Pewarta : Michelle de Jonker
Editor : Martsindy Rasuh
SITARO (Gawai.co) — Kali ini, misi evakuasi korban bencana Erupsi Gunung Ruang agak berbeda, karena pengungsi warga Tagulandang yang dibawa hanya 25 orang, terdiri dari 9 Wanita, 11 Pria dan 5 Anak kecil. Namun, 3 orang dewasa dalam kondisi sakit.
Para pengungsi ini diangkut melaui Kapal Perang Republik Indonesia atau disebut KRI Kakap – 811. Kapal ini berangkat dari Pulau Tagulandang, pada Rabu (8/5/2024) malam, sekira Pukul 21.00 Wita, dan tiba di Kota Bitung pada Pukul 01.30 wita, Kamis (9/5/2024) tadi.
Berikut ini nama warga pengungsi yang memerlukan perawatan medis :
1. Ny Hesti Melendez, 48 Tahun, Diabetes (Pasang Infus)
2. Tn Albert Tamaka, 80 Tahun, Kelelahan
3. Ny Amelia Makakombo, 59 Tahun, Gagal Ginjal, Hipertensi (Pasang Infus), kesadaran menurun.
Misi evakuasi korban bencana alam, kali ini didominasi oleh hewan peliharaan berjumlah 56 ekor. Masing-masing, 23 ekor Anjing dan 33 ekor Kucing.
Hewan-hewan ini adalah hasil misi penyelamatan yang dilakukan oleh para relawan sebagai pemerhati hewan, bersama anggota Posal TNI AL di Tagulandang.
Lokasi pencarian ditemukannya hewan-hewan ini berasal dari pemukiman terdampak paling parah, tepatnya dibawah kaki Gunung Ruang, di Desa Pumpete dan Desa Laingpatehi.
Semua hewan yang diselamatkan dan dievakuasi adalah hewan yang telah ditinggalkan oleh tuannya. Sebab, para korban lebih memilih mengungsi di Kota Bitung, Pulau Siau, Minahasa Utara dan Kota Manado.
Sejak peristiwa Erupsi dari tanggal 17 dan 30 April hingga hari ini. Hewan-hewan itu, bertahan hidup ditengah lelehan lava dan lontaran batu panas dari Gunung Ruang, sehingga mengakibatkan banyak rumah roboh.
Menurut Laurent, seorang relawan dari tim House Of Sky. Saat melakukan evakuasi, dirinya pun heran karena masih banyaknya hewan yang bisa bertahan hidup dalam kondisi seperti ini. Saat itu, dia bersama relawan yang lain mengambil dan merawat hewan itu sampai proses evakuasi.
“Saat kami melakukan misi pencarian dan penyelamatan hewan, banyak kesulitan dan tantangan yang di alami. Namun, hatinya terpanggil untuk tetap melakukan misi tersebut. Alhasil, saya bersama tim pencinta hewan berhasil mengamankan 56 ekor hewan dari lokasi titik bencana,” kata dia.
Meski telah berusaha semaksimal mungkin, menurut Laurent, masih ada beberapa hewan lagi yang belum sempat dievakuasi karena kekurangan kandang dan tenaga, saat melakukan penyelamatan di lokasi.
“Saat penyelamatan, kami sempat mendengar suara tangisan hewan dari dalam tanah. Setelah di gali, ternyata ada seekor anjing kecil berwarna coklat yang masih hidup dibalik reruntuhan rumah, sebab tertutup abu vulkanik yang tebal. Kondisinya pun sangat memprihatinkan, karena anak anjing ini terpaksa bertahan hidup dengan memakan tanah selama 15 hari dibawah hingga perutnya bengkak, diduga cacingan,” ungkapnya.
Kucing dan Anjing yang berhasil diamankan tersebut, kata Laurent, ternyata ada beberapa hewan Ras dan lokal, seperti Anjing Husky dan kucing Anggora serta Persia. Dan hewan-hewan ini membuat banyak orang yang melihat tertarik untuk mengadopsinya.
“Tentunya bisa mengadopsi hewan-hewan ini, asalkan harus dijamin hidupnya. Dan yang paling utama, menerima perawatan medis terlebih dahulu. Bahkan, berlaku persyaratan bagi setiap orang yang ingin mengadopsi harus mengikuti prosedur, seperti membuat surat pernyataan serta berjanji akan merawat hewan tersebut dan tidak boleh dipotong apalagi diterlantarkan,” tegasnya.
Lanjut kata Laurent, rencana Jumat minggu ini sebagian teman-teman relawan pecinta hewan akan menyusul, dan melakukan aksi penyelamatan di lokasi bencana.
“Semoga lebih banyak lagi orang tergerak hatinya, untuk menolong hewan yang menjadi korban bencana disana,” tandasnya.
Misi evakuasi hewan ini, dimuat di beberapa media lokal dan nasional, seperti jurnalis dari Metro Tv, Gawai.co dan Kumparan.
Diketahui, Jurnalis Gawai.co mendapatkan informasi tentang evakuasi hewan ini dari Letkol Laut (P) Rudi Tandirerung, S.H. Kadispen Lantamal VIII, berdasarkan Laporan dari Komandan KRI KAKAP-811 Mayor Laut (P) Kukuh Dwiyanto di lapangan. (Mjd)