Pewarta : Rendi Pontoh
Editor : Misel Pontoh
Catatan Perjalanan GenPI Sulut Bersama GenPI Boltara
Suara musik dan gemuruh angin jadi pengantar rombongan Generasi Pesona Indonesia (GenPi) Sulawesi Utara di hari pertama mereka sampai Boltara sore itu, Jumat 5 September 2025. Di ketinggian Puncak Bukit Pilos, lampu-lampu kampung di kejauhan berkelip seperti bintang yang jatuh ke bumi. “Vibes-nya luar biasa, magis,” ujar Marianne Walukow Ketua GenPI Sulut, matanya berbinar menceritakan kembali pengalaman itu.
Perjalanan tiga hari mereka di Boltara kali ini memang bukan sekadar wisata biasa. Ada rasa takjub, kagum, dan syukur yang tercampur jadi satu. Setiap destinasi yang disinggahi menghadirkan cerita berbeda, seolah Boltara ingin menunjukkan bahwa dirinya punya banyak wajah untuk diperkenalkan.
Hari Pertama: Menyapa Langit di Puncak Pilos
Bukit Pilos menjadi titik mula perjalanan. Dengan ransel di punggung, tenda di tangan, dan semangat yang penuh, rombongan tujuh orang dari GenPI Sulut bersama GenPI Bolmut mendaki hingga ke puncak. Jalurnya bisa dilalui dengan kendaraan.
Setibanya di atas, semua rasa lelah langsung terbayar. Hamparan hijau terbentang, horizon laut samar terlihat, dan angin segar mengusap wajah. Malam hari, mereka menyalakan api unggun, bercerita, tertawa, hingga diam dalam hening menikmati bintang. “Tidur di Pilos itu seperti tidur di atap dunia. Kita merasa kecil, tapi juga bersyukur bisa menikmati keindahan ini,” ucap Kadiv Offline GenPi sulut Renaldy Mambo.
Hari Kedua: Batu Pinagut, Pasir Putih Sidupa dan Inamol
Pagi berikutnya, perjalanan berlanjut kami ke arah pesisir di Kawasan Batu Pinagut roombongan pun duduk bersila di tepi pantai pinagut sambil menyantap Inamol, kuliner khas Bolmut berbahan dasar sagu. Rasanya kenyal, gurih, ikan teri tercampur jadi satu dengan sentuhan manis yang unik jika di lumuri dengan gula merah.
kemudian kami pun lajutkan perjalanan ke Tanjung Sidupa disambut dengan garis pantai yang tenang, pasir putih yang lembut, serta laut biru yang nyaris tak bercacat. Di hadapan mereka, sebuah pulau kecil berbentuk kura-kura seakan menjaga Sidupa yang cukup berdekatan dengan bibir pantai.
“Menikmati sunset diTanjung Sidupa merupakan pengalaman sederhana tapi mendalam. Kita benar-benar merasakan tenggelamnya matahari di ufuk barat Desa Sidupa, meski ini kali keduanya kesini, ia baru kali ini langsung mersakan enaknya Inamol, “Anne sapaan akrabnya.
Hari Ketiga: Pontak, Adrenalin dan Persahabatan
Puncak perjalanan terjadi di hari ketiga. Rombongan menuju Air Terjun Pontak, sebuah surga tersembunyi di balik rimbun hutan. Di sini, mereka tak hanya sekadar menikmati pemandangan, tetapi juga mencoba aktivitas canyoneering yang difasilitasi komunitas lokal @canyoneering_boltara bersama GenPI Boltara.
Air terjun yang deras, bebatuan licin, dan jalur ekstrem menjadi tantangan. Namun, alih-alih takut, para peserta justru merasakan lonjakan adrenalin yang mengasyikkan. “Ini pengalaman mahal, tapi uniknya tak perlu keluar cost besar. Dukungan teman-teman lokal membuat semuanya jadi aman dan menyenangkan,” kata salah seorang Anggota GenPI Sulut sambil tersenyum.
Boltara, Surga yang Perlu Sentuhan
Tiga hari di Bolmut terasa begitu cepat. Setiap detik menyimpan cerita, setiap langkah menghadirkan kejutan. Namun, Ketua GenPI Sulut menyadari bahwa potensi besar ini masih butuh perhatian. “Kalau disentuh dengan serius oleh pemerintah dan didukung investor, pariwisata di sini bisa jadi sumber PAD yang signifikan. Ekonomi masyarakat ikut tumbuh, dan Boltara bisa sejajar dengan destinasi besar lain di Indonesia,” tegasnya.
Ia menambahkan, keindahan Boltara bukan sekadar panorama. Ada keramahan masyarakat, kuliner unik, hingga komunitas yang solid menjaga alam. Semua itu adalah modal berharga untuk menjadikan Bolmut sebagai magnet wisata baru di Sulawesi Utara.
Pulang dengan Rindu
Saat rombongan kembali, yang tersisa hanyalah rindu. Rindu pada malam berbintang di Pilos, rindu pada sunset Sidupa, rindu pada derasnya Air Terjun Pontak. “Tiga hari itu terlalu singkat. Mungkin seminggu atau lebih baru cukup untuk menjelajahi semuanya,” ucap Anne, seolah menegaskan betapa dalam ia jatuh cinta pada Boltara.
Bagi mereka, Boltara bukan sekadar destinasi. Ia adalah pengalaman, sebuah perjalanan yang menorehkan jejak dalam ingatan. Dan bagi siapa pun yang datang, Boltara selalu punya cara untuk membuat pulang dengan membawa rindu. (rp)

















