Editor / Pewarta : Frans Kasumbala
SITARO ( Gawai.co) – Pasca ditemukannya Flu Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) di Kepulauan Riau, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tahulandang Biaro (Sitaro) cegah masuknya daging babi yang dijual dari luar daerah.
Menurut Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Richard Sasombo di ruang kerja, ada pengiriman daging babi dari luar daerah dengan kapal laut.
“Ini sudah lama karena dari Manado lebih gampang di dapat dan kadang lebih murah,” kata Sasombo.
Daging ini biasanya dari Pelabuhan akan dibawa dan dijual di Pasar tradisional. Meski begitu Sasombo dan pegawai lainnya tidak bisa berbuat banyak karena tidak adanya Pos karantian atau pencegahan di pintu masuk pelabuhan.
“Jangan sampai membawa penyakit kan,” sentilnya.
“Kita pernah mengusulkan pos Karantina hewan dan Tanaman tapi tidak terealisasi karena keterbatasan anggaran,” jelas Sasombo
Beruntung kata Sasombo di area pelabuhan seperti di Kota Manado dan Bitung itu ketat dan dilakukan pengawasan.
“Upaya kita untuk mencegah penyakit itu ya dengan menghentikan pasokan dari lau daerah itu, meskipun tetap ada yang lolos.” Terang dia.
Dampak dari upaya pengetatan di pintu masuk maupun keluar harga daging babi di Manado misalnya menjadi sangat murah.
“Krena stok banyak, tidak bisa dikirim seperti dulu ke daerah lain termasuk Sitaro,” terangnya.
Sementara, Stok di Sitaro justru menjadi lebih mahal karena semakin sulit mendapatkan daging babi.
“Imbas lainnya di kita yang menjadi lebih mahal,” sambungya lagi.
Dia berharap, selain Pemerintah para penjual daging babi juga bisa mengedukasi diri dan sama sama menjaga produk, sehingga tidak ada dampak di kemudian hari yang merugikan.
“Kalau Pemerintah dan Penjual sama memperhatikan dipastikan daging itu aman dikonsumi,” kuncinya.
Meski begitu itu, menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi menyampaikan belum ada laporan mengenai penularan flu babi Afrika terhadap manusia di Indonesia.
“Sampai saat ini, belum ada penularan ke manusia,” kata Nadia (Frans)