Pewarta : Michelle de Jonker
Editor : Martsindy Rasuh
SItaro (Gawai.co) — Letusan gunung api merupakan bencana alam yang tidak mungkin dicegah manusia dari sumbernya.
Melihat kondisi ini, banyak kabar Gunung berapi yang sedang aktif terjadi silih berganti di sejumlah titik daerah di Indonesia. Seperti saat ini tersiar berita dampak abu vulkanik yang terjadi akibat Gunung Ruang Tagulandang di Kabupate Sitaro, Sulawesi Utara.
Menanggapi fenomena alam ini, Peneliti khusus penanggulangan bencana tentang Abu Vulkanik Dr Cherly Salawane, sekaligus berprofesi sebagai Dosen di Universitas Halmahera, menyampaikan pesan penting tentang bahaya dari abu vulkanik.
“Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah Pengurangan Resiko Bencana (PRB) saat terjadi bencana,” kata Cherly kepada Gawai.co, Kamis (2/5/2024) tadi.
Lanjut dijelaskannya juga, bahwa pemerintah terkait harus ada upaya untuk melakukan mitigasi dampak negatif dari debu vulkanik tersebut, karena sangat mengganggu kesehatan pada paru-paru manusia. Diminta pemerintah agar melakukan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat yang terdampak.
“Perlu adanya penjelasan khusus tentang lingkungan dan bagaimana cara penanggulangan pasca bencana alam Gunung berapi. Ini semua untuk mengurangi dampak negatif susulan yang mungkin terjadi,” ujar Cherly.
Tindakan yang harus dilakukan oleh warga setempat atau masyarakat sekitar yang lingkungan tempat tinggalnya terdampak penyebaran Abu Vulkanik, harus berhenti mengkonsumsi air dari sumber air yang telah tercemar debu vulkanik.
“Karena sumber air itu, bisa saja sudah terkontaminasi unsur-unsur kimia seperti arsenik (As), kromium (Cr), timbal (Pb), nikel (Ni), silika (Si), besi (Fe), belereng (S), dan unsur-unsur lainnya yang dapat dibuktikan melalui sebuah riset. Sebab, partikel debu vulkanik berpotensi meracuni makhluk hidup disekitarnya,” ungkap Cherly.
Selain itu, Cherly berharap aktifitas diluar rumah perlu dikurangi. Rumah harus dalam keadaan tertutup untuk mencegah masuknya debu ke dalam.
“Hal paling penting lainnya, yaitu penggunaan masker N95 karena hal itu mutlak disarankan, sebab debu vulkanik sangatlah berbeda dengan debu biasa,” imbaunya.
Hal penting lainnya adalah Alat Perlindungan Diri (APD) seperti kacamata diperlukan untuk mengurangi iritasi debu pada mata, karena kandungan silika pada debu vulkanik dapat dengan mudah merobek kornea mata.
Cara mengurangi dampak debu terhadap lingkungan, kata Cherly, Jika debu sudah menempel di tanah, bangunan, atap rumah, kendaraan atau jalan, perlu segera dibersihkan dengan metode tertentu untuk menghindari berbagai partikel yang terbang agar tidak menyebar ke daerah lain.
“Demikian juga mengenai kebutuhan primer, yaitu sumber air bersih yang sudah saya jelaskan tadi. Tempat penampungan dan salurannya harus segera dibersihkan agar air yang tercemar tidak dikonsumsi warga karena telah terkontaminasi unsur-unsur kimia,” terangnya.
Lanjutnya disampaikan Dr Cherly, debu vulkanik dapat mengakibatkan dampak negatif bagi kesehatan manusia, misalnya gangguan pernapasan akut, gangguan pada mata, dan iritasi pada kulit. Selain itu, debu vulkanik juga menimbulkan efek mekanikal.
“Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mewaspadai ancaman bencana hujan debu vulkanik gunung api antara lain, seperti ;
-Jangan panik, tetaplah tenang.
-Tutup pintu dan jendela.
-Tempatkan handuk atau
-kain basah diventilasi rumah (lubang-lubang dekat jendela dan pintu).
-Lindungi peralatan elektronik, misalnya dengan menutupi menggunakan plastik, dan jangan dibuka sampai seluruh ruangan selesai dibersihkan.
-Putuskan pipa dan talang pembuangan air untuk mencegah debu menyumbat pipa dan biarkan air dan debu tersebar disepanjang tanah,” jelasnya.
Jika hujan debu vulkanik terjadi ketika. Menurut Cherlya, anda sedang diluar rumah, misalnya disekolah atau anda sedang bepergian diharapkan tetaplah untuk berada di dalam ruangan sampai hujan debu benar-benar reda.
“Kalau kita berada diluar ruangan, carilah tempat perlindungan, misalnya gedung atau mobil, dan gunakan payung untuk melindungi diri dari hujan debu vulkanik,” ujarnya.
Ditambahkan Dr Cherly, prioritaskan penggunaan telepon anda untuk telepon gawat darurat. Gunakanlah masker N95, kaca mata pelindung, sapu tangan atau pakaian anda untuk menutup mulut dan hidung. Jika ada peringatan erupsi gunung api sebaiknya anda segera kembali ke rumah, dan selalu pantau informasi tentang aktivitas gunung api.
Kemudian jika terdapat debu di dalam air, biarkanlah mengendap terlebih dahulu. Gunakan air yang bersih dan tidak keruh. Apalagi, menggunakan sistem untuk mengumpulkan air hujan sebagai sumber air, diharapkan segera putuskan sambungan tangki sebelum terkena debu vulkanik.
Jika anda penderita penyakit pernapasan (bronkitis, asma, ISPA, dan gangguan pernapasan lainnya) tetaplah berada di dalam ruangan untuk menghindari paparan debu vulkanik. Dan jangan gunakan lensa kontak karena akan mengakibatkan kerusakan kornea mata anda.
Untu keluarga yang memiliki anak, ajari mereka tentang rencana darurat di sekolah maupun di rumah.
“Semoga informasi ini bermanfaat bagi semua orang, untuk langkah awal mengurangi resiko menghadapi dampak bencana Gunung berapi dan Abu vulkanik,” tutupnya. (Mdj)