Editor: Maher Kambey
MANADO (Gawai.co) – Bank Indonesia yang bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) menggelar diskusi perbankan akhir tahun, bertempat di ruang Wale Tondano gedung kantor Bank Indonesia pada Selasa, (21/12).
Tujuan utama dari dilaksanakannya kegiatan ini adalah guna mengoptimalkan sinergi dan kontribusi perbankan bersama ISEI di Sulawesi Utara, untuk memulihkan perekonomian Sulut.
Kegiatan ini diawali dengan penyampaian terkait kondisi kesehatan, dan pemaparan tentang perkembangan Covid-19 yang disampaikan oleh Agung Nugroho.
Selanjutnya, juga dijelaskan tentang inflasi di tahun 2022 yang diperkirakan meningkat sejalan dengan akselerasi pemulihan ekonomi daerah.
Kepala perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, Arbonas Hutabarat, dalam penjelasannya menyampaikan tentang beberapa sektor yang dipandang secara optimistis akan lebih baik.
“Sektor transportasi, perdagangan, peningkatan kinerja hasil bisnis perikanan. Namun hal yang harus diperhatikan, yaitu khusus perbankan akan ada resiko perekonomian. Ke depan akan ada dampak masalah ekonomi global”, kata Hutabarat.
Dilanjutkan dengan pemaparan tracking perekonomian, dan arah perkembangan ekonomi Sulut serta arah pembauran kebijakan BI di tahun 2022 mendatang.
“Perhatikan data pertumbuhan ekonomi Sulut, kita optimis dari tahun ke tahun akan pada kisaran 4,2 persen dan terus menunjukan kenaikan sampai 5 persen, tekanan inflasi akan naik seiring berjalannya perkembangan ekonomi,” imbuhnya.
Hutabarat melanjutkan, pentingnya sumbangsih pemikiran untuk mendorong optimisme, sangat tepat dan relevan untuk digaungkan di penghujung tahun 2021 untuk melanjutkan pemulihan perekonomian daerah pada tahun 2022.
“Oleh sebab itu sektor perbankan dapat menopang sektor perdagangan, membantu pengelolahan bahan baku yang ada untuk dimanfaatkan dengan baik guna peningkatan ekonomi di tengah masyarakat,” ujarnya.
“Sementara itu, faktor membaiknya ekonomi dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan konsumsi pada setiap rumah tangga, ke depan hal ini diperkirakan akan mendorong kenaikan permintaan terhadap komoditas pangan strategis seperti barito dan ikan,” paparnya.
Menurutnya, selain hal-hal tersebut, stimulus pemerintah diperkirakan akan menimbulkan tekanan inflasi terutama pada tarif angkutan udara dan tarif listrik.
“Bank Indonesia mengajak masyarakat terutama pihak perbankan dan ISEI agar dapat memperhatikan hal-hal tersebut, inflasi tahun 2021 kami perkirakan tetap berada pada rentang 3,0 ± 1% (yoy) Year of Year atau dari tahun ke tahun,” sampainya.
“Meskipun banyak yang meningkat, tekanan inflasi untuk tahun 2022 kami perkirakan masih akan terkendali pada rentang 3,0 ± 1% (yoy) baik di Manado maupun Kotamobagu,” ujarnya.
Arbonas mengatakan, disparitas dapat semakin kecil apabila ada peningkatan investasi di daerah kita. Menurutnya peran perbankan sangat menunjang pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan gencar mencari investor yang mau berinvestasi.
Dalam forum diskusi ini, pihak BI menghadirkan pembicara kompeten dalam bidang ekonomi, investasi, dan akademisi yakni Paulus Kindangen, Robert Winerungan, dan Joy Elly Tulung. (Michelle de Jonker)