Editor/Pewarta: Alfondswodi
BITUNG (Gawai.co) – Aksi sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mengatasnamakan Soladaritas ASN Bitung menuntut hak, menjadi perhatian sejumlah pemerhati Pemerintahan Kota Bitung.
Pasalnya, usai melakukan aksi demo pada pekan lalu, sejumlah ASN yang mengatasnamakan Soladaritas ASN Bitung menuntut hak, menuding salah satu Camat di Kota Bitung melakukan praktik intimidasi.
Hal tersebut membuat geram salah satu pemerhati Pemerintahan Kota Bitung, Muzaqir Polo Boven, yang saat itu bersua dengan awak media disalah satu cafe diwilayah Kecamatan Matuari, pada Minggu 18 Juni 2024.
Menurutnya, gelagat ASN yang mengatasnamakan Soladaritas ASN Bitung menuntut hak, seakan-akan bagian dari Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang mendikte salah satu pimpinan.
“Ulah mereka seakan-akan mendikte pejabat! Kalaupun mereka adalah bagian dari KASN sah-sah saja, namun mereka bukan bagian dari KASN! dan tindakan mereka sudah melampaui batas sebagai seorang ASN,” geram Boven dengan tatapan serius.
Bagaimana bisa, kata Boven seorang atasan menegur bawahannya karena disiplin kehadiran, langsung di vonis sebagai tindakan intimidasi!
“Ini harus menjadi atensi bagi Kaban Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BKP-SDMD) Kota Bitung. Para koordinator ASN yang mengatasnamakan ASN Bitung menuntut hak, harus ditindak tegas sesuai dengan regulasi yang mengatur tentang ASN,” pintanya.
Karena menurutnya, jika tidak ada tindakan tegas dari BKP-SDMD, ulah koordinator Soladaritas ASN Bitung menuntut hak, bisa menjadi momok menakutkan bagi para ASN lainnya.
“Jika tidak ada tindakan, maka kami pastikan akan melakukan hal yang sama ke BKP-SDMD,” pungkas lelaki yang kerap mengkritisi kebijakan pemerintahan Kota Bitung.
Fakta Tudingan Intimidasi
Tudingan koordinator Soladaritas ASN Bitung menuntut hak, dilayangkan kepada Camat Matuari, Amelia Ngantung yang menyatakan dirinya telah melakukan praktik intimidasi kepada ASN yang menjabat sebagai salah satu STAF di Kantor Camat Matuari.
Menurut Camat Matuari, salah satu staf itu berinisial RR bersama beberapa staf lainnya disaat apel Jumat, dirinya menegur karena jarang terlihat di kantor.
“Sebagai atasan, apa salahnya jika saya menegur staf. Apalagi jarang masuk kantor sedangkan kegiatan akhir-akhir ini banyak termasuk persiapan lomba kelurahan,” jelasnya.
Namun rupanya, teguran Amelia itu ke sejumlah stafnya dianggap berkaitan dengan aksi demo yang digelar sebelumnya. Bahkan salah satu stafnya, yakni RR langsung mengadu ke koordinator aksi jika dirinya mendapat intimidasi karena ikut aksi.
“Sudah satu minggu saya mencari dia (RR,red) dan kebetulan Jumat pagi dia muncul, makanya langsung saya tegur,” katanya.
Teguran itu, kata Amelia, tidak ada kaitannya RR mengikuti aksi, karena ia sendiri tidak tahu menahu kalau stafnya itu ikut hadir bahkan jadi bagian dari Solidaritas ASN Bitung Menuntut Hak.
Harusnya, RR lanjut Amelia, sadar bahwa sebagai ASN yang ditempatkan di Kecamatan rajin masuk kantor karena berhubungan langsung dengan masyarakat. Bukan hanya datang mengisi absen lalu menghilang tidak tahu kemana, sedangkan masih banyak program yang harus dijalankan selain melayani masyarakat.
“Saya sampai ke perwakilan Solidaritas ASN Bitung Menuntut Hak, jika RR saya tegur karena jarang masuk kantor. Tidak ada kaitannya dengan aksi apalagi melakukan intimidasi. (ayw)