Bupati Sitaro Keluarkan SK Siaga Darurat Bencana

Editor / Pewarta : Frans Kasumbala

SITARO (Gawai.co) – Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) melaksanakan Rapat koordinasi (Rakor) kesiapsiagaan bencana, pasca dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Siaga darurat bencana Bupati Sitaro Evangelian Sasingen mengantisipasi ancaman Hidrometeorologi dan  badai La Nina selama 90 hari kedepan, rakor berlangsung di ruang rapat Bappelitbangda Sitaro, Jumat (14/10/2022).

Suasana rakor kesiapsiagaan bencana

Rakor di pimpin Pelaksana tugas (Plt) Asisten III Sekda Sitaro CH Bob Wuaten dan dihadiri sejumlah perwakilan Organisasi perangkat daerah seperti serta unsur TNI dan Polri.

Menurut eks Kepala Pelaksana BPBD Sitaro, CH Bob Wuaten menjelaskan SK bupati terkait siaga darurat bencana  dimulai sejak 11 Oktober 2022 hingga 90 hari kedepan merunut pada peringatan dini BMKG dan Imbauan dari Gubernur Sulut.

“Karena itu, dasar SK menjadi acuan kita melaksanakan rakor untuk implementasi dari semua kegiatan yang dilakukan dalam siaga darurat hidrometerologi,” ungkapnya.

Nantinya, di bentuk posko siaga darurat untuk mengakomodir kebutuhan, seperti informasi atau penanganan bencana antara Pemerintah daerah bersama stakholder pendukung lainnya, sehingga kejadian adi tiap harinya akan termonitor lewat laporan yang masuk.

“Beberapa hari kedepan akan melakukan gladi posko untuk menyamakan persepsi bila terjadi keadaan darurat khususnya pada tataran koordinasi pada posko,” urainya.

Selanjutnya, menurut Wuaten apa yang dilakukan pemerintah saat ini bukan tanpa alasan yang jelas, hal ini disebabkan beberapa pekan terakhir indikasi bencana tersebut sudah dirasakan masayarakat, seperti Hujan dengan intensitas tinggi disertai angin, petir, serta ancaman badai La Nina terpantau gelombang tinggi serta ancaman lainnya yang menyebabkan kerugian dan bahaya bagi masyarakat di Kepulauan Sitaro..

“Sudah terjadi longsor dan angin kencang karena cuaca buruk, belum lagi ancaman lahar dingin gunung api karangetang jika hujan instensitas tinggi terus terjadi,” jelasnya. “Karena itu masyarakat yang tinggal dilereng diminta waspada, serta nelayan supaya memperhatikan cuaca saat hendak melaut,” pungkasnya.  (Frans)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *