembangan pelestarian seni Kolintang, sejak era tahun 70an sampai 90an. Kedua, dikhususkan kepada sebagian anak-anak berkebutuhan cukup di Pusat Pengembangan Anak (PPA) desa Tonsealama. Selanjutnya tahap kedua, akan menyusul diakhir bulan Januari ini yang dikhususkan untuk seluruh pengurus dan anggota FPBM dan SDT.
Dalam kesempatan ini, Ade Mundung selaku Manager SDT menjelaskan, “saya menyambut baik atas program ini dan berterima kasih untuk kepercayaan yang diberikan ibu Ajeng Dominica kepada kami dalam menyalurkan sembako ini kepada para pejuang, pemerhati seni kolintang Tonsealama di era tahun 70an sampai 90an yang adalah sahabat kerabat saya sendiri. Dengan kegiatan ini pula sebagai wujud kepedulian dan kebersamaan antar sesama ditengah keterbatasan akibat Covid-19, kita juga bersyukur masih bisa bertemu dan berbagi motivasi sekaligus bisa bersilahturahmi diantara sesama,” harapnya.
Pendapat itupun dibenarkan oleh Osten Tumengkol salah satu vokalis senior sanggar dan Teddi Salangka selaku pembina sanggar.
Yudi Kalalo, selaku anggota senior FPBM sekaligus pengurus PPA Tonsealama, juga berterima kasih serta berharap segala bantuan ini akan dibagikan tepat sasaran.
“Dengan harapan dan doa semoga Tuhan Yesus Kristus membalas berkat kepada ibu Ajeng Dominica, untuk segala upaya dan usaha membangun semangat kepada insan-insan seni dan tradisi budaya Nusantara berkembang dan terus dilestarikan,” tegasnya yang turut diiyakan pengurus PPA lainnya, Herlina Abeh Ding.
Saya sendiri selaku Koordinator FPBM ikut terlibat dalam mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan pembagian Sembako ini. Ditemani juga anggota FPBM lainnya yakni Claudia Manopo, Enrico Oley dan Stery Lantang. Turut hadir juga pelatih Kolintang SDT Bapak Ronny Lengkong, Official SDT Yovandi Pinangkaan, Ketua SDT Wulan Lembong serta seluruh pengurus dan anggota SDT lainnya, yang dengan penuh syukur berperan aktif dalam kegiatan ini.
Disela-sela kunjungan, ada kesaksian dari salah seorang penerima paket, berkomentar. “Saya berterima kasih kepada para dermawan dari yang telah membagikan paket kepada kami para orang tua, terutama kepada ibu Dominica yang sangat peduli dengan kami para pelaku seni Kolintang di Tonsealama. Melalui berkat ini, kami doakan kiranya beliau, rejekinya lancar dan terus diberkati Tuhan serta generasi muda di Tonsealama akan lebih peduli dan cinta terhadap seni-budaya Minahasa itu sendiri,” ucap bapak Yance Mantiri, mantan Manager Kolintang 71 Tonsealama.
Dalam kegiatan ini, ada beberapa point penting yang bisa disimpulkan. Pertama, Berbagi kepada sesama merupakan pekerjaan mulia serta diajarkan oleh semua agama, selain dapat mendatangkan kepuasan bathin tentunya kegiatan tersebut sangat mendatangkan banyak manfaat bagi orang lain, khususnya bagi yang sangat membutuhkan. Walaupun tentu, setiap orang mempunyai skala prioritas dalam setiap aksi dan reaksi.
Kedua, merealisasikan sebuah kegiatan sosial tentunya tidak mudah, karena disamping ada niat, juga harus ada giat bahkan kiat berbagi berkat kepada mereka yang membutuhkan bukan hanya berbentuk material, tetapi juga spiritual sekaligus pengikat rasa persaudaraan, saling menolong dan menguatkan.
Ketiga, Peran serta dari pada AjD Sahabat budaya melalui FRAME Penjaga Budaya, dalam membantu para pelaku seni-budaya adalah menjadi sangat penting guna untuk mensejahterakan dan memotivasi para pelakunya agar tetap professional dibidangnya masing-masing dan mampu membangun peradaban berkesenian diderah untuk terus maju berjuang dan berkarya untuk tanah ini.
Keempat, Frame Penjaga Budaya Minahasa (FPBM) sebagai perpanjangan tangan program kerja AjD Sahabat Budaya dalam merekrut, membimbing, membina generasi muda Minahasa untuk tetap cinta, peduli dan bangga dengan kearifan lokalnya.
Kelima, Sanggar Damai Tonsealama (SDT) adalah kelompok seni yang dibentuk atas dasar kesadaran untuk melahirkan bibit-bibit baru muda yang produktif, mandiri dan berdaya guna bagi kelangsungan seni dan tradisi budaya di desa Tonsealama agar makin dikenal, dihargai dan dihormati di seantero Nusantara bahkan dunia.
Semoga segala niat dan giat ini, benar-benar bermanfaat dalam pengembangan dan pelestarian seni dan tradisi budaya Minahasa ke depan lebih baik serta segala wujud kebudayaan yang bernilai luhur ini akan terus digaungkan dalam program-program pengembangan seni tradisi Nusantara dari AjD Sahabat Budaya ke depan semakin lebih baik lagi.
(Tim Gawai)
Penulis: Alfrits Ken Oroh (Seniman Sulut, Koordinator FPBM)