Festival Seni Budaya Peringati HKMAN di Minahasa

 


Editor : Tim Gawai


TONDANO (Gawai.co) – Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) yang jatuh pada setiap tanggal 17 Maret dirayakan dengan giat Festival Seni Budaya di Kawasan Minawanua Benteng Moraya Tondano, Minahasa pada Selasa (17/03) sore.

Perwakilan Masyarakat Adat Minahasa, Andre Lengkong mengatakan, Festival ini sangat bagus, karena acara jati diri. 

“Dalam arti jati diri, untuk mengetahui asal kita, untuk mengingatkan kembali keluhuran orang Minahasa. Bagi saya, acara harus sering dibuat, Agar budaya ini tidak dilupakan terutama bagi generasi muda Minahasa,” katanya. 

Sementara itu dikatakan oleh Yanny Marentek, STh sebagai senior GAMKI ini akan melejit semangat orang minahasa. “Ini dapat merangsang kembali ingatan orang Minahasa khususnya, dan segala upaya globalisasi yang cenderung mengikis kebanggaan orang Minahasa tentang adat,” katanya. 

Dikatakan juga Dewan AMAN Nasional (DAMANAS) perwakilan Sulawesi, Nedine Helena Sulu, kegiatan ini adalah bentuk perayaan sekaligus advokasi kepada masyarakat adat Nusantara. 

“Ini bentuk perjuangan masyarakat adat untuk mendesak negara mengakui keberadaan Masyarakat Adat, terutama mengesahkan RUU Masyarakat Adat. Dengan tema yang diangkat oleh AMAN sendiri ini mempertegas berdikarinya masyarakat adat di tengah pandemi,” terangnya. 

Ditambahkan oleh Sekretaris Gerakan Minahasa Muda (GMM) Juan Ratu, ini adalah perwujudan spirit dan eksistensi Masyarakat Adat Nusantara, terutama Minahasa. Melihat kegiatan ini dengan digagas dan dikordinasi langsung oleh generasi muda Minahasa, membuktikan kebangkitan kesadaran luhur Minahasa dan adatinya yang terus hadir. 

“Ini adalah kekuatan bagi Minahasa dan menjadi pilar utama Masyarakat Adat. Tema ‘Tangguh di Tengah Krisis’ ini adalah wujud konkret terhadap daya juang dan daya hidup masyarakat adat,” tegasnya. 

Sementara itu juga, budayawan Minahasa Fredy Wowor, mengatakan, kegiatan ini penuh makna dan visioner, menunjukan kebangkitan Masyarakat Adat. “Jadi harus disegerakan pengesahan RUU Masyarakat Adat,” ungkapnya. 

Ditambahkan Budayawan Minahasa lainya Tonaas Rinto Taroreh, Kegiatan ini bagus, sekali pun di tengah pandemi, masyarakat adat hadir dengan membawa persoalannya masing-masing, terutama persoalan di Minahasa dengan pengrusakan situs budaya dan persoalan tanah adat.

“Semoga dengan kegiatan kolektif ini dapat menghimpun kekuatan dan bagi setiap pejuang adat seluruh nusantara. Untuk itu saya mengunci statement saya dengan falsafah luhur, esa nate, esa lalan, esa toroan,” harapnya. 

Bahkan Ketua Yayasan Seni Budaya Ora Et Labora, Rivo Gosal mengatakan, dengan dibentuknya YSB-OEL ini demi memberikan ruang bagi pengkajian dan pengadvokasian secara komprehensif bagi gerakan budaya dan Minahasa khususnya. “YSB-OEL ini hadir sebagai wadah yang sadar akan budaya dan gerakan literasi di tanah Minahasa. Kami juga tegaskan untuk mendorong pengesahan RUU Masyarakat Adat, agar dapat menjadi landasan untuk masyarakat adat menjadi dirinya dan menjaga kelestarian adati dan hayati,” imbuhnya. 

Tidak ketinggalan, mewakili DPD GAMKI Sulut, Merwyn Sumual, menyampaikan, bagi pegiat adat dan tokoh budaya Minahasa, semoga perjuangan kita untuk mengesahkan RUU Masyarakat Adat selalu ditopang oleh Sang Kepala Gerakan. 

Dalam kegiatan tersebut dibuka dengan penampilan Kawasaran Waraney Umbanua Manado, kemudian dilanjutkan ibadah yang dipimpin oleh senior GAMKI, Tedius Kuemba Batasina, STh.

Bahkan beberapa sambutan secara maraton diantaranya Yanny Marentek, S.Th mewaliki senior GAMKI, Anto Phillip mewakili pengurus GAMKI Sulut, dan Nedine Helena Sulu sebagai perwakilan YSB-OEL.

Festival seni budaya ini dirangkaikan dengan pelantikan pengurus YSB-OEL, dengan ketua Rivo Gosal dan Sekretaris Nedine Helena Sulu.

Parade seni budaya menampilkan pertunjukan budaya dari Sanggar Seni Budaya Fakultas Teknik Unima, Komunitas Adat Waraney Wuaya, dan Waraney Umbanua Manado. Dilanjutkan kolaborasi apik antara budaya Minahasa-Dayak antara Tuha Pekuyang dan Tonaas Rinto Taroreh. Kemudian diisi dengan melantunkan syair tua Minahasa dari Kalfein Wuisan dan Fredy Wowor, menampilkan puisi yang dibacakan oleh sastrawan Minahasa, Greenhill Weol. Orasi Kebudayaan dari akademisi Minahasa, Dr. Denni Pinontoan, serta ditutup dengan monolog dari Sylvester Ompi Setlight.

Diketahui Festival Seni Budaya dimotori oleh Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Sulawesi Utara, Gerakan Minahasa Muda (GMM), Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Sulawesi Utara), dan Yayasan Seni Budaya Ora Et Labora (YSB-OEL). (Tim Gawai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *