Editor: Martsindy Rasuh
JAKARTA (Gawai.co) – Ketua Umum (Ketum) Lembaga Pendamping Pembangunan Nasional (LPPN) Dr. Semuel Linggi Topayung MAP mendesak pemerintah pusat agar memberi perhatian khusus bagi warga yang terdampak gempa di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar) yang terjadi sejak tahun 2018.
Semuel menyebut, wilayah Kabupaten Mamasa diguncang gempa bumi tektonik, Selasa (6/11) tahun 2018, pada pukul 02.35 Wita. Sejak itulah dimulainya gempa beruntun yang terjadi di wilayah tersebut.
Hasil analisis BMKG menunjukkan informasi awal gempa bumi ini berkekuatan magnutido 5,5 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi 5,2 magnutido.
Rahmata episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2,93 LS dan 119,42 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 6 KM arah timur Kota Mamasa, Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat pada kedalaman 10 KM.
Gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar) berturut-turut, sejak bulan November 2018 hingga tahun 2021 ini mengakibatkan sejumlah bangunan retak.
Warga yang trauma dan ketakutan memilih mengungsi dan tidur di tenda. Sejumlah warga memilih untuk mengungsi ke tempat aman lantaran takut tertimpa bangunan rumah mereka.
Sejak November 2018 sampai pertengahan bulan 2019 tercatat hampir setiap harinya ada gempa dan kadang dalam setiap hari sampai lima sampai 16 kali gempa. Yang sangat tragis dari gempa itu terjadi pada Rabu (14/11/2018).
Lima orang pengungsi korban gempa di Kabupaten Mamasa meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan saat hendak pulang dari pengungsian. Pada tahun 2019 gempa bumi Mamasa terjadi pada Januari 2019 dengan kekuatan 4,7 SR, kedalaman 10 KM, lokasi 3.03 LS – 119.50 BT.
Kata Topayung, hal ini membuat masyarakat kembali mengungsi karena trauma. Gempa juga terjadi pada bulan Juni 2019 sampai Desember 2019 masyarakat Mamasa terpaksa kembali mengungsi.
Dalam catatan, sepanjang tahun 2020 gempa terus berlanjut di setiap bulannya sampai di bulan Desember 2020. Pada Kamis (22/7) tahun 2021 Kabupaten Mamasa kembali lagi diguncang gempa bumi, pukul 00.44 WIB dini hari.
Gempa bumi yang mengguncang Mamasa tersebut berkekuatan Magnitudo 5,3. Pusat gempa berada di darat 12 KM Tenggara Kabupaten Mamasa, dengan kedalaman 10 kilometer.
“Akibat gempa bumi memang membuat kerugian banyak hal, baik dari segi fisik hingga moril. Trauma serta perasaan tidak tenang terutama dialami oleh sebagian besar masyarakat, bukan hanya anak kecil saja,” sebutnya.
Lebih lanjut dikatakannya, akibat gempa bumi tentunya bisa dialami oleh siapa saja, dengan efek parah yang berbeda tergantung pada besar atau kecilnya getaran gempa bumi.
“Bagi masyarakat akibat gempa ini sangat terasa di bidang ekonomi terutama untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka sangat terganggu dan bahkan kehilangan mata pencaharian sehari-hari seperti bertani dan berkebun,” jelas Topayung.
Kemudian, pada sektor usaha adalah mobilisasi hasil usahanya sangat terganggu karena infrastruktur jalan rusak akibat longsor. Apalagi, perhatian dari pemerintah daerah sangat minim dan bahkan tidak cukup seperti dana stimulun yang kurang memadai bagi korban gempa.
“Untuk itu, kami berharap agar pemerintah pusat punya perhatian khusus bagi gempa di Kabupaten Mamasa dan korban yang terdampak,” tandasnya. (Martsindy Rasuh)