Editor / Pewarta : Frans Kasumbala
SITARO (Gawai.co) – Warga di Kelurahan Bebali, Kecamatan Siau Timur digegerkan dengan kematian hewan ternak babi. Kejadian ini, di akui baru terjadi setelah puluhan tahun beternak.
Max Tolosang ditemui sedang mencukur kelapa di rumahnya di lingkungan IV. Dari total 20 ekor yang diternak sembilan ekor Babi dengan usia dua sampai tiga tahun mati pekan lalu.
Sambil mengajak ke peternakan di seberang jalan, ia bercerita kalau gejala yang terjadi pada ternak miliknya dimulai dengan malas makan selama beberapa hari.
“Itu tiga hari malas makan dan langsung mati, tidak ada gejala atau misalnya timbul sesuatu di tubuhnya,” kata Max sambil menunjuk babi peliharaan yang tersisa.
Max juga menunjukan sisa makanan ternak, dijelaskannya makanan ada campuran cukuran kelapa dan pakan babi yang dibeli ditoko.
“Saya hampir dua puluh tahun menjadi peternak babi kampung dan makannya juga sama tapi baru kali ini ada yang mati,” ungkap dia heran.
Max mengaku sangat sedih, pasalnya hewan ternak peliharannya sudah masuk usia siap dijual. Untuk biaya makan kata dia, sehari ada 14 buah Kelapa yang dicukur, ditambah beli pakan.
“Untuk pakan biasa beli satu karung itu 130 ribu, hanya untuk seminggu kalau di kali sagu dua tahun banyak kerugian,” ungkapnya sambil menahan sedih.
Ia juga mengajak ke salah satu peternakan lain yang berjarak 20 meter dari rumah. Kondisi salah satu ternak lemah dan tak mampu berdiri, sekalipun berusaha untuk digerakan.
“Ini sudah hampir satu minggu, kondisinya lemah begini tidak bisa berdiri,” tuturnya.
Gawai.co juga ditemui salah satu warga, Heidy Dirgo warga yang sama ikut menceritakan ternak miliknya.
Dari 10 hewan ternak yang di pelihara, tujuh diantarnya mati juga sejak pekan lalu. Ia bingung karena kematian ternak berlangsung cepat.
“Saya sudah coba berikan antibiotik, asih toh tetap mati,” kata Heidy.
Dia juga menunjukan dua ternak tidak jauh dari rumah dan ternyata satu lagi ditemukan mati.
“Yah sudah mati juga,” katanya sambil memgang ternaknya.
Heidy berharap pemerintah bisa membantu peternak untuk mengetahui penyebab kematian, ia bersama peternak lainnya takut akan menjangkit ternak lainnya.
“Kami berharap ada upaya Pemerintah bisa memeriksa apa penyebab, sehingga bisa diketahui cara mengobati,” serunya.
“Jangan sampai kami merugi lebih banyak,” tambah Heidy.
Sementara itu, Informasi dikumpulkan dari para peternak sudah lebih dari seratus ekor hewan ternak babi yang mati selama dua pekan terakhir di Kelurahan Bebali.
Usai meninjau lokasi ternak mencoba menemui Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Sitaro di sela kegiatan Richard Sasombo.
Menurut Sasombo sudah diturunkan tim untuk mengecek informasi terkait dengan kematian sejumlah ternak itu.
“Kami menerima informasi ada dua lokasi yakni di Kelurahan Bebali dan Kampung Karalung,” katanya.
Sasombo ikut menjelaskan terkait kendala yang di hadapi dinas miliknya, saat ini pihaknya belum bisa mengetahui apa penyebab kematian.
“Itu harus uji sampel dan itu hanya bisa dilakukan provinsi, itu juga perlu pemeriksaan khusus,” ucapnya menjelaskan.
Meski begitu, Ia berupaya dan melaporkan kejadian ini ke Pemerintah provinsi Sulawesi Utara untuk segera mendapat penanganan.
Sedangkan bagi daerah yang terserang kematian babi misterius ini dikirimkan surat kepada pemerintah setempat dari sisi kesehatan.
“Saat ini kami menyurat dulu, supaya hewan ternak tidak dibuang sembarangan sehingga akan menjangkit hewan yang lain,” terang Sasombo. (Frans)