Manado  

PTM disambut Baik, Norita: Daring Tekanan Darah Alami Kenaikan

Ilustrasi Guru Mengajar (foto internet)

Editor: Jhonli Kaletuang

MANADO (Gawai.co)- Proses pembelajaran dalam jaringan (Daring) atau jarak jauh yang selama ini dilakukan oleh sekolah-sekolah di Kota Manado bakal diganti dengan proses pembelajaran tatap muka (PTM).

Kabar tersebut sontak disambut gembira oleh sejumlah orang tua murid. Karena menurut mereka pembelajaran secara Daring dengan anak yang baru menginjak sekolah dasar (SD) perlu pembelajaran ekstra.

“Syukur jika ada kabar sekolah tatap muka. Karena selama ini, sangat kesulitan mengajar anak yang baru masuk SD,” ungkap Norita Lanombuka, salah satu orang tua murid.

Lanjut dia, disisi lain dari pembelajaran Daring tersebut, dirinya sering alami tekanan darah.
“Mungkin karena orang tua tidak tahu stategi dalam mengajar, sehingga dirasa sulit. Tekanan darah alami kenaikan,” ucapnya.

“Sebagai orang tua, sangat mendukung pembelajaran tatap muka, tentu dengan protap yang ada,” terang Norita.

Senada, Trusye Lukas warga Malalayang juga bersyukur proses pembelajaran tatap muka segera dilaksanakan di Kota Manado.

“Sebagai orang tua yang keseharian sebagai karyawan, sering tidak efektif dalam mengawasi dan mengontrol anak dalam pembelajaran Daring, tentu ini berdampak pada kecakapan anak dalam pembelajaran yang diberikan guru,” ungkap Trusye.

Karena kata dia, dengan terbatasnya pengawasan orang tua, anak juga tidak serius dalam belajar Daring.

“Beda dengan tatap muka, guru sangat berperan penting dalam memberikan pemahaman baik sikap, karakter, pengetahuan, mental dan lain-lain,” lagi katanya

Sementara itu, pemerintah Kota Manado berencana mengizinkan penbelajaran tatap muka mulai tanggal 1 Oktober 2021, namun tidak dilakukan secara menyeluruh, sesuai kerelaan dari para orang tua murid.

“Itu juga tidak full, sesuai panduan dari Menteri itu juga terserah orang tua, kalau orang tua masih mau anaknya belajar online tetap online. Prinsipnya dikembalikan ke orang tua,” jelas Andrei Angouw, Senin (13/9).

Andrei Angouw menambahkan, para siswa yang akan menjalani pembelajaran tatap muka wajib telah menjalani vaksinasi hingga dosis kedua.
“Pelajar usia 12 hingga 17 tahun wajib mengikuti vaksinasi. Sampai sekarang sudah setengah (50 persen) sudah divaksin pertama dan 25 persen vaksin kedua,” kunci walikota. (Tim Gawai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *