Editor/Pewarta: Martsindy Rasuh
MANADO (Gawai.co) – Komite Pemilih Indonesia (TePI) Sulut menggelar Focus Group Discussion (FGD) Konsolidasi Demokrasi di Tengah Hiruk Pikuk Sistem Pemilu, Kamis (1/6/2023) di Rogers Hotel Manado.
Koordinator TePi Provinsi Sulut, Grandy Tangkuman mengatakan bahwa pembahasan sistem Pemilu, tertutup atau terbuka, sedang pada puncaknya, sebagai dampak dari isu kuat Mahkamah Konstitusi akan memutus Sistem Proporsional Tertutup.
“Kami melihat, memang ada banyak persoalan yang muncul dalam sistem Pemilu terbuka, konstestasi yang ketat, persaingan yang panas memperebutkan kursi, baik caleg antar partai maupun caleg satu partai, konflik horisontal yang tinggi, ruang praktik politik uang yang masif, dan masih banyak persolan umum lainnya,” kata Grandy.
Meski begitu, dirinya berpendapat bahwa persoalan-persoalan tersebut, tidaklah lantas mengubah sistem pemilu dari terbuka menjadi tertutup.
“TePI berpendapat, bahwa penguatan kapasitas dan tensi pengawasan dapat jadi solusi berbagai persoalan sebagai dampak sistem pemilu terbuka yang bebas itu,” ujarnya.
“Semua instrumen pengawasan penyelenggara Pemilu harus efektif dan efisien mencegah soal-soal negatif yang mungkin muncul di masyarakat. Dan yang tidak kalah pentingnya, civil society, peran masayarakat sipil harus nyata dan berdampak,” sebut Grandy.
“Ada tantangan tersendiri bagi kami pemantau pemilu, terkait program-program pemantauan dan pendidikan politik pemilih. Hal itu tidak gampang, tetapi kami yakin kalau punya tekad kuat untuk kawal dan jaga pemilu ini sehat dan bersih, jujur dan adil, maka semua stakeholder wajib ikut serta dalam upaya pengawasan dan pemantauan yang sifatnya partisipatif,” tuturnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, faktor legalitas jadi poin penting pertanyaan publik, mengapa MK memutus sistem terbuka pada Pemilu 2009 silam, lalu akan memeutus kembali ke tertutup Pemilu 2024.
“Kami melihat publik lebih menginginkan sistem terbuka agar demokrasi jalan dengan lanjar dan sehat, terbuka bagi siapa saja, peluang sama besar bagi kontestan pemilu, ini poin penting kontemplasi kita dalam momentum hari lahir Pancasila 1 juni 2023 ini,” pungkas Grandy yang juga adalah Korwil X , Sulut Gorontalo, PP GMKI Masa bakti 2020-2022.
Turut hadir dalam FGD tersebut, Tommy Sumakul, pengamat politik Karel Najoan, kelompok Cipayung, oraganisai pegiat Pemilu, organiasi kemahasiswaan, Koordinator Nasional TePI Jeirry Sumampow, dan Peneliti Senior TePI, Jeirry Wuysang. (Mrt)