SITARO (GAWAI.co) – Mereka berjalan dari desa ke desa, mengetuk pintu-pintu rumah yang sederhana, mendengar keluh kesah warga yang hidup dalam keterbatasan.
Tanpa suara bising tepuk tangan atau sorotan kamera, para pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) menjalankan tugas mereka dengan satu harapan membantu sesama keluar dari jerat kemiskinan.
Namun selama 12 tahun, mereka merasa seolah berjalan sendiri, seperti bekerja dalam sunyi. Tidak ada ruang untuk bersuara, tak ada kesempatan menyampaikan tantangan yang mereka hadapi di lapangan. Sampai akhirnya, Rabu 2 Juli 2025, menjadi hari yang tak akan mereka lupakan.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah PKH di Sitaro, para tenaga pendamping diundang secara resmi untuk bertemu dan berdialog langsung dengan Bupati Sitaro, Chyntia Ingrid Kalangit. Bukan sekadar audiensi, tapi momen pengakuan bahwa mereka dilihat, dihargai, dan dihormati atas kerja keras yang telah mereka lakukan bertahun-tahun lamanya.
Olan Takalamingan, Koordinator PKH Sitaro, tak dapat menyembunyikan rasa harunya.
“Kami sering kesulitan di lapangan. Kadang tidak dianggap oleh aparat desa, kadang juga dipersulit. Tapi kami tetap jalan, karena kami percaya apa yang kami lakukan ini penting. Hari ini, akhirnya kami merasa diperhatikan. Terima kasih Ibu Bupati, ini berarti sekali untuk kami,” ucapnya lirih.
Dalam pertemuan yang hangat dan penuh rasa kekeluargaan itu, para pendamping menyampaikan kisah dan kesulitan yang mereka alami. Bukan untuk mengeluh, tapi agar pemerintah bisa melihat lebih dekat bahwa program sosial seperti PKH tak hanya soal bantuan, tetapi tentang manusia, harapan dan perubahan hidup.
Bupati mendengarkan dengan seksama. Sesekali ia mengangguk. “Apa yang kalian lakukan itu luar biasa. Pemerintah daerah akan lebih hadir dan mendukung penuh. Kita tidak boleh membiarkan kalian berjuang sendirian,” ujarnya penuh empati.
Dalam foto yang diabadikan usai audiensi, tampak Bupati berdiri di tengah, dikelilingi para pendamping PKH. Wajah-wajah penuh harap dan bangga tergambar jelas sebuah potret kecil tentang dedikasi tanpa pamrih dari mereka yang selama ini bekerja senyap untuk keluarga-keluarga prasejahtera di pelosok Sitaro.
“Kami melihat, kami mendengar, dan kami akan hadir lebih kuat untuk mendukung PKH di Sitaro,” kata Bupati dalam pernyataannya, memberi sinyal bahwa pemerintah daerah siap membuka ruang kolaborasi yang lebih luas.
Pertemuan ini menjadi langkah awal untuk membangun komunikasi yang lebih baik antara pemerintah daerah dan para pelaku program sosial, agar tujuan bersama mengentaskan kemiskinan di Sitaro benar-benar bisa tercapai.
Di akhir pertemuan, bukan hanya pesan kebijakan yang dibawa pulang oleh para pendamping PKH. Mereka membawa pulang semangat baru bahwa perjuangan mereka tidak sia-sia, bahwa suara mereka kini punya tempat. Bagi Putri Gaghunting, salah satu pendamping PKH, pertemuan ini bukan sekadar agenda formal.
“Ini tentang rasa dihargai. Tentang kembali percaya bahwa pemerintah melihat kami, dan bahwa perubahan itu mungkin. Ini bukan akhir perjuangan, tapi awal yang baru,” tambahnya.
Hari itu, para pendamping PKH pulang dengan senyum. Bukan karena semua masalah selesai, tapi karena untuk pertama kalinya, mereka merasa tidak sendiri. (dew)

















