Bitung  

Salah Satu Jenis Reptil Terbesar di Dunia Mendarat di Pantai Batuputih

Editor/Pewarta: Alfondswodi

BITUNG (Gawai.co) – Warga Batuputih digegerkan dengan munculnya hewan reptil berukuran raksasa di Pantai pasir hitam Kelurahan Batuputih Bawah, Kecamatan Ranowulu. Rabu (29/5/2024).

Penemuan itu, berhasil terekam awak media Gawai.co setelah salah satu warga Batuputih melakukan siaran langsung melalui branda media sosial, Facebook dengan nama akun @eral sabanari eral.

Hanya berselang beberapa menit, kolom komentar di beranda media sosialnya ful dengan komentar warga netizen.

Menurut salah satu pelaku konservasi, Meldy Tamengge saat dikonfirmasi awak media, yang saat itu berada di lokasi mengatakan sekitar pukul 15:05 wita, terpantau penyu tersebut naik ke permukaan bibir pantai.

“Penyu ini teridentifikasi merupakan penyu belimbing (dermochelys coriacea) adalah sejenis penyu raksasa dan merupakan urutan ke empat hewan reptil terbesar di dunia. Sedangkan dengan status perlindungan penyu belimbing ini di lindungi dan tergolong hewan langka,” kata Tamengge.

Lebih lanjut, kata photographer alam liar ini, kedatangan penyu belimbing berukuran besar dengan ukuran panjang sekitar 2 meter dan lebar 1.5 meter, di Pantai Pasir Hitam Batuputih, tujuannya untuk bertelur.

“Kemungkinan terbesar penyu ini, sudah beberapa kali mendatangi wilayah ini, karena terakhir dilihat sekitar tahun 2018 silam, sempat naik untuk bertelur di malam hari. Dan pastinya penyu ini lahir di sini, karena biasanya penyu akan kembali ketempat dimana dia dilahirkan dan itu adalah sifat alami dari hewan ini,” bebernya.

Seraya menambahkan, “Munculnya Penyu Belimbing diwilayah Batuputih menyatakan bahwa pesisir pantai Batuputih adalah habitat penyu,” tandas Tamengge.

Berikut Fakta tentang Penyu Belimbing menurut Wikipedia;

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) adalah sejenis penyu raksasa dan satu-satunya jenis dari suku Dermochelyidae[2] yang masih hidup. Penyu ini merupakan penyu terbesar di dunia dan merupakan reptil keempat terbesar di dunia setelah tiga jenis buaya. Penyu belimbing dikenal oleh beberapa masyarakat dengan sebutan penyu raksasa, kantong atau mabo. Nama umumya dalam bahasa inggris adalah Leatherback sea turtle.

Jenis ini bisa mudah diidentifikasi dari karapaksnya yang berbentuk seperti garis-garis pada buah belimbing. Karapaks ini tidak ditutupi oleh tulang, tetapi hanya ditutupi oleh kulit dan daging berminyak.

Bentuk kepala dari penyu belimbing kecil, bulat dan tanpa adanya sisik-sisik seperti halnya penyu yang lain. Mempunyai paruh yang lemah, tetapi berbentuk tajam, tidak punya permukaan penghancur atau pelumat makanan.

Bentuk tubuh penyu jantan dewasa lebih pipih dibandingkan dengan penyu betina, plastron mempunyai cekungan ke dalam, pinggul menyempit dan corseletnya tidak sedalam pada penyu betina.

Warna karapas penyu dewasa kehitam-hitaman atau coklat tua. Di bagian atas dengan bercak-bercak putih dan putih dengan bercak hitam di bagian bawah.

Berat penyu ini dapat mencapai 700 kg dengan panjang dari ujung ekor sampai moncongnya bisa mencapai lebih dari 305 cm.

Penyu ini bergerak sangat lambat di daratan kering, tetapi ketika berenang merupakan reptil tercepat di dunia dengan kecepatan mencapai 35 Km perjam.

Penyu Belimbing adalah satu-satunya jenis penyu yang tidak memiliki cangkang/ tempurung/ karapas yang keras. Karapasnya berbentuk juring-juring sperti buah belimbing.

Penyu ini adalah jenis penyu dengan ukuran yang terbesar. Umumnya ditemukan di daerah tropis, tetapi juga dapat ditemukan sampai di daerah perairan dingin.

Di Indonesia banyak dijumpai di daerah kepala burung Papua, pantai Jamursbamedi. Pernah ditemukan bertelur di pantai selatan kabupaten Klungkung – Bali. Ditemukan juga bertelur di pesisir selatan pulau Jawa, pantai di Kab. Pacitan Jawa Timur.

Makanan utama hewan ini adalah ubur-ubur. Penyu belimbing selalu bermigrasi dari pantai satu ke pantai yang lain untuk mencari sarang. Masa migrasi hewan ini antara 2 – 3 tahun dengan istirahat antara 9 – 10 hari.

Jumlah sarang yang dibuat setiap musim mencapai 6 sarang. Telur yang dihasilkan antara 80 – 100 butir.[4] Dalam perjalanan hidupnya, hanya sedikit anak penyu yang bisa bertahan sampai dewasa karena banyaknya bahaya di laut bagi bayi penyu yang baru menetas.

Penyu ini sekarang menjadi sangat langka. Di Indonesia, penyu ini merupakan hewan yang dilindungi atau tidak boleh diburu sejak tahun 1987 berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 327/Kpts/Um/5/1978.

(*/ayw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *