Editor/Pewarta: Martsindy Rasuh
TOMOHON (Gawai.co) – Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada bidang pengabdian kepada masyarakat, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Manado (UNIMA) melaksanakan kegiatan bertajuk “Pelatihan Bahasa dan Budaya Jepang bagi Mahasiswa Universitas Sariputra Tomohon”.
Kegiatan ini menjadi wujud konkret sinergi akademik dalam mendukung peningkatan kompetensi global bagi calon tenaga kesehatan Indonesia yang berpotensi bekerja di Jepang.

Tim pengabdian masyarakat terdiri atas: Amelia G.Y. Sompotan, M.Hum (Wakil Dekan II FBS UNIMA), Dr. Sherly F. Lensun, M.Pd (Sekretaris Senat FBS), Susanti Ch. Aror, M.Pd (Koordinator Prodi Pendidikan Bahasa Jepang), Dr. Helena M.L. Pandi, DEA (Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Jepang), Putri Bintang Harahap, M.Pd (Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Jepang).

Tujuan dan Relevansi Kegiatan
Kegiatan pengabdian ini berangkat dari semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk memberdayakan masyarakat melalui penerapan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian guna meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan bangsa.
Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan memperkuat jejaring kerja sama antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat dalam mendukung pengembangan kapasitas sumber daya manusia Indonesia di bidang kesehatan dan kebahasaan.

Melalui pelatihan ini, mahasiswa peserta—khususnya dari program studi Keperawatan dan Anastesi Universitas Sariputra Tomohon—mendapatkan pengenalan komunikasi dasar Bahasa Jepang dan pemahaman budaya kerja Jepang, termasuk etika perkenalan (jikoshoukai) dan praktik salam hormat (ojigi). Sebanyak 415 mahasiswa mengikuti kegiatan ini secara aktif.

Manfaat dan Dampak Kegiatan
Pelatihan ini tidak hanya memperkenalkan keterampilan linguistik, tetapi juga memberikan pemahaman komprehensif tentang budaya profesional Jepang, prosedur imigrasi, serta regulasi kerja yang berlaku. Kegiatan ini secara khusus ditujukan untuk meningkatkan daya saing tenaga keperawatan dan careworker Indonesia di tingkat internasional, terutama bagi mereka yang berminat bekerja di Jepang melalui program kemitraan bilateral.

Menurut hasil evaluasi melalui kuesioner umpan balik, peserta menyatakan bahwa kegiatan ini memberikan wawasan baru yang sangat relevan dengan kebutuhan kerja global. Materi pembelajaran yang kontekstual dan metode penyampaian yang interaktif membuat peserta lebih memahami pentingnya penguasaan bahasa Jepang dalam konteks profesional.

Konteks Akademik dan Global
Terbukanya peluang kerja di Jepang telah menarik minat besar di kalangan tenaga kesehatan Indonesia. Sebagaimana dijelaskan oleh Srimulyani et al. (2023), motivasi utama calon perawat bekerja di luar negeri mencakup keinginan memperoleh pengalaman internasional, peningkatan pendapatan, serta dorongan ekonomi keluarga.
Dalam konteks ini, kemampuan berbahasa Jepang tidak lagi menjadi keterampilan tambahan, melainkan kompetensi dasar yang esensial untuk keberhasilan tenaga kesehatan Indonesia di pasar global.
Hasil dan Rekomendasi Lanjutan
Secara keseluruhan, kegiatan ini berhasil memberikan pengetahuan praktis dan wawasan lintas budaya kepada mahasiswa. Peserta merasa lebih siap dan termotivasi untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jepang mereka.
Tim pelaksana merekomendasikan agar kegiatan sejenis dilaksanakan secara berkelanjutan dengan durasi pembelajaran yang lebih panjang serta pendekatan praktik yang lebih intensif.

“Peningkatan kompetensi bahasa dan budaya Jepang bagi mahasiswa keperawatan akan membuka akses karier yang lebih luas dan sekaligus memperkuat hubungan kerja sama Indonesia–Jepang di bidang kesehatan,” ujar Amelia G.Y. Sompotan, M.Hum, selaku Wakil Dekan II FBS UNIMA.
Ke depan, FBS UNIMA berencana menjalin kolaborasi lanjutan dengan institusi kesehatan dan lembaga pendidikan di Jepang untuk membuka peluang magang, praktik kerja, serta pertukaran akademik bagi mahasiswa dan dosen. (Mrt)

















