BITUNG (Gawai.co) – Rencana relokasi Kelurahan Pinasungkulan diwilayah Kecamatan Ranowulu – Kota Bitung, kian makin kencang diperbincangkan warga.
Penelusuran sejumlah awak media pada pekan lalu di lingkungan 1 atau kerap disebut jaga 1, Kelurahan Pinasungkulan, salah satu area pertambangan kedua anak perusahan PT Archi Indonesia. Tbk, hanya berjarak kurang dari 1 kilometer, setiap harinya siang maupun malam nonstop beraktivitas.
Suara ledakan/blasting maupun aktivitas mobilisasi PT Meares Soputan Mining dan PT Tambang Tondano Nusajaya (PT MSM/TTN) yang merupakan anak perusahan PT Archi Indonesia. Tbk, oleh warga Pinasungkulan harus membiasakan akan dampak yang sengaja di ciptakan oleh perusahaan diwilayah mereka.
Diketahui ada empat PIT (lubang Tambang) yang berada di wilayah Kelurahan Pinasungkulan yakni; diwilayah Jaga 2, PIT Kopra, PIT Blambangan dan PIT Araren yang diketahui saat ini sedang kencang-kencangnya di genjok pengoperasiannya dikarenakan kandungan logam emas diwilayah tersebut sangat melimpah.
Tak hanya itu, diwilayah Jaga 1 pun terdapat PIT Alaskar, menurut salah satu sumber kepada awak media, area ini pula tak kalah dengan PIT Araren terkait dengan kandungan logam emasnya. Dan jaraknya sangat dekat dengan pemukiman warga.
Oleh karena jarak area ekplorasi PT MSM/TTN dengan pemukiman warga, sehingga terkadang warga melalukan aksi pemblokiran akses.
“Mau tidak mau harus kami lakukan, walaupun terkadang suasananya seperti di Afganistan (medan perang)” ujar Olvi Kaunang saat bersua dengan awak media. Sabtu (11/12).
Menurutnya, bersama sejumlah warga yang sudah merasakan akan dampak dari aktivitas pertambangan sudah beberapa kali melakukan pertemuan dengan perwakilan perusahaan membahas akan keinginan dari mereka.
“Sudah berapa kali dilakukan, namun kenyataannya hingga saat ini masih sama saja tidak ada perubahan ataupun tindak-lanjut yang serius oleh Perusahan” bebernya.
Saat disentil terkait dengan rencana relokasi yang sudah direncanakan sejak tahun 2016 oleh perusahaan dirinya menyampaikan itu adalah solusi yang tepat.
“Saat ini kami hanya meminta dua permintaan, relokasi atau hentikan aktivitas pertambangan! Kami sudah bertahun-tahun merasakan akan dampak dari aktivitas perusahan dan hingga saat ini hanya terus memberikan janji manis” sesalnya.
Menurut Olvi, jika relokasinya hanya di prioritaskan wilayah Jaga 2, maka yang terdampak akan aktivitas pertambangan juga dirasakan oleh Jaga 1.
“Jadi bukan hanya warga Lingkungan II yang merasakan dampak pengeboman, tapi semua warga Pinasungkulan. Jadi kalau memang mau direlokasi, tolong itu dipercepat karena kami sudah tidak nyaman” tandasnya.
Hal senada dikalimatkan oleh salah satu tokoh pemuda Kelurahan Pinasungkulan, Wilsen Tumbel kepada awak media menyampaikan akan kondisi yang dialami oleh warga Pinasungkulan saat ini.
“Semoga rencana relokasi cepat direalisasi sehingga dampak yang dialami warga akan aktivitas pertambangan cepat terselesaikan” ujarnya.
Seraya menambahkan, “Masyarakat saat ini tinggal menunggu paparan dari pihak perusahaan dan Pemkot Bitung untuk direlokasi, asalkan ganti untung lahan dan harga serta lokasi sesuai dengan apa yang kami harapkan” tandasnya.
Sementara itu, Superintendent Public Relation External Relation PT MSM/TTN, Hery Inyo Rumondor menyatakan pihaknya sudah berupaya meminimalisir bunyi dan getaran akibat blasting.
“Sebelum peledakan, kita sudah informasikan ke masyarakat lewat papan pengumuman yang kita pasang di area strategis agar mudah dilihat masyarakat” singkatnya.