Lestarikan Bahasa Daerah, Tim PKM Unima Gelar Pelatihan Bahasa Tontemboan untuk Siswa SD Negeri Wuwuk

Editor/Pewarta: Martsindy Rasuh

TARERAN (Gawai.co) — Universitas Negeri Manado (Unima) kembali menegaskan komitmennya dalam pelestarian bahasa daerah melalui rangkaian Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Kegiatan yang dipimpin oleh Prof. Dr. Sjuul Juliana Lendo, M.Pd ini bukanlah yang pertama, melainkan bagian dari upaya panjang dan konsisten Unima dalam menghidupkan kembali bahasa Tontemboan di wilayah Minahasa Selatan. Kali ini, pelatihan difokuskan kepada siswa SD Negeri Wuwuk, Kecamatan Tareran.

Prof. Lendo menjelaskan bahwa berbagai kegiatan serupa telah dilakukan pada sejumlah sekolah dasar di Minahasa Selatan, dan pelatihan ini merupakan lanjutan dari misi akademik Unima dalam memulihkan vitalitas bahasa Tontemboan yang kini berada dalam kategori rentan. “Kami melihat bahasa Tontemboan perlahan kehilangan penuturnya. Karena itu, intervensi edukatif di tingkat dasar menjadi sangat krusial,” tegasnya.

Pelatihan ini mengajarkan percakapan sederhana Bahasa Tontemboan dengan tema-tema komunikatif, seperti Mentu’usan (berkenalan), Sumiri’ (memberi salam), Owakku (tubuhku), Waleku (rumahku), Mamaleku (keluargaku), serta konsep waktu Oras, Endo, Serap (waktu, hari, bulan). Kegiatan dilaksanakan menggunakan metode eklektik yang memadukan metode terjemahan, metode langsung, mimikri, ceramah, tanya jawab, hingga penugasan, dengan pendekatan komunikatif, kontekstual, dan Whole Language.

Tidak hanya berorientasi pada peningkatan keterampilan berbicara siswa, pelatihan ini juga ditujukan untuk menumbuhkan sikap positif, kebanggaan, dan kesetiaan terhadap bahasa Tontemboan. Harapannya, siswa tidak hanya memahami bahasa daerah, tetapi juga menggunakan dan mewariskannya sebagai bagian dari identitas budaya leluhur.

Program ini juga membuka peluang keberlanjutan ke depannya. Prof. Lendo menyampaikan harapannya bahwa kegiatan serupa dapat diperluas pada jenjang SMP, SMA, bahkan menyasar kelompok-kelompok masyarakat agar pelestarian bahasa tidak hanya berhenti di sekolah, tetapi menjadi gerakan budaya yang melibatkan seluruh komunitas penutur.

Salah satu capaian penting dari upaya pelestarian ini adalah lahirnya sebuah buku ajar Bahasa Tontemboan untuk sekolah dasar—hasil dari kegiatan pengabdian yang didanai oleh Dikti pada tahun 2018. Buku tersebut telah memiliki ISBN dan mulai digunakan pada sejumlah SD di Minahasa Selatan. Ketersediaan buku ajar ini menjadi bukti konkret bahwa PKM yang dilakukan Unima tidak hanya menghasilkan kegiatan temporer, tetapi juga produk akademik yang berkelanjutan dan berdampak nyata.

Di samping output pembelajaran, kegiatan PKM ini menargetkan luaran berupa artikel ilmiah pada Jurnal Abdimas LPPM Unima, publikasi media, dokumentasi video YouTube, serta peningkatan pemahaman dan pemanfaatan IPTEK bagi mitra sekolah.

Dengan hadirnya PKM Unima di SD Negeri Wuwuk dan keberlanjutan program yang telah dibangun selama bertahun-tahun, langkah pelestarian bahasa Tontemboan mendapatkan pijakan yang semakin kokoh. Inisiatif akademik ini membawa harapan baru bahwa bahasa leluhur dapat tetap hidup, berkembang, dan diwariskan kepada generasi yang akan datang. Karena bahasa Tontemboan wilayah tuturnya bukan cuma di Minsel, tapi ada juga di Kabupaten Minahasa, seperti di wilayah Sonder, Kawangkoan, Tompaso, dan Langowan. (Mrt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *