Editor / Pewarta : Frans Kasumbala
SITARO (Gawai.co) – Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) berencana menggabungkan beberapa sekolah Dasar di Sitaro.
Ini disampaikan langsung Bupati Kepulauan Sitaro Evangelian Sasingen saat diwawancarai usai kegiatan di auditorium Kantor Bupati. Jumat (21/7/2023).
Bukan tanpa alasan menurut Sasingen, kurangnya jumlah siswa dan guru menjadi pertimbangan utama dan dasar kajian.
“Berdasarkan data ada sekolah tertentu jumlah siswa dan guru sedikit sementara operasionalnya tinggi, itu baiknya di merger,” kata Sasingen.
Dengan menggabungkan beberapa sekolah kata Sasingen, diharapkan penyediaan fasilitas akan merata dan tercipta peningkatan kualitas Pendidikan.
“Dengan begitu akan lebih fokus dalam mengajar dan terbentuk sumber daya manusia berkualitas,” target Sasingen.
Sebelumnya, Sasingen juga menjelaskan hal senada saat bertemu pemimpin agama. Ia (Sasingen) menyampaikan data di Pemerintah pusat ketersediaan guru di sitaro sudah memenuhi.
Padahal kata dia, Guru yang lulus ASN diperbantukan ke sekolah Yayasan, yang masih kekurangan guru, sebab Pemerintah tidak mungkin membiarkan sekolah (Yayasan) kosong.
Dari data Pemerintah Daerah, total ada 103 Sekolah dasa, dimana 43 itu terdata sekolah milik Pemerintah sedangkan 57 milik Yayasan GMIST, 2 Katolik dan satu lainnya Adven.
“Penempatannya di sekolah yayasan, padahal data di Pemerintah pusat hanya untuk sekolah negeri, imbasnya tidak bisa merekrut tenaga guru lagi karena dianggap cukup,” jelasnya.
Meski demikian Pemerintah terus melakukan terobosan, sejak program Bupati pertama pilihan rakyat Toni Supit, Program Guru Sitaro Mengajar (Guru Kontrak) terus dipertahankan sebagai solusi.
“Kami membuka guru Sitaro mengajar, untuk membantu ketersediaan guru dengan pembayarannya bersumber dari APBD Sitaro,” tuturnya lagi.
“Sejauh ini sangat terasa dampak dari Guru Sitaro mengajar sangat membantu,” tambah dia.
Untuk merespon informasi ini, Gawai.co coba menghubungi salah satu warga di Kecamatan Siau Barat.
Ditemui di rumahnya, Marthin (nama samaran) warga GMIST justru merespon dengan positif niat Pemerintah Daerah. Menurut pria paru baya ini, Yayasan sudah seharusnya semakin kuat.
“Subsidi guru ini sudah dilakukan pemerintah sejak lama, masa kok sampai sekarang Yayasan tidak mampu mandiri,” sentilnya.
Menurut pria berprofesi sebagai petani ini, di setiap gereja untuk GMIST khususnya ada dana untuk Yayasan tapi kenapa itu seakan tidak dipergunakan.
“Itu kok tidak jelas, kalau tidak cukup yah ditambah harus cukupkan, asalkan demi kemajuan Pendidikan semau pasti setuju,” katanya lagi.
Ia berharap rencana menggabungkan sekolah dilakukan secepatnya, demi memajukan Pendidikan di Sitaro.
“Dipercepat saja dan dibangun fasilitas yang baik, sehingga para siswa bisa berkembang tidak kalah dengan sekolah di Kota Manado misalnya,” harap dia segera. (Frans)