Editor/Pewarta: Michelle de Jonker
MANADO (Gawai.co) – Menjalankan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadhan tahun 2022, memiliki tantangan tersendiri. Sebab, saat ini masih dalam kewaspadaan terhadap berbagai jenis virus di masa Pandemi.
Hal Klasik yang menarik dan selalu diperbincangkan adalah perlu diketahui mengenai kesehatan ibu hamil dan ibu menyusui saat menjalankan ibadah puasa.
Bersama pakarnya dokter Dr Ray Wagiu Basrowi MKK dan dr. Febriansyah Darus, SpOG(K). Bincang melalui forum Instagram live di akun @ray.w.basrowi bertajuk “Ibu Hamil dan Menyusui, Bisakah Puasa?”
Siapa yang bilang Ibu hamil dan ibu menyusui tidak boleh puasa? itu mitos. Para dokter, justru mempersilahkan jika ada ibu hamil dan ibu menyusui, yang ingin menunaikan ibadah puasa.
Begini penjelasannya, ibu hamil dan menyusui pada prinsipnya bisa berpuasa selama kondisi umum nya terkontrol, dan tidak memiliki masalah klinis serius yang sedang di monitor dokter atau bidan.
Informasi khusus ibu menyusui di bulan puasa, ibu menyusui memang harus memikirkan secara matang terutama untuk ibu menyusui dalam periode ASI eksklusif 6 bulan pertama.
Karena di enam bulan pertama ASI adalah makanan utama dan satu-satunya bagi bayi sehingga kualitas ASI dan tentu saja volume ASI harus tetap terjaga. Yang perlu dilakukan adalah memastikan status hidrasi atau kecukupan cairan, ini penting karena ASI itu komposisi utama dominan nya adalah air.
Selain itu biasanya, ibu menyusui akan cenderung merasa mudah haus setelah menyusui atau memompa ASI.
“Juga harus dipikirkan potensi dehidrasi, sehingga volume ASI juga mungkin akan terganggu. Akibatnya, malah bisa menggagalkan ASI eksklusif. Jadi memang dikembalikan ke kemampuan ibu dan konsultasi dengan dokter atau bidan,” jelas Dr Ray yang merupakan Medical Science Director Danone Indonesia.
Bagi ibu yang menyusui sekaligus bekerja,
tantangan menyusui sambil berpuasa juga menjadi semakin berat. Beberapa hasil penelitian observasi okupasional juga mengungkapkan ibu pekerja yang menyusui dan berpuasa justru mengalami beberapa keluhan terkait stamina kerja, terutama pada kalangan pekerja buruh perempuan.
Untuk kondisi seperti ini, memang sebaiknya yang diprioritaskan adalah menyusui dulu dan puasa bisa dipikirkan untuk mengganti dengan berbagai macam bentuk ibadah pengganti puasa yang diizinkan.
“Karena pasti berat sekali kalau menyusui dan berpuasa, selain haus, risiko dehidrasi, belum lagi kelelahan karena kalua bayi masih dibawah enam bulan kan ASI masih on-demand. Jadi, bisa saja tengah malam sebelum sahur tidak istirahat, terus harus bangun menyiapkan sahur, shalat subuh dan pagi harus kerja lagi. Jadi memang tantangan ibu pekerja yang menyusui untuk berpuasa sangat berat. Kembalikan lagi ke ibu nya,” kata Dr. Ray melalui akun Instagram @ray.w.basrowi dengan lebih dari 20 ribu follower.
Sementara untuk ibu hamil Dr Febri menyarankan khusus untuk ibu hamil di trimester pertama atau usia 1-3 bulan lebih berhati-hati dan harus konsul dokter kandungan atau bidan dulu.
“Yang pasti ada kondisi yang tidak disarankan berpuasa, yaitu ibu hamil yang mengalami gejala emesis atau mual dan muntah yang berat, atau yang terdeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin,” kata Dr Febri yang merupakan dokter kandungan di RSPAD Gatot Subroto.
Selanjutnya Dr Febri dan Dr Ray sepakat menyatakan bahwa berdasarkan begitu banyak bukti klinis, baik ibu hamil maupun ibu menyusui dalam kondisi apapun tetap wajib control teratur ke tenaga Kesehatan.
Untuk ibu hamil, pemantauan kondisi kehamilan dengan antenatal care teratur wajib untuk memastikan keselamatan ibu dan janin serta kesiapan untuk melahirkan dengan baik, dan selama menyusui penting untuk memaksimalkan kondisi hidrasi dan nutrisi ibu. (Mdj)