Bitung  

Sejam Sebelum ‘Tragedi’ Korban Kapal LCT Bora V Sempat Berkomunikasi Dengan Keluarga 

Keluarga Korban Kapal LCT Bora V yang telah dinyatakan hilang di perairan Tagulandang Kabupaten Sitaro, pada Minggu 21 Januari 2024. (foto:istimewa)

Editor/Pewarta: Alfondswodi

BITUNG (Gawai.co) – Pasca ditemukan sejumlah penumpang dan awak Kapal LCT Bora V diperairan Maluku Utara, usai lepas kontak diperairan Tagulandang Kabupaten Sitaro, membawa kepedihan mendalam kepada Keluarga korban yang hingga saat ini belum ditemukan.

Dimana Kapal LCT Bora V pada hari Minggu 21 Januari 2024, malam dinyatakan hilang akibat cuaca buruk dan pada hari Selasa 23 Januari 2024 oleh Kapal Nelayan KM Mitra Bahari menemukan sejumlah penumpang dan awak Kapal yang terapung, disaat perjalanan pulang menuju Kota Bitung.

Dari 12 penumpang dan awak Kapal LCT Bora V, yang berhasil ditemukan oleh KM Mitra Bahari, terdapat 2 orang yang tidak sempat diselamatkan atau sudah kehilangan nyawa saat ditemukan.

Salah satu Keluarga penumpang Kapal LCT Bora V, yang belum juga ditemukan atau tidak ada didalam daftar penumpang dan awak Kapal yang berhasil ditemukan KM Mitra Bahari, masih menanti dan besar harapan jika sanak keluarganya masih selamat dan bisa diselamatkan.

Eno Sri Surya Ningsi adalah salah satu keluarga korban hilangnya Kapal LCT Bora V, menurutnya ada dua orang keluarganya yang ikut berlayar di kapal LCT tersebut.

Adapun kedua keluarga dari Eno Sri Surya Ningsi, adalah Suami (Dedi Ronal Mananeke.red) dan Anak (Vanes Mananeke.red) lelakinya, merupakan sopir dan kondektur yang ikut dalam pelayaran mengunakan Kapal LCT Bora V dari Pelabuhan Samudera Bitung menuju Pelabuhan Tagulandang, Kabupaten Sitaro.

Hingga saat ditemui awak media, di rumah mertua dari Eno Sri Surya Ningsi diwilayah Kelurahan Pateten Dua, Kecamatan Aertembaga, Kota Bitung, masih mengharapkan jika proses pencarian kedua belahan hatinya masih terus dilakukan.

“Terakhir komunikasi dengan suami saya, pada hari Minggu 21 Januari 2024, sekitar pukul 19:45 wita dan hanya mengatakan jika cuaca buruk dan singnal tidak bagus. Dan disaat itu saya mengatakan kalau Vanes (anak lelakinya yang ikut sebagai penumpang kapal.red) tidak ada signal dan harus disambungkan melalui hotspot dari suaminya,” katanya sambil memperlihatkan chattinga whatsappnya bersama suaminya.

Namun sebelumnya, kata Eno Sri Surya Ningsi, pada hari Sabtu 20 Januari 2024 saat Kapal LCT Bora V, bergerak dari Pelabuhan Samudera Bitung menuju Pelabuhan Tagulandang, sempat berkomunikasi dengan Vanes (anak lelakinya yang berprofesi sebagai Helper sopir tronton yang dikendarai sang ayahnya.red).

“Vanes sempat berkabar kalau mereka sudah bergerak menuju Pulau Tagulandang dan pada beberapa saat kemudian, Vanes berkabar bahwa kapal mereka berbalik dan berlindung di perairan pulau Lembeh, tetapnya didepan Keluarahan Kareko, Kecamatan Lembeh Utara, dikarenakan cuaca buruk. Dan diwaktu itu saya dengan spontan mengatakan ‘ia bale Jo’,” katanya.

Kemudian, kata Eno Sri Surya Ningsi komunikasi sudah tidak ada, nanti pada hari Minggu 21 Januari 2024, sekitar pukul 20:42 wita, setelah mendapat hotspot dari sang ayah, Vanes berkomunikasi dengan sang Ibunya.

“Vanes berkabar, bahwa mereka sudah melewati pulau Biaro dan menuju Pulau Tagulandang, namun cuaca sangat buruk, sambil melakukan vedio singkat, yang menyatakan bahwa mereka (seluruh penumpang dan awak kapal.red) telah menggunakan pelampung (live jacket.red). Setelah itu komunikasinya sudah tidak ada hingga saat ini,” bebernya.

Bahkan, kata istri dari kedua korban Kapal LCT Bora V, sempat tidak termasuk daftar manifest kapal saat berlayar, sementara suami dan anak lelakinya ikut dalam pelayaran itu.

“Saya tau persis, karena saya yang mengantar suami dan anak saya, ke kapal saat sebelum mereka berangkat di wilayah Pelabuhan Samudera Bitung, (tempat sandar kapal LCT.red) pada hari Sabtu 20 Januari 2024, sore sekitar pukul 16:00 wita,” ucapnya.

Saat disentil terkait jumlah penumpang dan muatan yang ada di atas kapal, kata Eno Sri Surya Ningsi di atas kapal ada sekitar empat unit mobil tronton dengan muatan dan dua unit mobil truk kecil.

“Saya tidak tau pasti, karena waktu itu hujan deras, namun saya mengetahui jelas ada enam unit mobil termasuk empat mobil tronton dan dua unit mobil truk kecil. Suami saya yang menjadi salah satu sopir tronton dan anak lelaki saya yang menjadi helper,” katanya dengan tatapan mata yang sayu seakan memohon bantuan pertolongan untuk menemukan kedua buah hati dambaan hidupnya.

Dirinya pun berharap, jika pelaksanaan pencarian yang dilakukan oleh Tim SAR dan sejumlah tim lainnya, untuk dapat terus melakukan pencarian hingga kedua belahan hatinya ditemukan.

“Saya sangat berharap, kiranya proses pencarian terus dilakukan dan kalau perlu waktu pencarian yang telah dinyatakan dalam berita sebelumnya, hanya dilakukan selama tujuh hari. Kami memohon untuk diperpanjang, mana kala Suami dan Anak saya masih bisa diselamatkan,” ucapnya sambil memohon dan mengucapkan doa kepada Sang Kuasa. (ayw)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *