Unima Resmi Buka Prodi S1 Geofisika dan S1 Ilmu Lingkungan, Siapkan Ahli Untuk Mitigasi Bencana dan Eksplorasi SDA

Dirjen Dikti Ristek Prof. Abdul Haris (tengah) saat foto bersama Rektor Prof. Deitje Katuuk bersama Ketua LPPM Armstrong Sompotan. (Foto: ist)

Editor/Pewarta: Martsindy Rasuh

TONDANO (Gawai.co) – Universitas Negeri Manado (Unima) resmi membuka dua program studi baru, yakni S1 Geofisika dan S1 Ilmu Lingkungan, yang difokuskan pada mitigasi bencana alam dan eksplorasi sumber daya alam (SDA). Kabar gembira ini disampaikan langsung Rektor Unima, Prof. Dr. Deitje A. Katuuk, M.Pd, Rabu (14/8/2024) di Kampus Unima, berdasarkan Surat Keputusan Kemendikbud Ristek dengan nomor: Manual.1497/E1/HK.03.00/2024 sesuai salinan surat Mendikbud Ristek nomor 429/E/O/2024.

Menurut Prof. Deitje, pembukaan kedua program studi ini didasari oleh kebutuhan strategis Sulawesi Utara (Sulut), sebuah daerah yang kaya akan SDA namun rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung api, dan tanah longsor.

“Provinsi Sulut membutuhkan lebih banyak tenaga ahli yang memiliki keahlian khusus dalam bidang geofisika dan ilmu lingkungan untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut,” ujar orang nomor satu di Unima ini.

Lebih lanjut dikatakan rektor, pembukaan Prodi S1 Geofisika di Unima juga mendapat rekomendasi dari Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), sebuah organisasi profesi terkemuka di bidang geofisika.

Menariknya, Dirjen Dikti Ristek, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc, yang dahulu menjabat sebagai Vice President HAGI, turut berperan dalam proses persiapan pembukaan prodi ini.

Sementara itu, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unima, Dr. Armstrong F. Sompotan, S.Si., M.Si., menjelaskan bahwa pembentukan Prodi Geofisika dipicu oleh beberapa faktor utama, termasuk potensi besar SDA dan energi baru terbarukan di Sulut.

“Hingga kini, belum ada program studi di Sulut yang berfokus pada eksplorasi SDA dan energi, sementara kebutuhan akan SDM yang ahli di bidang geofisika untuk mitigasi bencana alam sangat mendesak,” jelasnya.

Oleh karenanya, kehadiran Program Studi Geofisika di Unima bertujuan untuk mencetak sarjana yang memiliki keahlian dalam mengelola SDA di Sulut, melakukan penelitian yang mendukung eksplorasi SDA dan energi terbarukan, serta berkontribusi pada mitigasi bencana alam di wilayah Indonesia Timur.

Katanya, program ini mencakup berbagai bidang keahlian, termasuk eksplorasi panas bumi (geothermal), tambang mineral, minyak dan gas bumi, seismologi, vulkanologi, dan mitigasi bencana alam lainnya.

Ditambahkannya, lulusan Prodi Geofisika diproyeksikan memiliki peluang kerja yang luas, baik di sektor pemerintah maupun swasta. Mereka dapat bekerja sebagai surveyor, interpreter, peneliti, pendidik, konsultan, atau di posisi manajerial di berbagai instansi seperti Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pekerjaan Umum, perusahaan minyak dan gas seperti Pertamina, Chevron, hingga perusahaan pertambangan besar seperti Freeport dan PT IMIP.

“Pembukaan kedua program studi ini tidak hanya menandai komitmen Unima dalam menjawab tantangan regional, tetapi juga menjadi langkah strategis untuk menjadikan Unima sebagai pusat pengembangan ilmu geofisika dan ilmu lingkungan di Indonesia Timur. Dengan demikian, Unima siap melahirkan generasi baru yang mampu mengelola SDA secara berkelanjutan sekaligus melindungi masyarakat dari ancaman bencana alam,” tandasnya. (Mrt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *