Editor: Martsindy Rasuh
TONDANO (Gawai.co) – Mahasiswa Fakultas Teknik (Fatek) Universitas Negeri Manado(Unima) berhasil menciptakan alat pengering cengkih dengan menggunakan bahan bakar limbah kelapa, program ini diraih melalui pendanaan kegiatan Pekan Kreatifitas Mahasiswa Bidang Penerapan Iptek (PKM-PI) yang diselenggarakan oleh SIMBELMAWA.
Program dengan tajuk “Penerapan Mesin Pengering Cengkih Berbahan Bakar Limbah Kelapa Untuk Mempercepat Waktu Penjemuran Cengkih Pada Kelompok Tani Keter” yang dilakukan oleh mahasiswa Fatek ini berhasil membuat inovasi terbaru di bidang pertanian dan perkebunan.
Disampaikan Efriwandy Simbolon selaku Ketua Tim, bahwa kegiatan ini bertujuan untuk membantu permasalah yang dialami masyarakat. Dimana Tim PKM-PI Unima mengambil permasalahan masyarakat di Desa Wiau, Kecamatan Pusomaen, Kabupaten Minahasa Tenggara.
“Kami membuat mesin yang dapat memproses pengeringan cengkih dengan mudah, memberikan solusi dengan menyiapkan mesin pengering berbahan bakar sabuk dan batok kelapa,” ungkapnya kepada media ini, Rabu (18/8).
Katanya lagi, mengingat di Desa Wiau potensi kopra yang cukup besar dimana limbah kopra yaitu sabuk dan batok kelapa yang belum dimanfaatkan dengan baik, maka solusinya menggunakan limbah itu untuk pembakaran.
Dirinya menjelaskan, dengan adanya kegiatan ini, masyarakat Wiau bisa terbantu dalam proses pengeringan, kegiatan ini berlangsung mulai bulan Juni sampai Agustus.
“Biasanya masyarakat Wiau melakukan pengeringan cengkih dengan menjemur di sinar matahari, kini bisa dengan menggunakan mesin yang telah kami buat,” ujarnya.
“Sebelum proses pembuatan mesin, kami telah melakukan pertemuan virtual melalui zoom bersama masyarakat Wiau guna membahas permasalahan apa saja yang mereka alami ketika proses penjemuran cengkih di bawah sinar matahari,” terangnya.
Adapun permasalahannya antara lain, membutuhkan lahan yang cukup luas dalam proses pengeringan. Karena kekurangan lahan, sehingga petani melakukan pengeringan di jalan raya, dimana bisa membahayakan pengendara.
Kemudian, pengeringan tidak bisa dilakukan ketika musim penghujan. Karena Desa Wiau dikelilingi bukit-bukit, sehingga terbatas hanya waktu tertentu dan tidak seharian terkena sinar matahari langsung.
“Dengan adanya mesin pengering cengkih ini, semua permasalahan tersebut dapat teratasi,” sampainya.
Dirinya menambahkan, mesin pengering ini mampu menampung cengkih mentah sebanyak 18 kilogram dalam sekali proses pengeringan, dengan waktu selama 30 menit dengan suhu 80°C.
Bahan bakar mesin ini menggunakan sabuk dan batok kelapa, dan pada mesin ini juga dilengkapi sensor suhu panas dilemari pengering.
Sebelumnya, kegiatan ini sangat didukung pihak Kampus Unima. Pembantu Rektor (PR) III Unima Jim Ronny Tuna mengapresiasi lolosnya Tim PKM-PI ini pada tahap pendanaan. Serta berharap, tim ini bisa lolos sampai Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS).
“Kegiatan ini bisa berjalan lancar dan dapat diselesaikan dengan baik dan kedepannya bisa menjadi pacuan untuk semua mahasiswa, mengingat di Merdeka Belajar Kampus Merdeka ini mahasiswa diharapkan berinteraksi, berkreasi dan berinovasi langsung ke masyarakat,” ungkap Tuna.
Sementara itu, Moh. Fikri sebagai dosen pendamping tim ini menyampaikan, bahwa kegiatan ini sangat diharapkan bisa menyelesaikan pemasalahan masyarakat Wiau dalam proses pengeringan cengkih, yang pasti dengan hasil pengeringan yang baik dan lebih efisien. Dan yang terpenting dapat menumbuhkan rasa peduli mahasiswa kepada masyarakat.
“Tentu saya selaku dosen pendamping tim sangat bangga dan berterima kasih atas inovasi yang telah dibuat oleh adik-adik mahasiswa,” tandasnya. (Martsindy Rasuh)