Editor: Jazzy Worotikan
Penulis: Maher Kambey
MANADO ( Gawai.co) – Dari dulu hingga sekarang, perempuan selalu diperhadapkan dengan berbagai macam masalah yang kompleks dan tidak ringan. Hal ini membuat masyarakat sering memberikan penilaian yang beragam bagi kaum hawa.
Salah satu dari sekian banyak masalah yang dihadapi adalah melekatnya label pelakor pada diri seorang perempuan. Hal tersebut, ditanggapi gadis cantik bernama lengkap Jeanne d’Arch de Jose Fernando Kamagi Osorio Soares. Menurutnya, persepsi ini sudah sangat sering dianut masyarakat.
“Di lingkungan masyarakat kita, muncul suatu pemahaman bahwa perselingkuhan adalah hal yang wajar dilakukan oleh laki-laki. Padahal dalam kasus ini perempuan yang mau diajak berselingkuh (pelakor) sering dianggap lebih hina dibandingkan dengan laki-laki. Seperti suatu frasa yang selalu saya yakini bahwa ‘it takes two to tango’. Jadi menurut saya dalam kasus perselingkuhan kedua belah pihak sama-sama bersalah. Bukan hanya dari pihak perempuan yang seharusnya selalu disorot,” katanya.
Lanjut wanita kelahiran Kalimantan ini, kasus tersebut sama seperti dengan prostitusi. “Saat ini, bisnis prostitusi sangatlah berkembang dan dianggap menjadi pilihan terbaik bagi para perempuan untuk keluar dari permasalahan ekonomi. Alasannya jelas, karena hasil yang diperoleh lebih menggiurkan. Tanpa latar belakang pendidikan dan modal besar, para pekerja seks komersial (psk) bisa mendapatkan kesejahteraan yang selama ini diimpikan,” ujarnya saat diwawancarai, Rabu (16/2/2022).
“Ada pihak lain juga “bermain” dalam hal ini, dikarenaka adanya keuntungan yang menjanjikan,” kata gadis kelahiran 3 November 2001 ini.
Jeanne menambahkan, perlu ada penegakkan hukum secara ketat dari aparat terhadap kedua belah pihak baik pekerja maupun klien. Hal ini juga bertujuan mencegah aparat penegak hukum untuk memanfaatkan kesempatan dan keuntungan dari peluang bisnis prostitusi tersebut.
“Di samping itu, dalam hal ini perempuan selalu menjadi pihak paling disalahkan. Ironisnya, yang menyalahkan perempuan, malah sesama perempuan. Fenomena tersebut sering terjadi. Meski yang menjadi korban adalah perempuan, namun tetap menjadi sasaran kesalahan oleh sesama perempuan. Menurut saya ini karena masyarakat cenderung mengintervensi cara perempuan menetapkan pilihannya,” jelas peraih gelar Wakil I Noni Unsrat 2021.
“Realitanya, penindasan perempuan diperkuat oleh adanya kebiasaan merendahkan dan menyalahkan sesama perempuan. Sebenarnya kita harus membiasakan untuk saling mendukung sesama kita perempuan,” ucapnya.
Lebih lanjut pemilik akun instagram @zezinhasoares_ ini menjelaskan, di zaman sekarang ini, perempuan tidak luput dari berbagai bentuk penindasan yang masih dirasakan.
“Contohnya kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan. Perempuan menerima upah 23% lebih rendah dibanding laki-laki, ini dikatakan langsung Menteri Keuangan, Sri Mulyani,” ujar gadis yang hobi menyanyi dan traveling ini.
“Semoga ke depan pemerintah kita semakin melek dengan kesetaraan yang seharusnya didapatkan kaum perempuan. Kami tidak minta diistimewakan, tapi kami berharap agar disetarakan. Dengan penyetaraan ini diharapkan akan ada kemajuan pola pikir bagi masyarakat Indonesia yang juga akhirnya berdampak untuk kemajuan bangsa,” tutup dia. (Mhr)