Gelar Adat Tulude Untuk Merdeka Belajar dan Berbudaya, Selamatkan Generasi Muda Dan Punahnya Kearifan Lokal Suku Sangihe di Pulau Siau

Penulis : Alfrits Patrick Gunde

SITARO (Gawai.co) – Pulau Siau adalah salah satu pulau di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro dengan jumlah penduduknya menurut badan pusat statistik di tahun 2020 berjumlah 71.817 jiwa yang mayoritas penduduknya berasal dari suku sangihe.

Di tahun 2023 ini, semua sekolah di jenjang SMA dan SMK melaksanakan kurikulum merdeka pada kelas sepuluh termasuk melaksanakan kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila.

Salah satu sekolah di kecamatan siau barat, SMA Negeri 1 Siau Barat tempat dimana penulis melaksanakan tugas mengajar, telah melaksanakan kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan Tema Suara Demokrasi dan Kearifan Lokal.

Tema Kearifan Lokal Menjadi Sorotan penting dalam penulisan artikel ini. Setelah merancang dan melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan tema kearifan lokal ini salah satu sangat jelas terlihat bahwa sebagian besar siswa kelas sepuluh SMA Negeri 1 Siau Barat yang berasal dari suku sangihe mulai tidak lagi menggunakan Bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari dan lebih memilih menggunakan bahasa manado (Manado : ibukota provinsi sulawesi utara), dan sangat jarang mengikuti dan melaksanakan kegiatan-kegiatan kearifan lokal suku sangihe seperti Gelar Adat Tulude.

Tema Kearifan Lokal dalam kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila  merupakan tema yang mampu meningkatkan semangat peserta didik dalam menumbuhkan kembali rasa cinta terhadap kearifan lokal suku sangihe dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat yang seharusnya dilakukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan pada bulan November 2022 dan berakhir pada bulan februari 2023, ditemukan berbagai hal menarik seputar kearifan lokal suku sangihe yang terjadi di kehidupan sehari-hari para peserta didik. Dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar peserta didik kelas sepuluh mulai tidak lagi menggunakan bahasa daerah untuk percakapan bersama teman, selain itu kegiatan kemasyarakatan suku sangihe seperti Palose, Mebawaki , dan Tulude tidak lagi menjadi hal menarik bagi peserta didik digenerasi ini.

Palose dalam Budaya Adat suku sangihe adalah salah satu kegiatan bekerja sama yang dilakukan dalam tatanan kehidupan masyarakat suku sangihe. Palose dewasa ini masih dilakukan oleh orang tua yang ada di pulau siau, masih dilestarikan dan masih menjadi kebiasaan bekerja sama yang dilakukan oleh masyarakat di kampung-kampung.

Dengan Palose, seluruh pekerjaan terasa ringan untuk dikerjakan karena dikerjakan bersama-sama masyarakat dalam satu kampung. Bentuk pekerjaan yang biasanya dilakukan adalah melaksanakan kegiatan kebersihan lingkungan atau penyelesaian rumah ibadah.

Mebawaki dalam budaya Adat suku sangihe adalah suatu kegiatan antar mengantar bahan makanan jadi ataupun mentah ke kerabat atau keluarga yang ditimpa duka cita ataupun yang sedang menggelar hajatan atau pesta.

Mebawaki sejatinya adalah kegiatan yang meringankan kerabat atau keluarga dalam menjamu tamu dalam jumlah yang banyak dan kegiatan ini oleh para orang tua masih tetap di lakukan. Tulude adalah perayaan syukur akan berkat Tuhan setahun yang telah berlalu dan memohon pertolongan tuntunan Tuhan untuk kehidupan setahun yang akan dijalani.

Di era modern saat ini, kegiatan kearifan lokal seperti Palose, Mebawaki dan Tulude harus terus dilakukan dan harus memberikan perhatian penuh pada keikutsertaan generasi muda untuk ikut dan mejadi pelaku adat didalamnya. Nyatanya dalam setiap kegiatan kearifan lokal yang dilaksanakan di masyarakat sangat kurang keterlibatan aktif dari generasi muda.

Generasi Muda saat ini malas untuk melibatkan diri dalam kegiatan kearifan lokal lagipula ada pemikiran bahwa generasi muda sangat kurang dipercaya untuk dilibatkan dalam kegiatan kearifan lokal contohnya kegiatan gelar adat Tulude.

Perilaku generasi muda saat ini salah satunya dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang teknologi media sosial yang saat ini menjadi primadona di kalangan muda. Kemajuan teknologi media sosial atau teknologi internet bidang komunikasi merupakan hal yang sangat berdampak pada perilaku generasi muda terhadap kearifan lokal suku sangihe di pulau siau.

Menurut dataindonesia.com pengguna media sosial aktif di indonesia capai 191 juta pengguna di tahun 2022 jumlah yang terus mingkat di tiap tahunnya dan peningkatannya sekitar 12% dari tahun sebelumya yang berjumlah sebanyak 170 juta pengguna (dataindoneis.id: 2022). Dari Data tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa media sosial telah menjadi hal yang sangat menarik di tahun 2022. Teknologi Internet saat ini juga sudah menjadi salah satu kekuatan pendorong globalisasi yang paling nyata.

Partisipasi yang lebih aktif dari banyak orang tanpa mengenal batas negara, bahasa, atau waktu terjadi di dunia digital. Setiap negara kini tengah berlomba mempercepat penetrasi internet ke daerah, termasuk Indonesia. Menurut laporan We Are Social 2021, lebih dari 70% total populasi di Indonesia merupakan pengguna internet dan mereka menghabiskan lebih dari 8 jam di dunia digital (mediaindonesia.com: 2022). Penjelasan dari beberapa artikel merupakan hal penting yang harus di tindaklanjuti untuk dampak yang lebih besar terhadap kearifan lokal dan budaya suku sangihe di pulau siau. Dampak dari perilaku generasi muda saat ini sangat membahayakan terhadap keberlangsungan tatanan kehidupan budaya dan kearifan lokal suku sangihe di pulau siau, punahnya kehidupan masyarakat yang berbudaya merupakan ancaman terbesar di masa depan. Sekolah memiliki peran yang sangat penting dan juga vital untuk menyelamatkan generasi dan kearifan lokal budaya suku sangihe di pulau siau ini. Melalui kurikulum merdeka inilah saatnya memupuk kembali rasa cinta terhadap kearifan lokal dan seluruh sendi kehidupan budaya leluhur yang harus di lestarikan oleh generasi muda dan menjadi tongkat estafet untuk dilanjutkan di generasi-generasi berikutnya di masa yang akan datang.

Kurikulum Merdeka dengan projek penguatan profil pelajar pancasila merupakan kombinasi pembelajaran yang sangat efektif untuk peserta didik meningkatkan minat belajar serta kemampuan beradaptasi dengan kehidupan modern yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui kurikulum merdeka ini diharapkan peserta didik dapat mengetahui apa yang menjadi minat terbesar dirinya di masa depan yang mampu mengubah pola pikir kearah perubahan khususnya dalam peningkatan kegiatan kearifan lokal suku sangihe di pulau siau dan terus melestarikannya sehingga terhindar dari kepunahan.

Projek penguatan profil pelajar pancasila yang disingkat P5 merupakan kegiatan penguatan karakter yang sangat baik dan diharapka mampu menguatkan karakter peserta didik untuk peduli terhadap pengembangan diri ke arah lebih baik dan meningkatkan kepercayaan diri dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

Di SMAN 1 Siau Barat dimana penulis mengabdikan diri untuk mengajar para peserta didik, juga telah melaksanakan kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila dengan tema Kearifan Lokal. Dalam kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila dengan tema Kearifan Lokal ini, unsur-unsur kearifan lokal budaya adat suku sangihe di tuang dalam materi-materi pembelajaran yang kreatif, unik, dan menarik serta disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bentuk kolaborasi antara kearifan lokal dan ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus berjalan beriringan untuk keberlangsungan kehidupan kearifan lokal di masa depan.

Kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila di SMA Negeri 1 Siau Barat dengan tema kearifan lokal dimulai pada bulan November 2022 dan berakhir di bulan Februari 2022. Kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila SMAN 1 Siau Barat dengan Tema Kearifan Lokal ini memiliki tujuan Khusus yaitu “Menjadi Pelaku Adat Upacara Adat Tulude Dalam Kegiatan Peringatan Hari Ulang Tahun SMAN 1 Siau Barat ke 39 Tahun, Tahun 2023”.

Kegiatan ini dipilih oleh sekolah dari tiga pilihan tema yang akan di laksanakan dalam satu tahun pembelajaran untuk dilaksanakan sebagai bentuk pembelajaran pembentukan karakter peserta didik. Wakil Kurikulum menunjuk seorang kordinator projek penguatan profil pelajar pancasila dan lima orang guru untuk mengajar di lima kelas yang ada di kelas sepuluh SMAN 1 Siau Barat. Guru-guru yang dipilih adalah Guru-guru yang mengampuh beberapa matapelajaran yang bersinggungan kearifan lokal dan Teknologi seperti matapelajaran Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, Sejarah, dan Informatika. Materi-materi yang ada pada kegiatan P5 tema kearifan lokal di SMAN 1 Siau Barat meliputi beberapa materi seperti Palose, Mebawaki, dan Tulude.

Materi-materi dalam kegiatan Progejk Penguatan Profil Pelajar Pancasila tema kearifan lokal di SMAN 1 Siau Barat adalah 1. Cerita Rakyat Nusa Utara, 2. Budaya Kerja Sama Rakyat Nusa Utara: Palose dan Mebawaki, 3. Kerajaan Siau, 4. Jenis-jenis Sastra Siau, 5. Praktek Sehari Berbahasa Siau, 6. Sasambo, 7. Mengenal dan Praktek Lagu Masamper, 8. Pentas Seni Masamper, 9. Mengenal dan Praktek Tarian Adat, 10. SITARO Dalam Bingkai NKRI dimata Wisatawan Dunia, 11. Mengenal dan Praktek Alat Musik Daerah, 12. Melaksanakan Tulude dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun SMAN 1 Siau Barat ke 39 Tahun.

Kurikulum Merdeka dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Merupakan Terobosan yang sangat baik dan memiliki peran vital dalam merubah karakter peserta didik untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan.

Seluruh siswa merasakan dampak yang luar biasa ketika mereka melaksanakan kegiatan P5 dengan tema kearifan lokal di SMAN 1 Siau Barat. Dalam kegiatan akhir yaitu melaksanakan Gelar Adat Tulude, beberapa siswa mengambil peran menjadi pelaku ada dan menurut penulis kegiatan seperti inilah yang seharusnya dikembangkan disekolah dan berelasi dengan tokoh-tokoh adat yang berkompeten ditingkat kabupaten untuk kelestarian kearifan lokal dan budaya suku sangihe di pulau siau.

Seluruh Siswa Terlibat Aktif dalam kegiatan Puncak yaitu pelaksanaan Gelar Adar Tulude yang dilaksanakan di Sekolah. Mereka telah dilatih selama empat bulan dan hasilnya sangat baik terlebih untuk peningkatan karakter peserta didik untuk terus mencintai Kearifan Lokal dan Kebudayaan Suku Sangihe di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *