Bolmut  

ORAA Boltara, Harapan Baru Dari Perut Bumi Bintauna

Pewarta: Rendi Pontoh

BOLTARA (Gawai.co) – Di antara hamparan perbukitan yang membentang di Kecamatan Bintauna, sebuah harapan baru mulai tumbuh. Bukan hanya karena tambang emas yang tersimpan di dalam perut bumi kawasan ini, tetapi karena hadirnya satu koperasi yang mengubah cara masyarakat menambang — dengan lebih aman, legal, dan membawa manfaat nyata bagi kehidupan ekonomi.

Koperasi Produsen Pertambangan Emas ORAA Boltara. Mungkin terdengar asing di telinga sebagian orang di luar Bolaang Mongondow Utara. Tapi bagi warga Desa Huntuk dan sekitarnya, nama ini ORAA sesuai dengan bahasa lokal yang berarti “Gunung”yang merupakan harapan baru: penghasilan yang stabil, lapangan kerja yang terbuka, dan rasa aman dalam bekerja.

Tudingan Ilegal ke Legalitas yang Tak Terbantahkan

Isu tambang liar bukan barang baru di Sulawesi Utara. Banyak aktivitas penambangan kerap dituding ilegal, tanpa kejelasan hukum. Namun Viktor Posangi, Ketua Pengawas Koperasi ORAA Boltara, angkat bicara untuk meluruskan stigma tersebut.

“Kami bukan tambang ilegal. Koperasi ini berdiri di atas dasar hukum yang sah,” tegas Viktor. Ia menyebutkan bahwa ORAA Boltara telah mengantongi Nomor Induk Berusaha (NIB) 1806250044716 dengan KBLI 07301 — kode resmi untuk kegiatan pertambangan emas dan perak. “Legal standing kami diakui negara,” jelasnya kepada media ini. Selasa, (29/7/25).

Bahkan secara administratif, keberadaan koperasi ini diperkuat oleh Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor AHU-0005377.AH.01.29 Tahun 2025, dengan NIK 7108010060014.

Tambang yang Menyejahterakan

Namun lebih dari sekadar dokumen legal, ORAA Boltara menawarkan sesuatu yang lebih menyentuh: kesejahteraan. Di koperasi ini, para penambang didaftarkan dalam program BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, sebuah hal yang nyaris mustahil ditemui dalam tambang rakyat konvensional.

“Di sini, semua kami perhatikan. Penambang dilindungi. Proses ekonomi juga transparan dan bisa dikontrol,” ujar Viktor.

Kehidupan yang Mulai Berubah

Nawir Poningko, warga Desa Huntuk, adalah salah satu dari banyak warga yang merasakan langsung perubahan ini. Wajahnya tenang namun antusias ketika menceritakan pengalamnya

“Dulu kami menambang tanpa tahu apa-apa, kadang takut-takut. Sekarang beda. Kami merasa aman saat bekerja. Yang paling penting, hasilnya bisa langsung kami nikmati,” ungkapnya.

Bukan hanya Nawir. Banyak warga lain yang sebelumnya menggantungkan hidup dari pertanian musiman, bahkan menggarap lahan oranga lain, kini memiliki opsi baru. Dengan pengelolaan tambang yang rapi lewat koperasi, roda ekonomi desa bergerak lebih cepat. Daya beli masyarakat meningkat. Warung-warung kecil khususnya UMKM akan sangat terbantu. Terlebih anak-anak tak lagi harus menunggu lama untuk membeli perlengkapan sekolah.

Model Baru Tambang Berbasis Rakyat

Apa yang dilakukan ORAA Boltara bukan hanya mengatur tambang, tapi mengelola mimpi banyak orang. Sebuah model koperasi tambang yang menggabungkan legalitas, keamanan kerja, dan dampak ekonomi langsung bagi warga sekitar.

“Lapangan kerja tercipta. Ekonomi hidup. Semua transparan. Belum lagi saat ini Pemerintah Provinsi sedang berada pada tahap usulan ke Pemerintah Pusat untuk menetapkan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR). Ketika Boltara sudah ditetapkan sebagai WPR, khususnya Bintaua dan sekitarnya, besar—kemungkinan ORAA akan menjadi percontohan untuk menyambut penetapan WPR,” tutup Posangi.

Di Bintauna, tambang bukan lagi soal eksploitasi. Tapi tentang kolaborasi: antara masyarakat, hukum, dan harapan. Dan ORAA Boltara, menjadi wajah dari masa depan yang eksis dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat Boltara. (rp)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *