Editor/Pewarta: Martsindy Rasuh
MANADO (Gawai.co) – Pelaksanaan Pemilihan Rektor Universitas Negeri Manado periode 2025-2024 telah selesai dilaksanakan dan berjalan dengan baik. Adapun hasil pemilihan ini menunjukkan bahwa Dr. Joseph P. Kambey, SE., MBA., Ak dinyatakan sebagai calon rektor terpilih mengalahkan dua kandidat lainnya dengan kemenangan telak dan memastikan yang bersangkutan akan menahkodai Unima untuk empat tahun ke depan.
Namun demikian masih ada kelompok-kelompok yang tidak puas soal hasil tersebut dengan menghembuskan isu-isu yang miring terhadap hasil tersebut, terutama untuk rektor terpilih.
Menanggapi hal tersebut, wartawan Gawai.co Sabtu (25/1/2025) meminta tanggapan Pengamat Politik Unima dan Juga Koordinator Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISH Dr. Devie Siwij, SIP.,MAP. Menurutnya hal itu adalah dinamika dalam pemilihan rektor tidak hanya di Unima.
“Saya mengikuti perkembangannya, bahkan ketika sedang mewawancarai saya situasinya tetap saya ikuti. Tetapi bagi saya semua sudah jelas Joseph Kambey telah terpilih dengan suara yang mutlak, kita tinggal tunggu saja pelantikan karena suara menteri 35 persen telah dianulir oleh menteri sendiri (mendikti saintek). Jadi suara dari hasil pemilihan sudah final,” tegas Siwij.
Menurutnya jika memang ada suara menteri 35 persen proses pemberiannya diberikan saat pemilihan pada 23 Januari 2025 lalu. Siwij juga menanggapi soal isu plagiat yang tujuhkan pada calon terpilih menurutnya hal itu buang-buang energi untuk menanggapinya.
“Isu inikan sengaja dihembuskan untuk menjatuhkan Joseph Kambey sebagai rektor terplih. Saya mengatakan itu karena sebelumnya mereka sudah menghembuskan isu tentang ijazah tetapi tidak berhasil. Nah sekarang soal plagiat. Yang lebih lucu lagi soal itu dihembuskan oleh orang yang tidak tahu tentang plagiat. Coba tanya sama yang bersangkutan paham atau tidak dia soal plagiat,” ungkap Siwij sambil tertawa.
Lebih lanjut menurut Siwij, kalau dilihat dari substansinya ini bukan soal plagiat yang dituduhkan kepada rektor terpilih Unima ini adalah soal pencatutan nama oleh Adventinus Lambut yang memasukan nama Joseph kambey di artikelnya. Dan ini jadi masalah ketika ada kelompok yang tidak menghendaki Joseph Kambey terpilih menjadi rektor.
“Adventinus tentu tidak berniat jahat untuk memasukkan nama Joseph Kambey dalam artikelnya. Karena memang artikel yang akan dipublish dalam sebuah jurnal, idealnya lebih dari satu orang. Kecuali seseorang itu diwajibkan hanya nama tunggal untuk mengejar kredit pointnya. Jika tulisan yang diklaim dibuat oleh Adventinus serta dipublish dan tiba-tiba ada komplain dari orang lain sebagai tulisannya, itu bukan masalahnya Kambey tetapi masalah Adventinus dengan orang yang mengklaim sebagai pemilik artikel tersebut dan Kambey di sini telah menjadi korban dari yang sebenarnya niat ‘baik’ dari Adventinus buat orang lain,” jelasnya.
“Makanya sedikit pinter lah untuk mengoreksi dan jangan pakai orang lain yang tidak tahu plagiasi jadi front line guna membangun isu ini,” sentilnya.
Saat ditanya soal apakah ada calon yang ada dibalik upaya mengembangkan isu ini, pria yang sering dipanggil mner Devie membantahnya. “Saya yakin bukan dari calon yang masuk tiga besar. Karena dua hari sebelum pemilihan calon-calon ini sudah bertemu untuk mendiskusikan hasil penyaringan tiga besar serta beriktikad baik guna membangun komunikasi untuk Unima kedepan. Bahkan diskusinya sangat cair dan masing-masing berniat menjaga kondusifitas pemilihan serta nama baik masing-masing, bahkan saya hadir saat terjadi pertemuan antar calon tersebut,” terang Siwij.
Soal siapa yang mengotaki ini, menurut Devie sudah sampai ke pihak kementerian. “Kan sudah ada foto-fotonya. Dan apabila ini melibatkan personal yang berstatus dosen ASN dan ini sebagai upaya menjegal kepentingan kementerian secara kelembagaan maka ini termasuk insubordinasi dan kategori pelanggaran disiplin dan bisa ada sanksi. Namun bila ini ada unsur pidananya yah sedang dipelajari,” ujarnya.
Menurut Siwij sebagai PTN Unima harus tunduk kepada pemerintah dalam hal ini adalah Kemendikti Saintek RI sebagai owner yang punya aturan dan juga punya kewenangan membuat diskresi. “Menteri tidak akan mungkin diperalat oleh kepentingan sempit kelompok tertentu untuk mengganggu proses Pilrek karena berharap mendapat keuntungan jika kementerian membatalkan proses ini. Bahkan mayoritas warga Unima akan siap berhadapan dengan kelompok ini,” terangnya.
Saat disinggung sabagai pendukung Joseph Kambey, Siwij mengatakan bahwa calonnya sudah tidak ikut serta dalam Pilrek ini. Semua calon adalah teman-temannya. “Kalau saat ini saya terkesan membela salah satu calon, sama sekali tidak. Saya hanya ingin supaya proses ini cepat selesai dan tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang mencari keuntungan dari situasi ini,” pungkasnya.
Kekecewaan Prof Lombok Usai Keterangannya Dipelintir:
Kepada media ini, Prof. Dr. Drs. J. L. L. Lombok, S.H., M.Si., bercerita tentang dinamika yang sering terjadi dalam perguruan tinggi, khususnya dalam konteks pemilihan rektor. Akan tetapi, Prof. Lombok, sebagai mantan Rektor dan Guru Besar senior Unima, merasa kecewa setelah komentarnya tentang plagiarisme dipelintir oleh sejumlah media massa sehingga terkesan digunakan untuk menyerang salah satu calon rektor.
Padahal, menurut Prof. Lombok, pernyataannya bersifat umum dan ditujukan kepada semua tenaga pendidik, bukan hanya untuk salah satu calon rektor. Ia juga menegaskan bahwa ketiga calon rektor adalah sosok terbaik yang dimiliki Unima, dan hasil pemilihan seharusnya diterima dengan lapang dada.
“Penyebaran informasi yang tidak akurat seperti ini tentu dapat memengaruhi suasana akademik, khususnya dalam proses pemilihan rektor. Apa yang terjadi menjadi pengingat pentingnya menjaga integritas dan akurasi dalam penyebaran informasi, terutama di dunia pendidikan yang seharusnya menjunjung tinggi etika dan objektivitas,” tegasnya.
Prof. Lombok juga menyoroti bahwa tindakan memelintir pernyataan, apalagi di tengah atau pasca pemilihan rektor, sangat tidak etis dan berpotensi merusak reputasi institusi maupun individu. (Mrt)