Editor: Martsindy Rasuh
JAKARTA (Gawai.co) – Amerika Serikat (AS) disebut telah mendanai studi tentang virus corona pada kelelawar di Laboratorium Virologi Wuhan di China. Keterlibatan AS terungkap dalam dokumen yang diperoleh The Intercept. Menurut media tersebut, keterlibatan AS jauh sebelum pandemi terjadi.
Dokumen setelah 900 halaman itu baru diterbitkan pada Selasa 7 September 2021. Menurut dokumen itu, dana disalurkan melalui lembaga nirlaba EcoHealth Alliance, sebuah organisasi kesehatan di Amerika Serikat, yang menggunakan uang federal untuk mendanai penelitian virus corona kelelawar di laboratorium China.
EcoHealth Alliance, menurut dokumen itu, memberi hibah dengan jumlah US$ 3,1 juta termasuk US$ 599.000 ke Institut Virologi Wuhan selama 2014-2019.
Hibah itu sempat diperpanjang pada 2019 namun dihentikan oleh Presiden Donald Trump pada April 2020. Dana digunakan untuk mengidentifikasi dan mengubah virus corona di kelelawar yang bisa menular ke manusia.
Sebelum pandemi, banyak ilmuwan khawatir tentang potensi bahaya yang terkait dengan eksperimen tersebut. Proposal hibah mengakui bahwa proyek ini berbahaya.
“Pekerjaan lapangan melibatkan risiko tertinggi terpapar SARS atau CoV lainnya, saat bekerja di gua dengan kepadatan kelelawar yang tinggi di atas kepala dan potensi debu tinja untuk terhirup,” tulis dokumen itu melansir dari laman web Tempo.co, Jumat (10/9).
Dokumen-dokumen itu dirilis berkaitan dengan litigasi Undang-Undang Kebebasan Informasi yang sedang berlangsung oleh The Intercept terhadap National Institutes of Health. Intercept mengunggah dokumen lengkap dan tersedia untuk umum.
“Ini adalah peta jalan menuju penelitian berisiko tinggi yang dapat menyebabkan pandemi saat ini,” kata Gary Ruskin, direktur eksekutif Hak Untuk Tahu A.S, sebuah kelompok yang telah menyelidiki asal-usul Covid-19.
Salah satu proposal hibah berjudul “Memahami Risiko Munculnya Virus Corona Kelelawar,” menguraikan upaya Presiden EcoHealth Alliance Peter Daszak untuk menyaring ribuan sampel kelelawar untuk virus corona baru. Penelitian ini juga melibatkan orang-orang yang bekerja dengan hewan hidup.
Dokumen-dokumen tersebut berisi beberapa detail penting tentang penelitian di Wuhan, termasuk fakta bahwa pekerjaan eksperimental utama dengan tikus manusia dilakukan di laboratorium tingkat tiga keamanan hayati di Pusat Percobaan Hewan Universitas Wuhan, dan bukan di Institut Virologi Wuhan, seperti sebelumnya.
Dokumen itu juga menimbulkan pertanyaan tambahan tentang teori bahwa pandemi kemungkinan disebabkan karena kecelakaan di laboratorium. Namun hal itu dibantah oleh Daszak.
Alina Chan, seorang ahli biologi molekuler di Broad Institute, mengatakan dokumen tersebut menunjukkan bahwa EcoHealth Alliance sebenarnya tahu ada potensi kebocoran di laboratorium. “Apakah EcoHealth memiliki catatan itu? Jika tidak, bagaimana mereka mengesampingkan kecelakaan terkait penelitian?”
Menurut ahli ahli biologi molekuler di Rutgers University, Richard Ebright, dokumen berisi informasi penting tentang penelitian yang dilakukan di Wuhan, termasuk tentang membuat virus baru. Dokumen tersebut menjelaskan dua jenis virus corona baru dapat menginfeksi tikus yang sudah direkayasa agar memiliki reseptor manusia.
Beredarnya dokumen itu membuat Senator Amerika Serikat Rand Paul menuduh pakar kesehatan Anthony Fauci telah berbohong. Sebelumnya Fauci membantah keterlibatan Institut Kesehatan Nasional AS tidak mendanai penelitian virus corona di Wuhan. (Martsindy Rasuh/Tempo.co)